Pedes aja mbak. Yang manis ujung-ujungnya ninggalin juga.
-Querencia-
Panas terik matahari yang menyengat itu membuat Alby sesekali merintih. Hawa panas membuatnya merasa kehausan. Tepukan singkat di pundak Arga membuat sang pemilik pundak menoleh singkat ke arah spion.
"Gue haus, berhenti dulu ngapa!"
Seruan dari Alby membuat Arga memarkirkan motornya ke pinggir jalan. Lalu Arga dan Alby turun dari motor. Arga melepas helm-nya, begitu juga helm yang dipakai Alby.
"Masih jauh nggak, sih, tempat yang lo tuju?" tanya Alby sembari mengipas bagian lehernya dengan tangannya.
Arga menapis keringatnya yang di pelipis. "Sebentar lagi sampai kok. Lo mau minum dulu?
Alby berdecak pelan. "Iya, lah. Lo mau gue mati di sini karena dehidrasi?"
Kepala Arga terasa pening jika terlalu lama di bawah sinar matahari. Ia juga dehidrasi. Arga memegang keningnya yang semakin sakit itu. Alby yang melihat raut wajah Arga yang pucat mulai panik.
"Eh Ar, lo nggak pa-pa, kan?" tanya Alby dengan nada yang khawatir.
Arga mendudukkan dirinya pada batu yang tertera di pinggir jalan. "Dehidrasi gue kumat."
Alby baru ingat jika Arga dehidrasi maka pria itu akan pingsan. Bahaya.
Mata Alby menyipit. Mencari pedagang minuman ataupun warung apapun, yang terpenting ada air. Alby melihat Alfamart yang berada di seberangnya. Gadis itu pamit ke Arga. Arga hanya mengangguk pelan. Tenaganya sudah terkuras.
Alby dengan cepat menyebrang jalanan yang ramai siang itu. Panas matahari sangat menyengat, suasana macet pun menyertai jalanan.
Tak membutuhkan waktu lama, Alby telah kembali ke posisi sebelumnya. Sebelum ia menyodorkan minuman itu ke Arga, Alby meminum terlebih dahulu. Meneguknya sampai setengah. Lalu, Alby baru saja menyodorkan minuman dingin itu ke Arga. Arga yang tak mau berfikir lama itu kontan meneguk sampai habis. Dibuang lah botol minuman itu secara sembarangan. Alby yang melihat kelakuan Arga tadi berdecak pelan.
"Buang sampah tuh pada tempatnya!" seru Alby seraya mengambil sampah tadi dan memasukkan ke dalam tong sampah.
Arga berdecak pelan. "Ke temannya nggak boleh?"
"Lo disekolahin dua belas tahun masih aja bodoh, dasar!" sahut Alby.
"By the way, Lo nggak beli minuman barusan?" tanya Arga.
Alby tersenyum tengil. "Beli. Minuman gue adalah minuman yang diminum sama lo."
"Otomatis, lo kena bekasnya gue," lanjut Alby.
Arga yang mendengar hal itu kontan membulatkan mata. Memegang bibirnya dan mengusap-usap bibir dengan tangan. Terkejut bukan main.
"Astaga. Secara nggak langsung kita anu, dong!" panik Arga.
Alby mengernyitkan dahinya tak paham. "Anu? Apa?"
"Berarti kita berciuman secara nggak langsung!" pekik Arga.
Alby hanya terkekeh geli. "Lo ngapain kaget kayak gitu? First kiss-nya gue aja diambil lo dulu, njir!" decak Alby.
Arga memasang wajah polos. "Kapan?"
"Nggak usah pura-pura lupa. Waktu dulu nggak sengaja itu. Padahal, mah, sebenarnya lo sengaja mau ngambil ciuman pertama gue, 'kan?" desak Alby.
Arga mengekspresikan wajahnya seperti orang mau muntah. "Najis! Gue nggak sengaja waktu itu, ya, kalau direncanain juga gue nggak mau, dodol!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Dla nastolatkówPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...