Tidak tahu bagaimana Yura bisa jatuh hati pada si kecil manis dengan senyum kotak imutnya yang selalu ada di kamar bayi panti pada saat teman-temannya memilih bermain riang bersama-sama. Anak itu sangat baik dan lucu. Pertama kali Yura menemuinya ketika si kecil tengah bermain bersama sang adik dan seorang pengasuh.
Bersama ibu panti, Yura berjalan mendekati mereka dan mengusap lembut surai hitam si kecil membuat anak itu sontak amat terkejut. Awalnya, ia beringsut mundur seperti ketakutan. Tapi setelah ibu panti bilang jika dirinya hanya ingin bermain dengan mereka membuat senyum sang anak merekah. Dengan lembut menarik tangan Yura dan membimbingnya berjalan mendekati bayi kecil yang tertawa riang di gendongan pengasuhnya.
"Adik Taetae! Kookie! ayo kenal-kenal!" ucapnya dengan riang. Aksen bicara anak itu sangat imut membuat Yura tak tahan ingin mencubiti pipi gembilnya.
Berjongkok untuk mensejajarkan tubuh dengan si kecil, Yura kemudian berucap riang, "Halo Kookie yang imut, nama bibi, Yura."
"Taetae tidak ingin berkenalan dengan bibi um?"
Mendengarnya, sontak si kecil mengulurkan tangan, "nama Taetae, Yung Kookie! umul 3 setenah taun! ayo belteman!"
Serius, Yura gemas setengah mati. Ia mengusak surai lembut Taehyung sembari mengangguk semangat. "Iya, ayo berteman. Bibi punya hadiah untuk Taetae, mau?"
Awalnya anak itu terdiam, tapi tak lama ia memekik senang, "Hadiah peltemanan? sepelti milik Yunjae Yung ?"
Sungguh, Yura tidak mengerti. Tapi setelah menoleh ke arah ibu panti, wanita paruh baya itu memberi kode agar dia mengiyakan. Maka setelah itu Yura kembali mengangguk membuat bocah di hadapannya tersenyum senang sembari mengulurkan jemari mungil miliknya.
Yura tersenyum penuh arti, "tutup matamu dulu, tidak boleh melihat. Nanti hadiah pertemanannya hilang jika Tae mengintip, paham?"
Tentu saja bocah itu mengangguk mantap, kemudian memejamkan mata erat tak berniat mengintip sama sekali. Yura terkekeh kecil. Pikirnya, polos sekali bocah ini. Lantas ia mengeluarkan sesuatu dari saku mantelnya. Meraih tangan mungil si kecil dan meletakan hadiah pertemanan mereka pada telapak tangan mungil itu.
"Sudah. Sekarang sudah boleh buka mata," tutur Yura seraya tersenyum manis.
Dengan cepat Taehyung membuka mata. Kala ia menemukan coklat besar berbentuk hati, senyuman lebar merekah indah pada bibir mungilnya. Tapi entah karna apa, tiba-tiba saja raut wajah anak itu berubah. Yura panik tentu saja, dia mengira Taehyung tidak suka coklat yang ia berikan.
"Bibi, tapi bibi juga belteman denan Kookie, kenapa Kookie tidak dibagi cokelat?" tanya si kecil dengan polos. Mata bulat lucu miliknya menatap Yura yang kini sedang menahan diri untuk tidak menciumi pipi gembil kemerahan yang tampak seperti kue manis milik anak itu.
"Sayang, Kookie masih kecil. Belum bisa makan permen cokelat. Jadi cokelatnya untuk Taetae saja," jelas Yura dengan lembut.
Taehyung mengangguk-angguk paham dengan bibir yang membulat tanda mengerti. "Kalau begitu, Tae mam dilual aja bial Kookie dak liat. Nanti Kookie mau, kan Kookie belom bole mam cokelat."
Yura hanya bisa terkekeh mendengarnya, baru ingin menjawab tapi anak itu sudah terlebih dahulu membalikan badan dan berlari keluar dari ruangan. Si cantik lantas berdiri dari posisi berjongkok, dan mendudukan tubuh di sisi ranjang.
Menatap gemas ke arah si bayi, Yura berucap lirih, "boleh aku menggendongnya?"
Tentu saja sang pengasuh mengangguk cepat. Dengan lembut ia memindahkan bayi mungil itu pada dekapan Yura. Jungkook mencebikan bibir mungilnya dengan jemari yang terulur seperti ingin menggenggam. Kala si cantik mendekatkan telunjuk, bayi mungil itu dengan cepat menggenggam erat jemarinya menimbulkan rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuh.
Namun, bola mata wanita bersurai hitam sebahu itu seketika menyendu. Ia menoleh ke arah ibu panti, sembari bertanya lirih, "bibi Min, bagaimana bisa mereka ada di sini?"
Ada helaan napas dalam yang terdengar. Wanita paruh baya itu mendekat, kemudian memandangi sang anak dengan tatapan sedih. "Mereka ditinggalkan. Aku tidak tau tepatnya apa yang terjadi, tapi Taehyungie bilang Ayahnya lagi-lagi seperti monster malam itu, menarik ia dan membawa Kookie pergi dari rumah, dan yah meninggalkan mereka di depan panti ini."
"Taehyungie masih sangat kecil, dia mengendong adiknya dan mengetuk pintu panti sembari menangis keras. Saat aku keluar, ia hanya bilang jika Kookie kedinginan. Ingin meminjam selimut sampai ayahnya datang menjemput," lanjut bibi Min dengan mata berkaca-kaca.
Sakit sekali rasanya, hatinya seolah teiris perih mendengar semua yang wanita paruh baya itu ucapkan.
Yura mengusap lembut dahi bayi kecil ini sembari mengecupnya sesekali. Ingin sekali rasanya mendatangi orangtua mereka dan memaki-makinya, jika perlu ia ingin menampar orang yang Taehyung sebut sebagai ayah itu. Tega sekali, membuang dua buah hatinya. Bahkan Jungkook masih bayi, dia masih butuh asi dari ibunya.
Menghela dalam, hatinya sakit sekali. Yura menyerahkan kembali bayi mungil itu pada pengasuhnya saat tangisan mulai terdengar. Tak lama, seorang pria dengan bahu lebar memasuki ruangan. Tersenyum ramah pada ibu panti dan berjalan mendekati istrinya. "Sayang, ayo. Sudah pukul 10 kita harus menjemput Yoongi dan Seokjin."
Yura mengangguk singkat. Berpamitan pada bibi Min kemudian berjalan keluar ruangan beriringan dengan sang suami. "Sayang, aku ingin mengatakan sesuatu."
Alis Hyungwoo mengerut bingung, "apa?"
Sedikit gugup, Yura menautkan jemari sembari menundukkan kepala. Hyungwoo tentu saja semakin bingung melihat itu. Ia menghentikan langkah kaki mereka, kemudian meraih jemari sang istri. Meminta yang terkasih untuk menatapnya, membuat Yura mendongak ragu.
Dengan lirih ia berucap, "Aku ingin mengadopsi, apa boleh?"
-
-
-TBC
Aku bersemangat😀
Semoga kalian juga masih semangat baca FF ini ya hehe😁See You Next Chp!
Visualisasi Hyungwoo - Jo In Sung
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Chips
Fanfiction"Ma, Yoongi tidak mau punya adik baru! langsung dua pula, super extra biggest no!" --- Bismillah, Start : 13 July 2019 End : - ✒ Story By Lien 🖇 Cover By RiMa_LA