55. Joy

774 75 8
                                    

Dunia nggak boleh tau kalau kita lagi babak belur. Dunia hanya boleh tau kita masih tegak dan nggak hancur selepas badai besar menerjang.

-Querencia-

Gadis dengan rambut cokelatnya yang acak-acakan itu terjongkok lemas di pojok ruangan kamarnya. Matanya yang sembab, anggota tubuhnya yang melemah membuat keadaan Alby semakin parah. Ditambah tangan kanannya yang sedari tadi memegang benda tajam, tak lain sebuah pisau.

Alby menangis tersedu-sedu, bangkit dari posisinya, dan menghadapkan tubuhnya di depan cermin besar kamarnya. Ia menatap pantulan dirinya sendiri. Keadaannya sangat tidak karuan. Alby bisa dengan jelas melihat dirinya yang seperti orang gila.

"Al, lo nggak berguna lagi buat hidup."

"Lo nggak ada siapa-siapa lagi. Apa gunanya lo hidup sekarang kalau orang-orang yang lo sayangi pergi ningalin lo?"

Alby menggumam sedari tadi, dengan sebuah pisau yang terlepas dari tangannya.

"LO NGGAK GUNA, AL! LO BERHAK BUAT MATI!" teriaknya.

Air matanya sudah menyeluruh di pipi gadis itu. Alby menatap sekujur tubuhnya lagi, lalu tatapannya beralih ke arah cermin berukuran besar di hadapannya. Ia sontak mengangkat pisau yang dipegangnya, mengangkat benda itu hingga sampai atas kepala dengan kedua tangannya. Tangisannya semakin deras, dan keberaniannya untuk mengakhiri hidup pun semakin menyeruak.

"ALBY!"

Belum sempat Alby mendaratkan pisau ke dalam perutnya, tiga temannya telah menghentikan aksinya. Odel dengan cepat merebut benda yang ada di tangan Alby, lalu menghempasnya jauh. Sedangkan Leora dan Ata memeluk Alby sangat erat, Odel pun mengikutinya. Mereka memeluk Alby guna memberikan kekuatan gadis itu untuk tetap semangat menjalani hidup.

Tapi Alby justru meronta, tak ingin dipeluk. Tangannya mendorong ketiga temannya, namun yang didorong tidak menyerah begitu saja. Mereka bertiga semakin erat memeluk Alby.

"AL, SADAR PLEASE! JANGAN KAYAK GINI, GUE NGGAK SUKA! LO NGGAK PERLU TAKUT, BANYAK ORANG YANG SAMA LO, TERMASUK KITA!" teriak Odel.

Tangis Alby semakin pecah. Tubuhnya semakin melemas.

"Gue nggak tahan lagi. Biarin gue mengakhiri semua ini." Alby mengucap dengan lirih. Odel, Leora, dan Ata terkejut kalau mereka memeluk gadis itu, karena aroma tubuh Alby sepertinya telah banyak meminum alkohol. Namun ketiga temannya tak memperdulikan hal itu. Mereka hanya ingin memberi apa yang dibutuhkan Alby sekarang, sebuah pelukan.

Selang beberapa menit lamanya, Alby tiba-tiba terjatuh lemas. Gadis itu pingsan. Odel, Leora, dan Ata mengangkat Alby ke atas ranjang. Menutupi setengah tubuh Alby dengan selimut.

"Le, tolong ambilin baju di lemari Alby. Gue perlu gantiin baju dia, baunya nggak nahan. Bahaya nanti kalo papanya Arga tahu," suruh Odel ke Leora.

Leora pun mengangguk dan menjalankan tugasnya.

Odel beralih menatap Ata, lalu berkata, "Ta, lo bisa ambilin minuman di belakang buat Alby?"

Ata juga mengangguk, dan melesat pergi ke dapur.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama, Leora kembali bersama baju dan celana yang berada di tangannya.

"Nih, Del," ucapnya sembari menyodorkan barang itu.

"Thanks."

Odel dengan cepat melepas baju Alby dan menggantinya dengan baju bersih. Leora pun tak kehabisan akal, ia mengambil parfum di atas nakas Alby dan menyemprotkannya ke tubuh gadis yang tengah terbaring itu.

Querencia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang