Terlalu nyaman, sampai lupa kalo gue hanyalah badut di saat dia lagi gabut.
-Querencia-
Beberapa bulan kemudian.
Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu mengambil beberapa cemilan di dalam kulkas. Dua bungkus keripik kentang, tiga pie susu, dua es krim varian cokelat. Beberapa cemilan itu dibawanya ke meja tepat di depan televisi. Ia duduk di sofa yang tepat berada di depan makanannya. Karena dia sedang menginginkan es krim, akhirnya satu es krim telah dilahapnya habis tanpa memikirkan kondisi mulutnya yang belepotan.
"Al, lo ngapain ambil makanan sebanyak itu?" seru Devon yang keluar dari kamarnya dengan laptop yang berada di dekapannya, lalu duduk di samping Alby.
"Cacing gue demo, Bang. Mau nggak?" tawar Alby sambil menyodorkan es krimnya.
Devon menggeleng pelan, kemudian ia meletakkan laptopnya dan fokus dengan benda itu.
Setelah pulang dari rumah sakit beberapa bulan yang lalu, Alby dan Devon tinggal bersama keluarga Arga, tak lain Bagas dan Ardian. Devon dan Ardian kuliah di Universitas yang sama. Mereka berdua juga ditugaskan untuk melanjutkan bisnis Bagas yang ada di Indonesia. Keluarga mereka hidup bahagia, tak ada perselisihan seperti biasanya. Bahkan Alby dan Arga sudah jarang beraksi, mereka berdua justru semakin dekat.
Sosok pria tampan yang turun dari tangga dengan tergesa membuat Alby merasa bingung. Hari ini adalah hari libur. Biasanya seorang Arga hanya akan menghibur diri dengan nge-game atau menulis sesuatu di kertas origami. Tapi kali ini berbeda, pria itu sepertinya akan pergi ke luar. Pakaiannya pun sangat rapi. Jaket kulit berwarna cokelat yang melekat di tubuhnya membuat kening Alby mengernyit.
"Woi, Ar! Lo mau ke mana?" tanya Alby yang sedikit berteriak.
Arga menghentikan langkahnya sejenak, dan menoleh, "Mau ada urusan."
Alby kembali dibuat bingung oleh Arga. Akhir-akhir ini pria itu selalu membuatnya penasaran.
"Ke mana?"
"Mau tau aja lo!" timpal Arga seraya mengambil kunci mobil.
Arga yang sudah beranjak keluar membuat Alby ikut beranjak dari tempatnya juga, tal peduli dengan kondisi mulutnya yang masih belepotan es krim. Devon yang melihat perlakuan adiknya hanya terkekeh pelan.
Arga baru saja akan membuka pintu mobilnya, namun tarikan di jaketnya membuatnya sontak berbalik dan menatap Sang pelaku.
"Apa, sih?" tanya Arga dengan raut wajah yang mulai kesal.
"Lo mau ke mana? Tumben nggak ngajak gue akhir-akhir ini?"
Arga berdecak, "Ya emangnya gue harus setiap kali ngajak lo terus? Gue juga butuh waktu sendiri, paham?"
Alby menghembuskan napasnya pelan, "Tapi lo biasanya sekarang kalo mau ke mana pun sama gue. Kenapa hari ini enggak?" tanyanya.
"Iya, karena gue lagi pengen sendiri. Dan lo sebaiknya bersihin dulu deh tuh es krim yang ada di mulut, nggak enak banget dilihatnya!" Arga kemudian memasuki mobilnya dengan cepat. Alby gagal menahan Arga. Ia hanya menatap kesal kendaraan roda empat yang semakin menjauh darinya.
Alby masuk ke dalam rumah dengan umpatan-umpatan atas perilaku Arga kepadanya. Devon yang masih berada di posisinya menatap adiknya yang duduk di sampingnya. Raut wajah Alby yang nampak kesal membuat Devon menautkan alisnya.
"Lo kenapa mukanya kayak baju belum disetrika? Lusuh amat."
Alby berdecak pelan, "Arga, tuh orang pergi malah nggak ngajak gue, Bang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Fiksi RemajaPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...