48. Acatalepsy

886 65 8
                                    


Kalau suka sama seseorang itu bilang, jangan dipendam. Nanti ada yang ngambil duluan nyesel loh.

-Querencia-

Pria bak dewa dengan balutan jas hitam beserta kemeja putih yang terletak di dalamnya membuatnya terlihat lebih tampan dari biasanya. Ditambah celana hitam yang serasi. Sembari mengulum senyum, ia menyisir rambutnya pelan. Berdiri di depan kaca yang terletak di kamarnya, lalu menyemprotkan parfum dengan aroma maskulin yang kuat, perfect!

Di hari yang spesial ini, Ardian ingin tampil sempurna. Hari di mana ia akan berpisah dengan teman-temannya, juga masa lalunya di sekolah yang akan dia rindukan nantinya.

Ardian keluar dari kamarnya. Lalu berjalan menuju keberadaan Sang Mama dan adiknya yang sudah berada di depan.

"Sudah siap?" tanyanya.

Suara itu kontan mengalihkan kedua orang yang tengah menunggunya. Friska menatap anaknya dengan tatapan kagum.

"Anak mama tampan sekali," ucap Friska sambil memperhatikan Ardian dari ujung atas sampai bawah.

Arga yang melihat penampilan kakaknya mengakui jika orang itu benar-benar tampan hari ini.

"Gimana, Ar?" tanya Ardian ke Arga.

Arga mengangguk pelan, "cakep."

Arga dengan balutan jas berwarna putih dan kemeja abu-abu itu juga tak kalah tampannya dari Ardian, menjadikan dirinya lebih berkharisma. Ketiga anggota keluarga tersebut menggunakan warna yang serasi, identik dengan warna putih. Begitu juga dengan Friska. Paruh baya itu menggunakan kebaya kekinian berwarna putih tulang yang membuatnya tampak lebih muda.

Ardian mengulum senyumnya lebih lebar. Kedua tangannya terulur untuk merangkul dua anggota keluarganya itu.

"Hari ini adalah hari pelepasan. Walaupun tanpa papa, dan apapun keputusannya, lulus atau enggaknya, Ardian tetap berterima kasih ke Mama juga Arga, tanpa kalian, Ardian nggak akan jadi apa-apa."

Friska sontak mencium pipi kiri putranya. "Iya, sayang. Mama bangga sama kamu."

Ardian membalas ciuman Mamanya. Tatapannya beralih ke sisi kanan. Adiknya itu nampak tak bergairah.

"Arga, lo nggak cium abang?" tanya Ardian dengan nada tengil.

Arga bergidik ngeri. "Jijik! Ogah!"

Ardian dan Friska kontan terbahak. Usai melakukan itu, mereka memasuki mobil dan berangkat ke sekolah.

***

Di tengah kerumunan yang tercipta di dalam gedung mewah, gadis dengan dress berwarna abu-abu itu nampak kebingungan mencari keberadaan seseorang. Pasalnya, ia seperti anak hilang saja. Dia kehilangan jejak anggota keluarganya. Sial!

Ide yang sedaritadi belum terpakai akhirnya terlintas di otaknya. Gadis itu mengambil ponsel miliknya di dalam tas kecil yang dibawa. Berusaha menghubungi seseorang yang tengah dicarinya. Meskipun tangannya masih dibalut dengan perban, namun ia tidak mempermasalahkan itu.

"Bang, ayolah angkat!" gumamnya.

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.

Alby berdecak sebal. Mengapa nomor Devon tiba-tiba tidak aktif di saat dirinya tengah dilanda kebingungan seperti ini? Menyebalkan!

Jika saja tadi ia tidak ke kamar mandi, mungkin tidak akan jadi seperti ini. Tapi kenapa sang mama dan kakaknya tega meninggalkannya?

Querencia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang