Walaupun kehadirannya nggak pernah dihargai, tapi dia tetap menyinari bumi. Dan matahari nggak pernah minta balas budi, walaupun perjuangannya nggak pernah ternilai.
-Querencia-
"Jangan mengambil sesuatu yang udah jadi milik orang lain, paham?"
Ancaman Alby tak membuat nyali musuhnya menciut. Lima gadis di hadapannya justru terbahak.
"Emang lo udah jadian sama Arga? Bukannya dulu lo baru dipermalukan di tengah lapangan sama cowok lain?" ucap gadis lain yang berada di sisi kanan ketua geng.
Rahang Alby mengeras. Ingin rasanya ia mencabik wajah menyebalkan lima orang di depannya.
"Al, nggak usah ladenin mereka, ayo pergi," ajak Arga.
Alby menghembuskan napasnya, lalu melirik Arga dengan anggukan kecil. Tanpa aba-aba, gadis itu sontak menarik lengan Arga kembali, namun lagi dan lagi netizennya beraksi. Memancing emosi.
Lima gadis itu menghadang langkah Alby dan Arga.
Arga menghela napas, "Bisa minggir? Gue mau lewat," ucapnya ke lima gadis itu.
Si ketua geng mengulum senyumnya. Berusaha meraih tangan Arga, namun Alby dengan cepat menepisnya.
"Oke, untuk sekarang gue bebasin lo, Alby, tapi enggak untuk hari berikutnya," lontar Sang ketua.
Alby memutar bola matanya malas, "Terserah."
Setelah melakukan itu, lima gadis si pengganggu pergi dari sana. Alih-alih melangkahkan kakinya lagi, Arga menghentikan niat Alby.
"Kenapa?" tanya Alby yang sudah memutar tubuh menghadap Arga.
"Tangan gue keringetan, bego! Lo megangnya kenceng banget."
Alby dengan cepat melepas cengkramannya sambil meringis kecil tak tahu malu.
"Sorry."
Arga melirik area sekitar, tak ada siapapun orang yang lewat, koridor nampak sepi.
"Al, kita bolos ke perpustakaan aja, yuk!"
Alby melototkan matanya, "Gila aja ke perpustakaan, gue nggak pernah ke sana, njir!" protes Alby.
Arga menghela napasnya, "Terus ke mana? Dasar preman pemalas!"
"Apa lo bilang!?"
Arga mengangkat jarinya ke udara membentuk huruf V sambil nyengir.
Tanpa membuang waktu, Alby dengan cepat menarik lengan Arga kembali. Arga yang diseret-seret seperti kambing hanya pasrah.
Setelah mereka menyusuri koridor yang terbilang panjang, Alby dan Arga telah sampai ke tempat tujuan, tak lain rooftop sekolah.
"Lo ngajak gue ke sini?" tanya Arga.
Alby hanya mengangguk sebagai jawaban. Akhirnya mereka berdua menaiki tangga kecil menuju tempat itu. Setelah mencapai titik tertinggi, Alby sontak berlari dan duduk di kursi yang sedikit diselimuti debu.
Arga pun sama. Berhubung kursi itu agak panjang, ia duduk di samping Alby. Manatap langit biru yang terpampang jelas di hadapannya. Ditambah angin yang membelai lembut pipi mereka masing-masing, tenang sekali.
"Al," panggil Arga.
Alby menoleh, "Iya?"
"Lo inget nggak waktu pertama kali kita bertengkar di tempat ini?"
"Inget banget, anjir! Lo emang ngeselin dari dulu!" jawab Alby sambil terkekeh kecil.
Arga membulatkan matanya, "Kok gue yang ngeselin? Elo, lah! Berani-beraninya gangguin gue yang lagi boteng!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [END]
Roman pour AdolescentsPART MASIH LENGKAP, BELUM DIREVISI. [Follow sebelum membaca, don't copy my story]. Highest rank🥇 #1 in highschoolseries #1 in spirit #1 in together #2 in best couple Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realita. Rasa itu hadir tanpa disadari...