Sendiri bukan berarti sepi.
-Querencia-
Bel pulang sekolah telah berbunyi ke segala penjuru. Para siswa-siswi SMA Bina Bangsa berhamburan keluar dari gerbang. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti motor, mobil, dan sepeda. Ada juga yang menunggu di halte, entah itu menunggu jemputan atau menunggu angkot, kecuali menunggu sesuatu yang tidak pasti. Hiya.
Mobil berwarna putih susu keluar dari area sekolah. Dua remaja yang berada di dalam kendaraan itu sedari tau bertengkar perihal Bu Rini yang memarahi mereka karena ketahuan kabur dari masa hukuman tadi pagi.
"Ini semua salah lo tau nggak!" seru Arga seraya fokus menyetir.
Alby membulatkan matanya. "Kan lo sendiri yang mau ikut, bukan salah gue lah!"
Arga menghembuskan napas kasar. Lalu mengusap wajahnya yang terasa berkeringat. Karena tak ingin percekcokan ini terus berlanjut, Arga lebih memilih untuk memutar lagu di dalam mobilnya, guna mengurangi rasa emosional yang ada di dirinya.
Photograph - Ed Sheeran.
Mereka saling terdiam. Menikmati alunan lagu tersebut dan menikmati senja yang terpapar di hadapan mereka. Terlebih pada Alby. Gadis penggemar senja itu tak mengedipkan matanya kala sinar oranye disajikan di depannya. Hatinya tiba-tiba saja luluh. Tak ada hawa emosi ke Arga.
Arga melirik singkat ke arah gadis di sampingnya. Senyumnya tercetak saat melihat kecantikan Alby yang ia kagumi tanpa disadari. Wajah Alby yang terkena hamparan semburat senja membuat gadis itu terlihat lebih menawan. Ditambah senyuman Alby yang tanpa sadar membuat Arga ikut tersenyum.
Kala dirasa cukup melihat fenomena alam favoritnya, Alby membenarkan posisinya. Ia menoleh ke arah Arga yang tengah menatapnya lamat-lamat tanpa berkedip. Alby uang merasa aneh itu sontak mengibaskan tangannya di depan mata Arga. Berusaha membuat pria itu tersadar.
"Woi! Lihatin apa sih lo?" tanya Alby.
"Engga, nggak ada." Arga mengerjap. Ia kembali fokus menyetir dengan rasa malu yang menyeluruh. Alby terkekeh saat melihat Arga salah tingkah.
Hening. Keadaan menjadi tenang bersama alunan lagu yang Arga putar. Mobil berwarna putih susu itu membelah jalanan, pulang menuju tujuan.
***
Friska melihat arloji yang melingkar di tangannya. Menunjukkan pukul lima sore. Ia kembali menghubungi anaknya, tapi nyatanya nomor yang dituju sedang tidak aktif.
Sosok pria tampan di samping wanita paruh baya itu juga menghubungi adiknya beberapa kali, namun hasilnya sama.
"Arga sama Alby ke mana, ya? Kok belum pulang? Janjiannya udah dari tadi padahal," kata Friska.
Wanita paruh baya lain di hadapan dua orang tadi ikut resah. Bella yang tak lagi menggunakan kursi roda itu sesekali menatap area luar kedai, barangkali mobil Arga sudah datang, tapi nyatanya belum sampai sekarang. Begitu juga dengan Bisma dan Devon yang berada di samping Bella, mereka ikut cemas.
"Mungkin mereka kejebak macet di jalan. Kita tunggu saja sampai mereka datang," ujar Bisma.
Semuanya nampak mengangguk.
Sebuah mobil berwarna putih susu memasuki halaman kedai es krim milik Friska. Dua remaja yang berada di dalam akhirnya keluar dan berjalan memasuki tempat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...