Dalam rangka menemukan jawaban dari hal yang membuat dirinya penasaran, akhirnya Jeno bertanya kepada Nancy dimana asrama tempat Jaemin tinggal.
Saat ini Jeno telah berada di depan pintu. Bersiap untuk mengetuk pintu kamar pria itu. Sejujurnya Jeno juga tidak mengerti mengapa dia bisa sampai disitu. Seorang Lee Jeno selama ini tidak pernah perduli akan apa yang terjadi disekitarnya. Tapi mengapa sekarang dia begitu tertarik menggoda Jaemin, sosok yang selalu bertingkah konyol dan tidak normal saat di depannya?
Setelah mengetuk beberapa kali, pintu asrama pun terbuka. Lucas lah yang membukakan pintu. Di dalam kamar mereka tinggal berempat dan kebetulan keempatnya sedang berada disana. Semuanya terlihat kaget saat melihat seorang Jeno datang ke kamar mereka.
Pria inilah yang membuat semua gadis di kampus berdebar-debar setiap kali dia lewat, sedang apa dia disini?
"Aku ingin bertemu dengan Jaemin, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya." ucap Jeno saat melihat keempat orang itu hanya diam memandanginya.
Ketiga pria lainnya pun kini beralih menatap Jaemin. Jaemin membatu. Dia masih terdiam disudut tempat tidurnya sambil menahan napas.
"Ini hal pribadi." Tambah Jeno.
Ketiga teman Jaemin pun segera mencari alasan untuk pergi keluar dari kamar. Setelah mereka bertiga keluar, Jeno pun menutup pintu dibelakangnya. Jaemin yang masih gugup akhirnya bertanya, "K-kau mencariku? ada apa?"
Jeno mengabaikan pertanyaan Jaemin. Dia berjalan-jalan melihat sekitar kamar dan tanpa sengaja melihat selembar uang 50 ribu won di dalam sebuah kotak display kecil yang diletakkan disebelah tempat tidur Jaemin. Jaemin yang melihat kemana arah pandang Jeno pun segera meraih kotak itu, kemudian menyembunyikannya di bawah bantal tidurnya. Dia malu.
Setelah melihat tingkah Jaemin barusan, Jeno pun semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan sepanjang hari. "Apa kau menyukaiku?" tanyanya.
Jaemin yang tidak menyangka jika Jeno akan bertanya seperti itu pun hanya terdiam. Jantungnya tiba-tiba saja berpacu semakin cepat.
"B-bagaimana kau bisa tahu?" ucapnya tergagap.
Jaemin turun dari tempat tidurnya. Berjalan mondar-mandir di dalam kamar sambil mengingat kembali apa yang pernah dia lakukan sampai Jeno bisa berkata seperti itu.
"Tidak, tidak mungkin. Aku tidak pernah memberitahu siapa pun soal ini!! Siapa yang mengatakan hal seperti itu padamu?!" tanyanya panik.
Jeno merasa kalau kelakuan Jaemin yang gugup saat itu terlihat menarik. Dia tertawa.
"Hanya tebakan ku saja. Karena itu aku ingin memastikan apa tebakanku benar. Dan pada akhirnya, kau lah yang mengatakannya sendiri."
Jaemin merasa dijebak. Dia tidak pernah menyangka akan tertangkap basah seperti ini. Rasanya dia ingin kabur sekarang juga.
Tanpa berpikir panjang, Jaemin berlari menuju pintu kamarnya dan nyaris saja berhasil membuka pintu kalau saja satu tangan Jeno tidak menahan untuk menutupnya kembali.
Jaemin merasakan getaran hangat di punggungnya. Jeno kini berdiri tepat di belakang dengan satu tangan dipintu. Dia merasakan sosok yang membelakanginya bergerak perlahan dan berbisik di telinga Jaemin, "Na Jaemin, ternyata kau menyukai pria."
Saat Jaemin mendengarkan apa yang Jeno katakan, wajahnya pun seketika berubah dari merah menjadi putih pucat. Dia sempat berpikir bahwa Jeno pasti sedang berencana mempermainkannya. Pasti sekarang dia menganggap bahwa Jaemin menjijikan.
Jaemin membalikkan tubuhnya, membuat mereka kini saling berhadapan. Manik hazelnya kini bertatapan kedalam mata Jeno. Sekali lagi, Jaemin merasa dia benar-benar jatuh cinta pada pria ini.
"Kenapa? apa ada yang salah dengan perkataan ku barusan? Tanya Jeno sambil bergerak semakin mendekat. Nafas hangat keduanya saling menerpa karena jarak yang begitu dekat.
Jaemin menggelengkan kepalanya.
Melihat Jaemin yang malah menggelengkan kepala, membuat Jeno bingung, gugup dan sedikit bertanya-tanya, "Kau tidak menyukai ku?"
Jaemin menggeleng-gelengkan kepalanya sekali lagi.
Melihat reaksi Jaemin barusan entah kenapa membuat Jeno sedikit merasa lega.
"A-aku tidak menyukai pria, hanya saja orang yang aku sukai saat ini kebetulan seorang pria." jelas Jaemin terbata-bata.
Jawaban yang keluar dari bibir tipis itu sedikit mengejutkan Jeno. Dia sudah biasa mendengarkan pernyataan seperti itu dari gadis-gadis atau siapa pun orang yang mengejarnya. Akan tetapi, entah mengapa mendengarkan hal tersebut langsung dari mulut Jaemin membuatnya merasa berbeda untuk pertama kalinya.
Jaemin memperhatikan ekspresi Jeno yang hanya diam. Pasti Jeno lagi-lagi berpikir kalau dirinya adalah orang yang menjijikkan. Jaemin gelisah. Refleks tangannya mendorong tubuh berotot itu hingga bergeser, lalu segera membuka pintu dan berlari keluar.
Jeno hanya memandang dari belakang punggung sempit Jaemin yang berlari menjauh. Saat itu orang-orang pasti akan mengucek matanya berulang kali, untuk percaya bahwa mereka melihat Jeno tersenyum lebar menatap Jaemin yang berlari.
"Na Jaemin, sepertinya kau sangat menyenangkan."
Sedangkan dari sudut pandang Jaemin, dia rasanya ingin sekali untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga. Jaemin sangat malu dan tidak tahu harus bersembunyi dimana.
Hingga tanpa sengaja dia bertemu dengan Nancy, gadis itu masih saja menempel padanya untuk menanyai soal Jeno.
Mengingat kembali kalau Jeno sudah mengetahui bagaimana perasaannya, pria itu pasti sedang menertawakannya sekarang. Tetapi Jaemin baru menyadari kalau sebenarnya dia belum mengatakan apapun soal perasaannya kepada Jeno dari mulutnya sendiri.
Arrghh! Apakah Jaemin harus berdalih, mengatakan kalau semua itu hanya bercanda dan segalanya bisa kembali seperti semula...?
Jaemin tidak ingin kalau harus bersembunyi dari Jeno setiap hari. Dia tidak ingin Jeno berubah membencinya. Tetapi apa Jeno mempercayai perkataannya tadi? Apa dia bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa? Jaemin berharap keadaannya akan berjalan baik-baik saja.
Jaemin tidak terlalu memperhatikan Nancy yang masih saja terus berbicara disebelahnya. Tiba-tiba saja Jaemin bertanya, "Bisa kah kau mencarikanku seorang pacar?"
"Hey, ada apa dengan mu?! aku sedang bertanya soal Jeno!!" Nancy sedikit kesal karena dia diabaikan.
"Aku tidak tahu apapun soal Jeno. Tidak bisa kah sekali saja kau membantu ku?"
"Oh... jadi sekarang kau sudah mulai merasa membutuhkan pasangan? Baiklah sebagai kakak, aku akan mencoba mencarikanmu seorang pacar. Mengingat kita tumbuh besar bersama. Aku rasa aku mempunyai beberapa teman baik yang bisa kukenalkan padamu." Nancy lalu memegang pundak Jaemin. "Sekarang katakan padaku, tipe gadis seperti apa yang kau mau? gadis baik? bule? keibuan?"
Jaemin hanya bisa menatap Nancy tak percaya. Kelakuan gadis ini menunjukkan kalau dia memang berbeda dari gadis normal lainnya. Dia terlihat seperti seorang germo!
"Apa saja tidak masalah, asal dia terlihat mempesona saat tersenyum."
"Wtf...!! Bagaimana aku bisa tau siapa saja gadis yang terlihat mempesona saat tersenyum? Hmm...oke, kalau begitu aku akan mengenalkanmu pada Heejin, dia satu angkatan denganmu tetapi dia berasal dari kampus ku yang dulu. Aku akan mengajaknya keluar dengan mu hari minggu ini. Kau jangan sampai lupa, oke?" sepertinya Nancy melupakan tujuan awalnya bertemu Jaemin. Dia kini berjalan sambil melambaikan tangannya.
Menurut Jaemin, selama dia bisa menemukan pacar, Jeno pasti akan percaya kalau dia hanya bercanda, dan hubungan keduanya pun akan kembali seperti semula. Jeno tidak akan membencinya dan menganggapnya menjijikkan. Dan Jaemin tidak perli bersembunyi lagi dari Jeno.
Tbc~
[ piceboo & angelina, 2019 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019