Kita saling melontarkan kata yang tak mengenakkan hati. Namun ada rasa yang hadir tanpa kita sadari.
-Querencia-
"Gue di mana?" Alby memijit keningnya yang masih terasa pening. Menatap seseorang yang berada di hadapannya.
Pertanyaan yang terlontar dari mulut gadis yang baru saja siuman itu kontan mendapatkan lirikan sinis dari Arga yang duduk di samping Alby.
"Lo udah di surga, Al," jawab Arga dengan watados (Wajah tanpa dosa).
Alby dengan posisi duduk di atas ranjang itu menepuk-nepuk pipi dan sekujur tubuhnya. Cubitan kecil yang mendarat di lengan akibat ulahnya sendiri membuatnya merintih kesakitan.
"Lo nyulik gue, ya!?" tanya Alby dengan panik. Lalu gadis itu menatap seluruh sudut ruang itu. Tak ada siapapun kecuali dia dan Arga.
Arga tersenyum miring. "Kalo iya kenapa?"
Alby sontak turun dari ranjang dan berusaha keluar dari kamar Arga. Namun Arga dengan kejahilannya menutup pintu dan berusaha menutup rapat bagian pintu dengan tubuhnya.
"Gue mau keluar!" teriak Alby yang sibuk meraih kenop pintu, tapi usahanya gagal.
Arga berusaha menghalangi langkah gadis menyebalkan itu. "Lo masih sakit, istirahat dulu, jangan ke mana-mana."
"Gue mau pulang!" seru Alby.
Arga tetap kekeuh pada pendiriannya. Sampai sebuah teriakan dari luar pun membuat aksi Arga berhenti. Akhirnya Arga membukakan pintu kamarnya, dan muncullah sosok Mamanya yang berdiri di depan pintu dengan semangkuk bubur di tangannya.
"Lho? Alby mau ke mana?"
Pertanyaan itu membuat Alby mengumpat dalam hati. Ia menutupi dirinya sendiri, mengapa dia sampai ke tempat menyebalkan ini?
Arga tersenyum miring. "Dia tadi mau kabur, Ma. Arga cegah tapi dianya pengen balik aja."
Friska menggeleng sembari terkekeh.
"Alby, Arga nggak berniat jahat sama kamu kok. Kamu baru saja sadar dari masa pingsan, sebaiknya istirahat dulu. Lagian Mama udah bilang ke tante Bella soal kamu, jadi nggak perlu khawatir," ucap Friska.
Alby merutuki dirinya sendiri. Niatnya keluar dari rumah Arga telah gagal. Lengannya ditarik begitu saja oleh Friska menuju ranjang Arga.
"Ma, nanti Alby nggak sampai nginap di sini, 'kan?" tanya Arga.
Friska tersenyum kecil. "Kalau dia udah baikan nanti antar pulang saja, kalo belum nanti nginap di sini."
"Nggak! Alby jangan nginap di sini pokoknya. Arga nggak nampung orang buangan kayak dia, Ma. Nyusahin tau nggak. Dan alasan utamanya ini kamar Arga, jadi siapapun nggak boleh menempati kamar ini, titik!" seru Arga dengan wajah tertekuk kesal.
Friska mendesis. Meskipun Friska adalah Mama Arga, namun ia lebih membela Alby yang berstatus sebagai anak orang lain.
"Dedek Arga ... ada ruang tamu, ada ruang keluarga, dapur, kamar mandi, gudang, garasi, kamu bisa milih salah satu dari tempat itu buat dijadiin kamar sementara kamu," tukas Friska.
Bibir Alby berkedut menahan tawa kala mendengar kalimat "Dedek Arga" terdengar geli. Seorang Arga Revano Gavin dengan fisiknya yang maskulin itu ternyata menjadi pria manja saat di rumah.
Arga yang tak sengaja menangkap Alby terkekeh itu kontan mendelik.
"Apa lo? Nggak usah ketawa, dasar pantat panci!" bentak Arga ke Alby.

KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Fiksi RemajaPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...