56. Erorist

846 62 3
                                        

Tenang. Semua akan baik-baik aja.

-Querencia-

Matahari telah lama menenggelamkan dirinya. Langit semakin memekatkan tubuhnya, hitam menyeluruh. Pukul delapan malam. Tiga orang itu menyusuri koridor rumah sakit yang mulai sepi. Gadis dengan balutan sweater berwarna abu-abu membuka pintu ruangan yang akan dimasukinya bersama dua pria di sampingnya.

Tubuhnya lemas kala melihat keadaan seseorang yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Ia sontak berdiri di samping orang itu, menatap wajah pucat Sang empu.

Alby mengelus pipi pria itu dengan lembut. "Bang Devon, bangun ...." lirihnya.

Tak terasa air matanya jatuh secara tiba-tiba. Alby kembali merasakan sesak di dadanya.

"Bangun, Bang. Lo sayang sama gue, 'kan? Bangun."

Berbeda dengan Arga dan Papanya yang kebetulan satu ruangan dengan gadis tadi. Dua pria itu menatap Ardian yang terlelap.

Arga bergumam pelan. "Bang, lo nggak kangen berantem sama gue? Sama, gue juga nggak kangen kalo kita berantem, karena gue nggak mau kita berantem lagi nanti."

Bagas yang berada di samping Arga mengelus pundak anaknya. Tanpa sebuah air mata pun, sosok Papa dan anak sama-sama merasakan sesak yang mendalam.

"Bang ... kita nggak punya siapa-siapa lagi."

Ucapan itu membuat Arga dan Bagas menoleh ke arah Alby yang memeluk erat tubuh Devon. Lalu dua pria itu menghampiri gadis tadi, Bagas sontak merangkul Alby.

"Alby, ada Papa Bagas, sama Arga, yang bakal jagain kamu sama abangmu, okay?" ucap Bagas dengan lembut.

Alby mengangguk pelan sambil menyeka air mata yang turun ke pipinya. Arga menatap gadis di sampingnya.

"Oh, ya, Papa mau ke dokter dulu buat lihat hasil pemeriksaan. Kalian berdua tunggu di sini aja, ya," ujar Bagas yang kemudian pergi dari tempat itu.

Tersisa Alby dan Arga yang masih terdiam. Dua remaja itu memilih untuk mengatupkan mulut mereka rapat-rapat. Arga menghela napasnya, dengan tatapan yang belum lepas dari gadis di sampingnya.

Alby yang merasa ditatap terlalu lama akhirnya menoleh, "Ar ... gue boleh minta pel-"

Belum sempat Alby menyelesaikan ucapannya, Arga sudah dengan cepat mendekap tubuh kurusnya. Sangat erat. Arga tahu, itu yang Alby butuhkan saat ini. Alby kembali menangis, bahkan air matanya lebih deras.

"Tenang. Semua akan baik-baik aja," ucap Arga dengan lembut, berusaha menenangkan.

Alby mengangguk kecil dengan kepala yang tenggelam di dada Arga.

"Gue nggak mau kehilangan lagi untuk kesekian kalinya, Ar. Gue nggak mau."

Arga mengelus puncak kepala Alby. "Abang lo pasti baik-baik aja kok, Al. Gue yakin."

Alby menoleh, menatap Devon yang terbaring dengan beberapa selang yang menyelimuti pria itu.

"Lihat tubuh Bang Devon, gue pengen cabut tuh selang tau nggak, ngapain coba dipasang selang gitu!" protes Alby sambil sesegukan.

"Hei, lo nggak boleh gitu." Arga semakin mengeratkan pelukannya. Mereka saling memeluk lama, sampai tak sadar bahwa Bagas telah menatap pemandangan itu sedari tadi di balik pintu.

Pria berumur itu tersenyum, "Anakku sudah dewasa."

***

Tiga hari setelah mengalami duka, akhirnya gadis berparas cantik melaksanakan aktivitasnya seperti biasa. Bersekolah. Begitu juga dengan pria yang tinggal bersamanya, tak lain Arga.

Querencia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang