Ternyata pernyataan yang 'setia kalah sama yang selalu ada' itu salah. Buktinya gue nggak ngerasain itu.
-Querencia-
Di bawah matahari pagi ini, sinar itu menilik di sela awan yang mendekati surya. Ia naik ke permukaan langit dan memberikan cahaya menyeluruh kepada bumi. Sang penghuni bumi menjalankan aktivitas seperti biasa. Pagi yang cerah menjadikan manusia lebih jera soal luka yang terus mendera, dan membuat mereka tak ingin mengulanginya.Alby, Odel, Leora, dan Ata, tengah tergesa-gesa mencari ruangan untuk PAS kali ini. Akhirnya yang dicari pun tiba. Mereka duduk di pinggiran kursi taman yang tertera di bawah pohon sekolah. Odel, Leora, juga Ata sudah membuka buku dan membaca lamat-lamat. Berbeda dengan Alby, gadis itu justru asyik menatap siswa-siswi yang berlalu-lalang di hadapannya.
"Al, belajar," ujar Odel.
Alby menghela napasnya. "Udah belajar gue, belajar lari dari kenyataan."
Ketiga temannya menggelengkan kepala. Mereka fokus membaca lagi. Alby fokus pula dengan kehadirannya pagi ini.
"Lo bawa contekan?" Pertanyaan itu muncul dari Leora kepada Alby. Alby mengangguk.
"Iya, bawa. Contekannya ada di otak gue."
Leora menggelengkan kepalanya. "Nanti gue nyontek siapa? Yang deket sama gue cuma Ata," gerutu Leora.
Odel terkekeh sejenak. Sedangkan Ata yang merasa terpanggil itu melirik. "Leora kalo mau nyontek Ata harus pake kode. Kalo nomor satu bunyi jangkrik, nomor dua bunyi ayam, nomor tiga bunyi kucing, nomor empat bunyi gajah, nomor lima bunyi anjing. Nanti Ata langsung peka kalo Leora bunyi gituan dari pada pake kode jari Ata malah nggak paham, oke?"
Alby dan Odel sudah terbahak mendengar celetukan Ata. Sedangkan Leora hanya berdecak kesal.
"Dikiranya nanti gue hewan kebun binatang yang nyasar ke sekolah, njir!" protes Leora kesal.
Alby dan Odel sudah terpingkal-pingkal. Mereka berdua memegang perutnya yang sakit karena terlalu leluasa tertawa.
"Mantul, Ta. Pintar lo!" seru Odel yang masih saja terbahak.
Leora memutar bola matanya malas. "Gue nggak mau tau, nanti gue kan deket sama Alby juga."
Alby menghentikan tawanya. Matanya menatap Leora yang masih kesal.
"Lo mau nyontek gue, Leora? Gue kalo jawab soal pake Al-fatihah, bismilah, sama alhamdulillah. Kalo gue pengen milih salah satu ABCD-nya tinggal baca Al-fatihah sambil mainin jari gue di atas pilihan itu. Nah kalo bacaan gue udah selesai, dan misal berhenti di A, ya gue jawab A. Simple kan?" jelas Alby.
Odel sudah terpingkal-pingkal tidak karuan kali ini kala mendengar celetukkan Alby. Sedangkan Leora menepuk jidatnya yang terasa pusing memiliki teman absurd seperti mereka.
"Lo semua gila emang!" seru Leora yang ikut terbahak.
"Kan gurunya elo, Ra," tambah Odel yang setelah itu mendapat toyoran dari Leora.
Tet...tet...tet...
Bel masuk PAS pun berbunyi. Semua siswa memasuki ruang kelasnya masing-masing. Dan mereka siap bertempur dengan soal yang hanya membuat pening kepala.
***
Empat pria itu keluar dari ruang kelas secara bersamaan. Arga, Rey, Dimas, dan Gio berjalan berdampingan.
Mereka berempat tak seperti siswa lainnya yang nampak pusing setelah mengerjakan soal fisika, mereka malah terbahak karena suatu humor telah terjadi di ruangan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Novela JuvenilPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...