12) Drapetomania

2K 110 13
                                    

It is undeniable, strengthen someone for the opposite sex who is different in the sense, more want to mean a sign where the foam froth grows in the heart.

-Querencia-

Langkah lebarnya semakin cepat memasuki koridor sekolah yang tampak ramai. Di jam istirahat kali ini, pria berambut hitam dengan wajah yang rupawan bak pangeran di sekolah ini memilih menghabiskan waktunya untuk membaca buku di perpustakan. Sebenarnya, ia muak akan hal itu. Namun, entah hal apa yang membuat dirinya berniat memasuki tempat termuaknya.

Sampai juga. Perlahan, langkahnya menuju ke jejeran rak dengan berbagai macam buku yang terbilang rapih di sana. Bau semerbak lembarang dari buku-buku itu nampak jelas di indra penciumannya. Memilih beberapa dari berbagai macam buku itu menyebalkan menurutnya. Ia tak suka membaca. Muak rasanya. Hanya ingin mengambil buku apapun dan dijadikan alas bantal tidurnya. Usai menemukan buku yang sesuai, ia pun beranjak menuju kursi coklat lengkap dengan meja yang sudah menjadi fasilitas utama di perpustakan.

Sontak sang pria mendaratkan bokongnya di kursi yang tertata rapih di tempat itu. Membuka halaman depan dari bagian buku. Oh ternyata buku yang diambilnya adalah sebuah novel bercetak tebal dengan bau semerbak debu yang menempel di badan novel tebal itu. Covernya menarik. Namun, ia sedikit tertarik. Pasalnya, novel itu berisi tentang beberapa quotes para penulis terkenal. Membuat niat untuk tidurnya menghilang sekejap. Serasa ia terhipnotis oleh beberapa quotes di dalam buku itu.

Pria itu pun sangat menikmati momen ini. Dengan suasana perpustakan yang sunyi, hanya dirinya seorang, dengan mudah kata-kata indah yang tertulis rapih di dalam novel yang tengah dibacanya membuat ia sedikit mendapat pencerahan.

Tepukan di pundak kanannya membuat pria itu terkejut. Ditatapnya manik seseorang di belakang punggungnya. Orang itu sudah beralih duduk di sampingnya.

"Lo masih ikut pertandingan basket kan Von?"

Napas Devon dibuat sesak kali ini. Tak salah kan jika dirinya mulai menjauhi ekstrakulikuler itu karena sebentar lagi menginjak ujian?

Si lawan bicara yang melihat wajah gugup temannya pun terkekeh kecil.

"Lo ngapain tegang gitu? Jangan ngebayangin kalo gue Alby yang lagi nembak lo ya," celetuk pria bernama Harley.

Devon berdecak pelan. Oke. Malas rasanya ia berdebat dengan teman satu mejanya ini. Buang-buang waktu saja.

"Pergi," usir Devon.

Harley pun mengernyitkan dahinya, menatap heran temannya yang beralih membaca sebuah buku di tangannya. Mengapa hari ini Devon rajin membaca buku? Novel lagi. Bergenre romance. Apa seorang Devon sudah bisa membuka hati untuk perempuan lain kecuali Alby? Bahkan, satu sekolah pun tahu jika Devon dan Alby memang dekat.

"Oke fiks. Pulang sekolah jangan balik. Kita latihan di lapangan. Nggak ada penolakan."

Ucapan Harley membuat tatapan Devon menangkap 'sang pembicara'.

"Gue udah bilang nggak ma-"

"Lo nggak latihan, atau Alby jadi taruhan?" potong Harley cepat.

Devon hanya mengdengkus. Ia tak bisa berbuat apapun kala mendengar nama 'gadis absurd' itu.

"Oke."

Jawaban Devon dibalas kedipan mata dari Harley yang sudah beranjak keluar dari perpustakan. Pria yang masih setia memegang novel itu bergidik ngeri atas kelakuan temannya.

***

"Eh, sini buruan ini masyaallah gantengnya!"

Querencia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang