34. Floccinaucinihilipilification

1.2K 75 5
                                    

Hanya mengikuti alur yang diberikan oleh-Nya. Diri ini pun tak tahu mengapa bertindak sedemikian terhadap dirinya. Apa mungkin sesuatu lain telah masuk ke dalam ragaku? Bahkan hatiku?

-Querencia-

Pria dengan balutan jas hitamnya itu melangkahkan kakinya menuju tempat di mana ia akan membeli belanjaan yang dititipkan sang Mama. Alfamart yang adem itu membuatnya ingin berlama-lama di sini.

Setelah semuanya selesai, ia mendorong troli menuju kasir. Tapi, sosok kasir yang sedang cekcok dengan pembelinya menjadikan Devon terusik.

"Mbak, saya mohon ... saya cuma punya segini," pinta gadis itu ke kasir.

"Nggak bisa, Dek. Totalnya segini, dan uang adek masih kurang banyak," timpal mbak kasir.

Gadis dengan jaket pink yang melekat tubuhnya itu menunduk lemah.

"Kurang berapa dia mbak?"

Ucapan itu mengalihkan kasir dan pembeli tadi. Keduanya kompak menatap Devon dengan tatapan kagum.

"Mas mau bayarin?" tanya sang kasir.

Devon mengambil kartu ATM-nya dari dompet tebalnya.

"Kurang lima ratus ribu, Mas."

Devon mengangguk dan memberikan ATM-nya ke kasir. "Sekalian sama punya saya ini ya, Mbak."

Mbak kasir itu tersenyum manis. Selain tampan, Devon juga dermawan.

"Sudah mas. Terima kasih," ucap Kasir itu.

Gadis yang telah dibantu oleh Devon tadi menganga menatap pria itu. Devon yang sudah membayar semuanya sontak keluar dari Alfamart.

"Kak Devon!"

Teriakan itu membuat Devon membalikkan tubuhnya. Menatap gadis yang akan mengarah padanya.

"Thanks."

Devon hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya pria itu pergi, tak ingin berurusan lebih dengannya.

"Kak Devon!"

Teriakan Keisya kembali terdengar. Langkah Devon terhenti tanpa membalikkan tubuhnya.

"Apalagi?"

Keisya melangkahkan kakinya tepat di samping Devon.

"Kakak masih marah sama gue, ya?" tanya Keisya pelan.

Devon hanya diam dengan tatapan sinis ke arah Keisya. Keisya yakin bahwa Devon belum memaafkan dirinya perihal masalah dulu.

Tanpa menjawab pertanyaan Keisya, Devon beranjak dari tempatnya, meninggalkan Keisya yang mendecakkan bibirnya. Akhirnya, Keisya pun mengikuti derapan kaki Devon yang sangat cepat. Terlihat seperti berusaha menjauhi dirinya. Namun, hal itu tak membuat Keisya menyerah.

"Tunggu!"

Keisya menghadang Devon dengan berdiri di depan pria itu sambil melentangkan kedua tangannya. Menghadang jalan Devon.

Devon sontak mengusap wajahnya. Ia hanya malas bertatap muka dengan gadis jahat itu.

"Mau lo apa?" tanya Devon dengan tatapan sinis kembali.

Keisya masih merasa bersalah. Ia menunduk lesu.

"Maafin gue."

Pernyataan Keisya tak menjadikan Devon berhenti menatapnya dengan tajam.

"Gue ...."

"Lo itu orang jahat, ngapain masih muncul di hadapan gue!?" bentak Devon secara langsung.

Querencia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang