10) Apricity

2.7K 134 14
                                    

Kesunyian mengajarkanku bahwa hidup terkadang memang butuh waktu untuk menyendiri dalam kegelapan ketika raga tengah berperang dengan masalah yang membentang.

-Querencia-

Dengan simpatinya, pria bak dewa itu tengah duduk di ruangan yang jarang diinjak. Permohonan demi permohonan ia pinta ke guru yang bertugas menampung permasalahan seluruh siswa di SMA Bisa. Bu Rini—guru BK itu nampak tak sepening biasanya. Pantas saja, karena dia tidak bertemu dengan 'ratu urakan' yang berasal dari penghuni kelas XI MIPA 2. Tak lain Alby Alexandra.

Guru BK itu mendengkus beberapa kali kala telinganya mendengar permintaan siswa di hadapannya.

"Nggak bisa. Alby sudah keterlaluan," jelas Rini.

"Tapi Bu-"

"Kamu itu dijampi-jampi pakai apa, sih, sama Alby? Sampai kamu berkorban gini?" potong Rini sambil mengernyitkan kening.

Devon mulai jengah. Mengapa ia harus menemui guru super menyebalkan ini? Padahal kepala sekolahnya mempunyai hubungan kerabat kerja dengan papa dia. Ia hanya perlu berbicara apa yang tengah dibutuhkan, karena dirinya  pun dekat dengan kepala sekolah.

Devon pikir, dirinya bodoh sekarang. Tanpa izin atau semacamnya, pria berkulit putih itu melangkahkan kaki keluar dari ruangan yang dihuni guru pembawa muak baginya.

Tapi sebelum Devon keluar, bibir tebalnya mengeluarkan jurus mematikan bagi lawan bicaranya.

"Bu Rini, jabatanmu sudah di ujung tanduk."

Rini yang mendengarnya hanya mengernyit bingung. Maksudnya apa? Ia mengabaikan pernyataan mematikan siswanya itu. Menganggapnya main-main.

Setelahnya, Devon melesat. Dan enggan masuk kembali ke ruangan yang membuatnya pengap.

"Virus Alby sudah menular ke Devon. Bahaya," gumam Rini sembari menggelengkan kepalanya kala melihat punggung Devon yang semakin jauh.

***

Bel pulang berbunyi ke seluruh penjuru sekolah. Segerombolan siswa satu persatu keluar dari kelas masing-masing. Menantikan rumah mereka sebagai tempat pelampiasan lelah.

Koridor sekolah sangat ramai. Para siswa digegerkan oleh poster di papan pengumuman yang bertuliskan "PERTANDINGAN BOLA BASKET ANTARA SMA BINTANG NUSA VS SMA GARUDA BAKTI YANG BERTEMPAT DI SMA BISA PADA HARI JUM'AT." Dua sekolah itu tak begitu berdekatan, namun terletak di kota yang sama. Pemalang.

Pasalnya, tak hanya SMA Bina Bangsa yang memiliki populasi cogan tingkat tinggi. SMA Garuda pun tak kalah banyaknya. Sekolah itu bisa dibilang sebagai gudangnya cogan. Dan hal tersebut membuat murid SMA Bina Bangsa banyak yang berantusias menonton pertandingan tersebut. Terlebih para kaum hawa yang mengidam-idamkan para pangeran di pertandingan basket kali ini. Siswa SMA Bisa, terutama penggemar pemain favorit dari sekolah mereka, maupun SMA Garuda pasti berbaris paling depan demi sebuah kata "Cuci mata," sudah lama tidak mengadakan pertandingan seperti ini. Maka dari itu, murid SMA Bina Banhsa sangat exited.

Arga Revano Gavin. Pria yang baru saja turun dari 'tempat rahasianya' terkejut ketika berpapasan dengan segerombolan manusia yang merelakan diri berdesakan di depan papan pengumuman. Arga heran. Mengapa sampai seheboh itu?

Pria yang tampak absurd itu pun berniat masuk ke lautan manusia , akan tetapi niatnya dihentikan oleh seseorang dari balik punggung yang menarik lengannya secara paksa.

Querencia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang