Hujan turun dengan sangat deras.
Jaemin yang saat itu sedang membaca buku beralih memandang keluar jendela kamarnya, melamun. Titik-titik hujan tampak membasahi kaca jendela. Merupakan hal biasa jika dihari yang sangat panas tiba-tiba turun hujan seperti ini, beberapa saat lagi pasti akan berhenti.
Jaemin menumpukan wajah kecilnya di atas tangan. Meskipun sudah beberapa waktu berlalu, hujan tidak juga terlihat mereda, malah turun semakin deras. Dia bahkan mendengar suara halilintar yang bersaut-sautan. Jaemin sebenarnya tidak takut dengan halilintar, tetapi karena suaranya berisik membuat Jaemin tidak bisa konsentrasi belajar. Jaemin akhirnya menghidupkan TV dan menunggu hingga hujan reda.
Tiba-tiba saja dia terpikirkan sesuatu, Jaemin meraih sebuah payung dan segera meninggalkan rumah dengan terburu-buru.
Jaemin berlari menuju kantor Jeno, lalu membuka pintu, "Aku datang membawakanmu payung. Apa kau merasa tersentuh? Apa kau berpikir bahwa aku begitu berharga untuk kau cintai?"
Jeno memperhatikan Jaemin dari atas hingga bawah dengan seksama. Baju Jaemin terlihat basah kuyup karena hujan. Jeno mengernyitkan alisnya. "Aku membawa mobil, tidak perlu payung. Kenapa kau membawa sebuah payung tetapi tetap basah kuyup seperti ini?"
Setelah berkata seperti itu Jeno tampak menekan tombol interkom, kemudian Somi berjalan masuk kedalam ruangan Jeno. Jaemin sempat berpikir mengapa sekretaris Jeno ini pakaiannya semakin pendek setiap harinya?
"Bos, apa ada yang kau butuhkan?"
"Ambilkan aku handuk!"
"Baiklah."
Tidak berapa lama kemudian, Somi kembali sambil membawa sebuah handuk dan memberikannya pada Jeno. Jeno menerima handuk tersebut, kemudian melemparkannya tepat diwajah Jaemin. Handuk itu kini menutupi seluruh wajah mungilnya.
"Cepat keringkan dirimu. Aku tidak ingin kembali ke rumah sakit untuk yang ketiga kalinya selama musim panas ini."
"Aku sudah jauh-jauh datang kesini untuk mengantarkan payung untukmu, tapi kau malah begitu kejam padaku. Jika aku tahu kau akan bersikap seperti ini, lebih baik membawakanmu satu barang yang bisa memicu petir, hingga sanggup menyambar pria tak berperasaan sepertimu." umpat Jaemin sambil menggunakan handuk mengeringkan rambut dan bagian tubuhnya yang basah.
"Bolehkah aku menunggumu disini hingga kau selesai bekerja?" tanya Jaemin.
"Oke, setelah aku menyelesaikan semua ini kita bisa pergi. Kau lebih baik menjadi anak yang baik dan mendengarkanku."
Jaemin mengangguk dan segera duduk diatas sofa. Setelah sepuluh menit kemudian, dia mulai bergerak-gerak. Jaemin tampak mulai memanjat naik dan turun. Pada akhirnya karena dia sudah tidak tahan karena hanya duduk diam, Jaemin pun pergi keluar untuk membuat kopi.
Ketika dia sedang membuat kopi, terlihat Somi yang berjalan kearahnya. Dia ternyata juga akan membuat segelas kopi sambil berdiri disebelah Jaemin. Saat Jaemin akan beranjak pergi, Somi memanggilnya.
"Hei...Na Jaemin?"
Jaemin berbalik. "Ya?"
"Ku dengar selama liburan musim panas ini kau tinggal ditempat Bos untuk belajar?"
"Yup!" jawab Jaemin dengan senang.
"Pantas saja beberapa hari ini Bos jarang datang ke kantor. Ada banyak hal yang membutuhkan kehadirannya untuk dikerjakan. Kami karyawan dibawahnya, walau kami semua khawatir, tetapi kami tidak berani berkata apapun." Somi menatap tepat ke mata Jaemin.
Jaemin tidak benar-benar bodoh. Dia mengerti apa yang Somi ingin sampaikan padanya.
Jaemin akhirnya mengingat kembali bahwa selama liburan musim panas Jeno sangat jarang pergi ke kantor, karena harus membantunya belajar dirumah. Jaemin selalu berpikir bahwa Jeno sedang tidak sibuk. Tetapi sekarang dia bisa melihatnya, Jeno sudah mengesampingkan masalah kantor demi menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019