Jangan mencari yang sempurna. Tapi carilah sosok yang bangga memilikimu dan nggak pergi saat dia tahu kekuranganmu.
-Querencia-
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Hari cepat berlalu. Para penghuni sekolah pun berhamburan keluar dari gerbang. Ada yang menunggu jemputan di halte, ada juga yang pulang dengan membawa kendaraan pribadi, contohnya mobil dan motor.
Sama halnya dengan beberapa pria dan gadis yang berada dalam satu mobil. Sepasang kekasih duduk di depan, tak lain Alby dan Arga. Sejoli itu tengah terbahak keras saat memutar kepala mereka ke belakang-melihat keadaan kursi belakang.
Odel, Leora, dan Ata duduk di kursi tengah. Sedangkan Rey, Dimas, dan Gio berada di kursi paling belakang. Sedari tadi dua pria di belakang sangat ribut, siapa lagi jika bukan Rey dan Dimas. Dua pria itu terus berseru, meminta sebuah keadilan karena mobil Arga yang terlalu kecil.
"Ar, pengap banget sumpah. Lebih baik gue pakai motor tadi!" seru Dimas yang dengan tidak malu sudah membuka baju olahraganya di dalam mobil Arga. Hal itu membuat para gadis di sana kontan menutup mata, Dimas benar-benar gila.
"Ya sabar, elah." Arga menyalakan AC mobilnya. Semuanya pun terdiam seketika. Rey sudah memejamkan matanya karena hawa sejuk menusuk tubuhnya. Sedangkan Dimas belum memakai bajunya, namun sudah terdiam, berusaha menikmati kesejukan itu. Gio? Tak usah tanyakan bagaimana kondisi pria itu, tentu saja masih berkencan dengan buku.
Odel, Leora, dan Ata pun ikut terdiam. Setelah keadaan sudah mulai tenang, Arga mulai menancap gasnya menjauhi area sekolah.
Suasana di dalam mobil mulai hening. Semuanya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka pun telah sampai ke tempat tujuan. Kedai es krim milik almarhumah mamanya Arga.
Delapan remaja itu turun dari mobil. Dimas yang masih tidak memakai kaos hanya mengambil jaketnya lalu merekatkan pada tubuhnya. Odel yang tak sengaja melihat itu hanya bergidik ngeri, sedangkan Dimas malam mengedipkan matanya.
Mereka pun memasuki tempat tersebut. Seperti biasa, mereka duduk di kursi panjang paling pojok.
"Sebenarnya kita ke sini mau ngapain, sih?" tanya Rey yang sudah duduk.
Dimas menggidikkan bahunya. "Tanya aja sama bosnya!"
Arga mengulum senyumnya. Ia menatap sahabat-sahabatnya itu, "Gue 'kan dulu belum sempat traktir kalian, jadi hari ini kalian bebas pesan apa aja. Free!"
Rey dan Dimas kontan kegirangan.
"LO BENERAN, AR?" teriak Rey dengan histeris.
Arga menganggukkan kepala.
"Alhamdulillah ya allah. Uang saku bisa gue tabung buat top up!" seru Rey sambil mengelus dadanya, merasa bersyukur.
Arga dan Dimas terbelalak mendengar seruan sahabatnya itu.
"Gue kira lo nabung buat nikah, malah buat top up!" beber Arga ke Rey.
Dimas terbahak mendengar kata Arga. "Rey nabung buat nikah? Pasangan aja belum ada, Ar. Masa iya dia mau nikah!"
Rey mendesis. Sedangkan Arga dan Dimas terbahak keras, merasa puas telah berhasil mengerjai Rey.
"Udah, woi. Kasian Rey!" tegur Leora.
Arga dan Dimas kompak melirik Leora.
"Cie kasian sama abang Rey, cie ...." goda Dimas.
Leora mendecakkan bibirnya. "Lama-lama gue iket mulut lo pakai-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...