Yakin bahwa suatu saat nanti ia bisa mendapatkan apa yang sedang perjuangkan.
-Querencia-
"Karena lo masih suka sama gue, Al?"
Pertanyaan itu muncul dari seseorang lain yang mendatangi tempat itu bersama gadis lain. Mereka bergandengan dan melangkah menuju ke posisi Alby.
Alby yang melihat kedekatan mereka kontan merasakan sakit di area dadanya.
"Kenapa lo ke sini?"
Kedatangan sosok pria dan gadis itu membuat suasana menjadi hening kembali.
"Gerald!!"
Teriakan salah satu siswi SMA Bina Bangsa membuat suasana ricuh kembali.
"Sorry, Al. Sesuai apa yang gue katakan ke lo, bahwa suatu hari nanti pasti gue akan menyakiti hati lo. Dan sekarang terbukti. Gue udah punya tunangan," ungkap Gerald.
Alby memandang tangan Gerald dan gadis itu secara bergantian. Mereka berdua sudah memakai cincin tunangan. Tanpa sadar air mata Alby sudah turun. Ia memajukan langkahnya, diam beberapa detik, lalu memegang tangan Gerald dengan gadis itu. Tanpa sopan santun dari seorang Alby, ia melepas masing-masing cincin mereka berusaha dan membantingnya ke lapangan basket yang dipijaknya.
Gerald dan gadis itu kontan terkejut. Semua orang di sana pun tak kalah kagetnya. Suasana mendadak mencekam.
"Kalian bohong, kan? Jawab!" teriak Alby dengan tangisan yang pecah. Gerald dan gadis itu marah besar. Gerald segera mengambil cincin tadi. Dan berdiri dengan emosi yang tak terkendali.
"Apa maksud lo buang-buang cincin tunangan gue!? Lo mau di-cap pelakor, Al?" tanya Gerald dengan nada menyeramkan.
"Cincin ini bukan permainan semata. Ini asli. Dia tunangan gue. Dan gue ke sini cuman mau bilang ke elo, sebenarnya-" Gerald menjeda ucapannya. "Sebenarnya, gue nggak pernah punya rasa sama lo."
Alby menangis kencang. Bisma dan Bella kontan memeluk putri mereka. Devon yang tidak terima itu dengan cepat menarik kerah baju milik Gerald.
"Apa maksud lo!? Lo mau bikin adek gue gila? Hah!?"
Teriakan Devon tak digubris oleh Gerald. Ia hanya diam dan merekatkan genggamannya dengan gadis di sampingnya. Semua orang di sekitar mereka nampak terkejut pula. Terlebih pada Arga. Lalu, Devon menghempaskan kerah bajunya Gerald. Ia mempersilahkan Gerald untuk berbicara.
"Al ...." sapa Gerald.
"Nggak usah manggil gue! Pergi!"
"Al, gue mau ngomong sebentar aja. Beri waktu gue buat ngungkapin ini sama lo," ucap Gerald.
"Sebenarnya, gue udah dijodohin sama orang tua gue. Meskipun gue dan cewek gue masih kelas sebelas SMA, tapi kami udah punya ikatan. Dan kami sudah yakin akan menikah setelah lulus sekolah. Karena orang tua dia-" Gerald menjeda ucapannya seraya melirik ke arah gadis di sampingnya. "Orang tua dia akan pergi dari dunia."
Alby semakin tersedu-sedu. Mendengar kata "Menikah" membuat hatinya teriris.
"Kenapa lo nggak bilang dari dulu, Gerald!?" sahut Alby dengan tangisan yang belum mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...