44. Ikigai

1K 70 3
                                    

Jangan maksain dia selalu ada buat lo. Ingat, lo cuma temen.

-Querencia-

Jalanan setapak yang dilewatinya nampak sepi. Tak ada satupun orang yang berlalu-lalang. Pepohonan dengan daun lebat saling melambai karena diterpa angin malam. Pekatnya langit membuat matanya sendu. Tak ada bintang malam ini, tak ada cahaya yang menerangi. Sinar bulan pun tertutup rapat oleh gumpalan awan hitam yang mengelilingi. Sungguh, ia merasa sendiri untuk saat ini.

Gadis dengan kaki yang lemas itu berusaha melangkah meski jalanan terjal yang ditapaknya telah membuat alat geraknya tergores. Terdapat bercak darah di kaki Sang gadis. Ia terus melangkah, entah ke mana dia akan menentukan arah. Bahkan gadis itu tak mengingat jalan rumahnya.

Namun, sewaktu keadaan terasa sunyi, gadis berambut coklat dengan wajah lusuh itu merasa ada seseorang yang mengikuti di belakangnya. Nampak jelas derapan kaki yang mendekatinya. Karena takut, ia lebih mempercepat langkahnya. Semakin cepat dia melangkah, semakin jelas pula langkah kaki di belakang punggungnya.

Gadis itu berhenti, dan memberanikan diri. Ia menoleh ke belakang dengan jantung yang berdegup kencang.

"Hallo! Siapapun lo yang ngikutin gue, tolong keluar dari persembunyian lo!" teriaknya dengan bibir yang gemetaran.

Tak ada siapapun yang menjawab. Gadis tadi refleks memegang leher dan tengkuknya yang merasa aneh, merinding.

Lalu, ia melangkahkan kaki lagi. Berusaha tak menggubris siapapun yang mengikutinya.

Tapi tunggu.

Suara derapan kaki di belakangnya tak terdengar lagi. Gadis itu menoleh ke belakang, kemudian menghembuskan napas kasarnya sambil mengelus dadanya. Karena sudah merasa aman, ia membalikkan tubuhnya dan berniat akan melangkahkan kakinya kembali.

Bugh!

Tiba-tiba saja gadis itu membentur sesuatu di depannya. Sewaktu ia memegang keningnya sambil meringis kesakitan, dia berusaha memberanikan diri untuk melihat apa yang ditabraknya.

Sang gadis kontan membulatkan matanya. Sosok pria dengan cahaya yang menyoroti tubuh nampak mengulurkan tangan ke gadis itu. Karena terkejut, ia hanya terdiam dengan perasaan yang berkecamuk. Dia tak bisa melihat dengan jelas rupa dari pria itu, namun aura pria di hadapannya sangat menenangkan hatinya.

"Kita akan bahagia, bersama."

Suara dari pria bak dewa itu membuat gadis tadi menganga tak percaya. Suara dengan tingkat kelembutan yang sangat eksotis, membuatnya terperangah.

Tak menunggu lama, Sang gadis menerima uluran tangannya. Pria itu mendekapnya beberapa saat, lalu mengajaknya melangkah bersama.

Namun sebuah cipratan air yang mengenai wajah Sang gadis membuatnya merasa terganggu. Lama-lama bayangan pria itu hilang.

"WOI BANGUN! LO TIDUR APA BELAJAR MATI, SIH?"

Alby membuka matanya dengan perasaan dongkol. Sial! Semua itu hanya mimpi. Dan lebih sialnya lagi, pagi indahnya dibangunkan oleh pria yang selalu membuatnya kesal setengah mati, Arga Revano Gavin. Pria itu lagi dan lagi merusak mimpi indah milik Alby.

"APA-APAAN, SIH! MIMPI INDAH GUE KEPENDING GARA-GARA LO TAU NGGAK!" teriak Alby sambil melempar bantal ke Arga.

Arga menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan gadis absurd yang satu ini.

"Lah lo ngigau-nya keras banget, anjir! 'Pangeran jangan tinggalin gue' Jijik!" goda Arga sambil menirukan gaya ngigau Alby.

Dalam hati, Alby berusaha menahan rasa malunya. Kenapa ia bisa ngigau se-alay itu?

Querencia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang