| 19 | Rencana Jahil

12.9K 1.6K 356
                                    

Dua hari setelah tragedi kemarahan Jimin, Naeun tidak lagi menomor satukan Taehyung di atas segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua hari setelah tragedi kemarahan Jimin, Naeun tidak lagi menomor satukan Taehyung di atas segalanya. Gadis cantik itu mulai menyadari jika memang ia tidak boleh terlalu berpihak, karna dapat membuat salah satu di antara mereka merasa sakit. Ia datang ke sini untuk berteman dengan Jimin dan Taehyung, maka ia juga harus menjaga pertemanan yang telah mereka jalin.

Satu hari penuh pelajaran, membuat si manis menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya. Ia selalu membagi perhatian dengan sama rata pada Jimin maupun Taehyung agar tidak lagi menimbulkan perselisihan. Perlu diketahui, Naeun itu anak yang pintar, dia akan mudah memahami sekitar dan belajar dari masa lalu.

Namun, sepertinya hal itu tidak juga dialami oleh Jimin. Meluluhnya Naeun membuat anak itu merasa dia akan menang dari sang sahabat. Padahal, tidak ada persaingan di sini. Bahkan Taehyung sendiri tidak merasa tertarik pada Naeun sama sekali. Anak ini murni ingin berteman karna Jimin terlihat senang sekali jika ada si manis di antara mereka.

Tepat setelah hari itu, rasanya tiada hari tanpa rasa kesal. Baik Jimin maupun Taehyung sama-sama merasakannya. Namun, pada sisi si gembul, ia merasa kesal karna Jimin belakangan ini berubah menjadi sedikit lebih menyebalkan bagi dirinya.

Contohnya seperti saat ini, di mana sang sahabat membawa sepeda roda empat yang mungkin baru dia beli bersama ayahnya kemarin. Bocah sipit itu menunjukkan dengan berbangga hati di depan Naeun dan juga Taehyung, menimbulkan pandangan kagum yang tak dapat di sembunyikan dari sorot mata berbinar dua bocah tersebut.

"Ayo naik, aku akan bonceng-bonceng Naeun!" titah Jimin seraya memasang senyum yang menurut dirinya sangat keren sekali.

Si manis tentu saja tidak menolak. Dia sangat gembira saat Jimin mempersilahkannya naik bersama. Maka, dengan riang gadis kecil itu mendudukkan diri pada boncengan sepeda mungil sang teman.

"Imin, Taetae pinjam juga boleh ya?" pinta Taehyung masih dengan mata yang berbinar.

Jimin sejenak terdiam, mencoba berpikir. Sepersekian detik kemudian suara mungilnya mulai terdengar nyaring. "Nanti! Lihat saja dulu!"

Mendengarnya, si gembul hanya mengangguk-angguk patuh. Bocah itu berlari menuju teras rumah dan mendudukkan diri dengan nyaman di sana. Ia akan menjadi anak baik dan menunggu giliran.

Namun ternyata semua itu hanya omong kosong. Buktinya, sudah hampir 15 menit Taehyung menunggu, tapi Jimin tak kunjung membiarkan ia meminjam sepedanya. Raut wajah yang semula ceria dan penuh antusias kini sudah berubah menjadi kusam. Taehyung kesal, tapi tidak bisa marah-marah.

"Imin! kenapa dak ganti-gantian?!" pekik Taehyung keras.

Jimin sejenak menghentikan laju sepedanya dan menoleh ke arah Taehyung yang sudah tampak kesal sekali. "Ya terserah aku, kan sepedaku, kalau mau pinjam jangan paksa-paksa!"

Hal itu membuat dahi Naeun mengerut. "Jangan seperti itu, kita kan sudah lama sekali, kenapa tidak pinjamkan Taetae?"

"Tidak mau, masih mau bonceng-bonceng Naeun," ujar Jimin kembali menjalankan sepedanya.

Choco ChipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang