Tetap saling sayang, walaupun nggak bisa saling genggam.-Querencia-
Getaran ponsel yang terletak di atas nakasnya memunculkan notifikasi telepon dari seseorang. Gadis dengan rambut acak-acakan itu membuka matanya secara terpaksa. Kemudian meraih ponselnya dari posisinya.
Di layar ponsel itu terpapar pukul dua belas malam. Alby tak habis pikir, siapa yang meneleponnya di tengah malam seperti ini?
Matanya terbelalak seketika kala melihat nama seseorang yang tertera di sana. Ia ingin mengangkatnya, namun dia berpikir lebih keras lagi. Alhasil, Alby menarik tombol berwarna hijau itu ke atas, dan menempelkan benda pipih itu di telinganya.
"Hallo."
Suara bass itu yang Alby rindukan. Walaupun banyak luka yang tertorehkan, tapi sejujurnya Alby masih memiliki perasaan.
Alby meneguk saliva-nya dengan kuat. Bibirnya kelu, ia menjawab seadanya saja.
"Iya? Ada apa?"
"Gue kangen sama lo."
Ucapan pria itu membuat dada Alby berdesir hebat. Alby menggigit bibir bawahnya kuat. Bukannya tak ingin menjawab perkataan itu, namun bibirnya tiba-tiba saja kelu. Sial!
"Tetap saling sayang, walaupun nggak bisa saling genggam," ucap pria tadi.
Alby semakin gugup tidak karuan. Perasaannya campur aduk. Pria itu selalu membuatnya terperangah.
"Lo besok sibuk? Gue pengen ketemu."
"Ketemu di mana?"
Si penelepon memberikan alamat yang akan mereka tuju besok. Alby dengan sigap mematikan sambungannya. Lalu, gadis itu memegang dadanya yang berdegup kencang.
Otaknya berpikir keras. Apakah ia akan salah melangkah jika mengikuti kemauan pria itu? Tapi dalam hati, dia yakin bahwa sang pria tidak akan bertindak jahat kepadanya.
Alby tersenyum lebar. Gadis itu berpikir akan mimpi indah setelah ini.
Alby meletakkan ponselnya kembali di atas nakas. Menutup matanya rapat dengan senyuman yang belum juga lepas dari bibirnya. Ia akan membuat pria itu kembali terpesona. Dan akan membuat cinta kembali padanya.
Semoga.
***
Pria dengan balutan jaket kulit berwarna hitam itu nampak menyugar rambutnya beberapa kali di depan kaca besar yang terletak di kamarnya. Sesekali ia menampilkan wajah yang menurutnya paling tampan di antara anak seumurannya. Menautkan alisnya dan merapatkan jaketnya. Ditambah kaos abu-abu yang melapisi tubuh bagian dalamnya, menjadikan pria itu makin berkharisma.
Setelah dirasa sudah rapi, ia mengambil parfumnya yang berada di tempatnya dan menyemprotkan ke sekujur tubuhnya. Baunya yang sangat maskulin itu membuat dia lebih percaya diri. Usai melakukan itu, Arga keluar dari kamar.
Berjalan menuju keberadaan tiga orang yang tengah duduk di meja makan. Lebih tepatnya menunggunya sedaritadi.
Arga mendaratkan bokongnya tepat di samping Ardian. Semua tatapan tertuju pada Arga.
"Wangi banget lo, tumben," seru Ardian.
Arga hanya memasang wajah datar.
Friska tanpa sadar sudah terkekeh pelan melihat penampilan anaknya yang sangat rapi.
"Arga, mau ke mana?" tanya Friska sembari melahap sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Fiksi RemajaPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...