Punya origami aja hilang, apalagi kalau punya pasangan?
-Querencia-
Alby berdecak pelan. Pasalnya, Arga pergi dari hadapannya. Gadis itu terus mengejar. Sampai akhirnya ia mensejajarkan langkah dengan langkah pria di sampingnya.
Arga yang sudah malas itu melepas perbannya dari lengan dan kepalanya. Pria itu menghiraukan tatapan tajam dari Alby.
"Lo itu lagi sakit, jangan pergi jauh-jauh." Alby berucap dengan nada yang ketus, ditambah raut wajahnya yang ditekuk. Ia kesal.
Arga tak balik menatap gadis di sampingnya. Ia hanya menatap lurus seraya berjalan santai. Alby ngedumel tidak jelas. Gadis itu menghentikan langkah. Alby kira Arga akan berhenti juga, namun dugaannya salah. Arga masih saja berjalan tak mempedulikan gadis di belakangnya.
Alby kembali memutar otak. Ia berpikir keras agar Arga menghentikan langkah, dan beristirahat sejenak karena kondisi pria itu yang belum stabil.
"Aduh!"
Alby menjatuhkan dirinya seolah ia menghantam sesuatu. Ia pura-pura meringis dengan suara yang dikeraskan—disengaja. Sungguh, Alby sebenarnya malas melakukan ini, tapi entah mengapa dari lubuk hati ia tak tega melihat kondisi Arga sekarang.
Arga yang tadinya berjalan kini menghentikan langkahnya. Membalikkan tubuhnya yang menangkap sosok Alby tengah tersungkur. Alby yang melihat Arga berbalik arah menuju dirinya itu kontan mengulum senyumnya. Ternyata pancingannya kali ini berhasil.
"Ar, tolongin gue ...." rintih Alby ke Arga yang masih berdiri di hadapannya.
Arga berjongkok menatap Alby dengan tatapan yang meneduhkan. Alby yang ditatap seperti itu pun dadanya berdesir secara tiba-tiba.
"Tolong?" tanya Arga.
Alby membalasnya dengan anggukan kepala.
Arga berdecih seraya berdiri kembali. "Udah besar, kan? Bukan anak kecil lagi. Lo nggak lihat kondisi gue kayak gini? Bangun sendiri, bodoh."
Alby tercekat. Mengapa Alby diperlakukan kasar? Alby yang merasa tidak suka pun akhirnya beranjak—mengejar Arga yang sudah melenggang pergi. Ia kontan menarik lengan Arga.
"Gue tuh cuma mau lo istirahat sebentar, apa susahnya sih? Masih untung ada yang peduli sama lo, kalau nggak ada gue, siapa yang bakal nolong lo?" Alby berusaha menahan emosi. Di sisi lain, gadis itu menyesal karena kebodohannya menolong Arga.
Arga menyentak dan memutar tubuhnya. Menatap Alby dengan tatapan berapi.
Dua remaja yang masih menggunakan seragam sekolah itu tak menyadari bahwa mereka menjadi tontonan beberapa siswa sekolah lain. Alby dan Arga tak menyadari pula jika mereka berhenti tepat di hadapan SMA Garuda yang kebetulan dekat dengan klinik tadi.
Arga menatap Alby sangat tajam. Tangan kanannya beralih mendorong tubuh Alby hingga tersungkur. Alby terkejut atas perlakuan pria itu.
"Kalau lo nggak ikhlas nolongin orang, mending nggak usah ditologin. Karena gue juga akan balas budi apa yang lo lakuin ke gue. Gue nggak peduli seberapa besar lo berusaha peduli, nyatanya gue nggak butuh semua itu. Gue bisa hidup sendiri," ucap Arga dengan penuh penekanan.
Kini wajah Alby berubah drastis. Amarahnya kontan membludak. Emosi gadis itu meningkat. Sebelum ia bangkit dari jatuhnya, seseorang lain telah mengulurkan tangannya. Alby menatap seseorang itu. Alby kaget bukan main. Ternyata dia Gerald. Ia diam menatap wajah Gerald yang tengah tersenyum hangat padanya.
Gerald yang melihat Alby tak bergerak sedikitpun akhirnya ia bertindak. Dia mengangkat tubuh Alby menjauhi Arga. Alby yang diperlakukan seperti itu kontan terenyuh. Dadanya berdesir hebat kala ia dibopong oleh Gerald. Para siswa SMA Garuda yang berlalu lalang di depan gerbang sekolah menatap dua remaja itu. Para kaum hawa SMA Garuda pun berteriak heboh.
![](https://img.wattpad.com/cover/170616919-288-k427741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...