Hadiah karena lo berhasil buat gue suka sama lo.
-Querencia-
Pagi kembali menyapa. Langit mendung mendominasi kota Pemalang yang ramai akan kendaraan. Hawa dingin menyelimuti manusia yang akan melakukan aktivitas masing-masing. Suara gemuruh pada langit pun terdengar samar-samar. Sepertinya akan turun hujan.
Alby melangkahkan kakinya lamban. Ia beberapa kali menatap langit yang berwarna hitam itu. Alby meringis. Dia tidak ingin hujan datang pagi ini. Bahkan, Alby sudah memeluk dirinya sendiri guna menghilangkan hawa dingin yang menusuk pada kulit.
Bibirnya yang pucat pasi itu gemetaran. Devon hari ini harus berangkat pagi karena sedang masa ujian untuk kelas dua belas. Alhasil, Alby berjalan kaki. Berusaha mencari angkot atau taxi yang lewat, namun tak ada satupun kendaraan yang melewatinya.
Awan semakin menutupi langit. Dan hal yang tidak diinginkan Alby pun terjadi. Hujan telah mengguyurnya.menghantam bumi tanpa ampun. Alby langsung berteduh di tempat halte bis. Ia menangis. Rasa sakit kembali terasa di dalam dadanya. Menutup telinganya rapat. Berharap tak mendengar percikan hujan yang jatuh tepat di sekelilingnya.
Seseorang lain telah memberhentikan motornya. Sosok pria melepas helm dan berteduh di samping Alby. Tangisan Alby yang semakin keras itu membuat pria tadi tersadar akan kehadiran Alby.
Pria itu menarik bahu Alby menghadap padanya. Dengan terkejut, sang pria memberikan jaket untuk Alby.
"Lo kenapa? Sakit?" tanya pria itu.
Alby berusaha menahan isakannya. Perlahan, ia menatap seseorang di hadapannya. Dengan terkejut, mata Alby dan Arga bertabrakan. Posisinya sekarang sangat dekat.
Alby sontak mengalihkan tatapannya ke arah lain. Jujur saja, ia malu. Tapi hujan yang semakin deras membuatnya menangis lagi. Arga menatap bingung gadis itu. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Eh, lo kenapa sih? Preman kemarin ganggu lo lagi? Atau lo laper? Kita makan dulu ke warteg?" tanya Arga yang bertubi-tubi itu tak membuat tangisan Alby reda.
Arga menatap lingkungan sekitar mulai sepi karena hujan yang berjatuhan. Untung saja hanya Arga yang melihat fenomena aneh dari Alby Alexandra. Arga memutar otaknya. Ia berusaha mencari solusi agar Alby tak menangis lagi.
Dengan sigap, Arga mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Sebuah headset telah ia keluarkan. Arga sontak menarik wajah Alby menghadap dirinya. Tangan Alby yang masih menutup telinganya dipaksa lepas oleh Arga. Arga menarik tangan Alby, namun Alby meronta-ronta tak ingin melepas tangannya.
Dan akhirnya berhasil. Tangan gadis itu terlepas dari telinganya. Arga dengan cepat menyumpalkan headset di kedua telinga Alby. Perlahan, tangisan Alby reda. Alby fokus mendengarkan lagu yang Arga putar di ponsel pria itu.
Arga menghela napas lega. Dia tak mempermasalahkan dengan jaket dan headset yang berada di tubuh Alby.
"Udah mendingan?" tanya Arga memastikan.
Alby mengangguk pelan. Menatap Arga dengan matanya yang sembab.
"Makasih."
Arga tersenyum tulus. "Tenangin dulu. Abis itu kita berangkat ke sekolah, sambil nunggu hujannya reda."
"Kita?" tanya Alby dengan lirih. Namun Arga masih bisa mendengarnya.
Arga berdecak pelan. "Ya iyalah, 'kan di sini cuma ada gue sama lo. Aneh."
"Lo mau berangkat sama gue?" tanya Alby.
"Terserah," jawab Arga kesal.
"Gue nggak bawa motor." Album menghembuskan napas pelan sambil menundukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...