Rasa berbeda kian tercipta. Pintu hati tadinya tertutup rapat, namun sekarang ada cela asmara yang terjerat.
-Querencia-
Arga membuka pintu rumahnya dengan kedua tangan yang sudah tak kuasa membopong gadis di dekapannya. Sedangkan Alby menelenggelamkan wajahnya dalam dada Arga. Ia kedinginan. Bibirnya pucat gemetaran, ditambah tubuh yang menggigil.
Pria itu menaiki tangga menuju kamarnya. Ia meletakkan Alby di kasur dan memberikan Sang gadis selimut. Alby berbaring dengan kedua tangan yang berada di mulutnya sendiri, menahan bibir yang gemetaran. Arga meletakkan selimut tadi tepat di atas tubuh Alby. Arga menatap khawatir gadis di hadapannya.
"Bi!" teriaknya berusaha memanggil pembantu rumah tangganya.
Tak butuh waktu lama, pembantu rumah tangga itu datang memasuki kamar Arga.
"Iya, den Arga?"
"Bi, tolong bawain air anget, ya. Jangan lama-lama, saya tunggu di sini," pinta Arga.
Pembantu rumah tangga itu mengangguk dan melesat pergi melaksanakan tugasnya. Tanpa bertele-tele
Arga duduk tepat di samping Alby berbaring. Ia mengusap wajahnya. Niatnya ingin merefresh otak malah terjadi hal sedemikian rupa. Kondisi di luar pun hujan makin deras. Udara dingin kembali menyertai, menyelinap lewat cela jendela. Padahal Arga sudah mematikan AC kamarnya, tapi masih saja terasa dingin.
Arga mengambil handuk kecil untuk mengeringkan dirinya sendiri. Setelahnya ia duduk tepat di samping Alby berbaring. Tubuh Alby yang masih basah kuyup membuat wajah gadis itu sedikit pucat. Arga yang merasa tak tega pun mengulurkan tangannya untuk menghempas air yang masih membanjiri wajah Alby. Arga mengusapnya perlahan, berusaha menghilangkan air di daerah wajah Si gadis. Beruntungnya Alby dalam keadaan tak sadar diri, jadi Arga bisa leluansa memberi kehangatan kepadanya.
"Al ...." lirih Arga dengan tangan yang mengusap lembut wajah Alby.
"Maafin gue kalo selama ini gue berusaha biar lo cinta sama gue, tapi yang perlu lo tau, gue tulus sama lo. Sampai kapanpun lo nyuruh gue pergi, gue nggak akan pergi, kecuali keadaan memang benar-benar memaksa gue buat pergi," ucap Arga dengan lirih.
Ceklek!
Kenop pintu kamarnya terbuka, muncullah pembantu dengan air kompresan di tangan paruh baya itu. Arga kontan menjauhkan dirinya dari Alby. Ia berdiri seperti semula kala Sang pembantu rumah mendekatinya.
"Ini, den Arga," ucap pembantu tadi sembari meletakkan benda tadi di atas nakas.
Arga tersenyum singkat. "Makasih, ya, Bi. Tolong kompresin nih anak, saya mau ganti baju dulu."
Pembantu itu mengangguk pelan, paham. "Siap, den Arga."
Tanpa menunggu waktu lama, Arga beranjak ke kamar mandi. Notifikasi ponselnya tak membuat Arga berhenti melangkahkan kaki, ia masuk ke ruangan itu dengan ponsel yang masih digenggamnya.
Penggemar Janda Muda.
Dimas 100% enak.
PManuReyos.
LArgavin.
Njir!Argavin.
Salam buat memulai chat.
Assalamualaikum : Islam
Shalom : Nasrani
Om wastisatu : Hindu
Namo buddhayo : Budha
Wei de tong tian : Konghucu
P : Penghuni neraka jalur undangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/170616919-288-k427741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...