93. Kelembutan Seorang Suami

10.2K 1.3K 617
                                    

400+ komen aku up

Jaemin curiga, apa Jeno sudah lupa dengan janjinya?

Ini sudah lebih dari empat hari berlalu sejak dia lulus, tetapi Jeno belum juga mengatakan apapun mengenai janjinya dulu. Terlebih lagi Jeno selalu pulang larut beberapa hari ini. Dan saat Jeno pulang, dia terlihat begitu kelelahan. Walaupun Jaemin terus mencoba mengingatkan dirinya sendiri untuk bersabar, tetapi sebenarnya mereka berdua akan benar-benar menikah atau tidak?

Hari ini Jeno pulang jam 9 malam. Jaemin menghangatkan kembali masakannya untuk Jeno.

"Beberapa hari ini kau terlihat kelelahan."

Jeno melepaskan jasnya sambil menghela nafas berat. "Ada sesuatu yang harus aku urus."

"Apa itu? Ini sudah berlangsung selama beberapa hari, terakhir kali aku lihat pekerjaanmu lebih santai. Apa perusahan sedang mengalami kebangkrutan?"

Jeno memberikan tatapan tajam pada Jaemin. Jaemin pun berhenti mengatakan apapun lagi, dia melanjutkan makannya.

Jaemin sibuk berpikir, mungkin apa yang dia katakan tadi benar. Perusahan Jeno pasti sedang menuju kebangkrutan. Tidak akan ada lagi uang. Mungkin nantinya mereka tidak sanggup lagi membayar biaya apartemen. Dan pastinya mereka juga tidak akan sanggup untuk membayar biaya pernikahan mereka. Karena alasan itulah mungkin Jeno masih ragu-ragu untuk segera menikahinya. Jaemin harus memberitahu Jeno, kalau dirinya juga masih bisa membantu dalam masalah seperti ini. Inilah waktu yang tepat baginya untuk menunjukkan kewajibannya sebagai seorang suami. Saat Jeno sedang menghadapi kesulitan, dia harus terus berada di sampingnya untuk memberikan dukungan. Jaemin berpindah duduk disebelah Jeno yang masih makan.

"Jeno Oppaa~"

Nasi yang berada di dalam mulut Jeno menyembur keluar. "Apa yang sedang kau lakukan? Siapa yang mengijinkanmu memanggilku seperti itu?!"

Jaemin terkikik melihat respon Jeno, "Tidak apa-apa, kau teruskan saja makannya."

"Jangan tertawa, kau pasti ingin meminta sesuatu. Cepat katakan?!"

"Kau salah paham. Aku tidak sedang menginginkan sesuatu darimu, aku hanya akan menemanimu makan saja, lalu aku bisa langsung membersihkan piring-piring kotor itu. Apa kau ingin aku menyiapkan air hangat untukmu mandi?"

Sikap Jaemin yang seperti itu membuat Jeno semakin merasa aneh. Jaemin yang diam duduk di sebelah Jeno menunggu dia menyelesaikan makanannya. Setelah itu Jaemin membersihkan peralatan makan yang kotor itu.

Setelah Jeno selesai mandi, Jaemin sudah menyiapkan siaran TV yang biasanya Jeno tonton. Ketika Jeno beranjak duduk untuk menonton, Jaemin juga sudah menyiapkan sebatang rokok yang dia selipkan di antara bibir Jeno dan menyalakannya.

"Jaemin, apa hari ini kau sudah melakukan kekacauan?"

"Kenapa kau terus berpikiran seperti itu padaku? Aku hanya ingin melayanimu dengan baik."

Hati Jaemin terasa sakit melihat Jeno yang masih berpura-pura bersikap tidak terjadi apapun. Jika Jeno ingin menangis, dia boleh saja menangis di pelukan Jaemin.

"Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu."

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun, kau salah paham. Jeno ... sudahlah, lanjutkan saja menonton TV."

Hari itu Jaemin bersikap begitu tenang. Dia terus menemani Jeno sepanjang malam. Jeno bisa merasakan kalau ada yang janggal dengan sikap Jaemin. Sangat aneh. Tetapi dia masih belum tau apa penyebabnya.

Saat mereka berdua berbaring di atas tempat tidur, Jaemin memeluk tubuh Jeno begitu erat.

"Jeno ... tidak penting kaya ataupun miskin, aku akan tetap terus bersama denganmu."

"Maksudmu?"

"Bukan apa-apa. Aku hanya ingin mengatakan apa yang sedang aku pikirkan saja."

Karena Jeno terlihat masih enggan memberitahukannya, maka Jaemin pun tidak ingin memaksa Jeno.

"Dasar gila!"

"Terus saja katai aku. Tidak apa-apa. Luapkan saja semua kemarahanmu padaku. Semakin banyak kau menuangkan kekesalanmu, aku akan semakin senang."

"Kalau aku melakukan hal ini, apa kau juga akan senang?"

Jeno menyelipkan satu tangannya ke dalam celana tidur milik Jaemin. Jaemin melenguh pelan, dia tidak menduga bahkan di saat seperti ini pun Jeno masih ingat untuk menyenangkannya.

Jaemin yang merasa tersentuh dengan sikap Jeno kembali memeluk erat tubuh Jeno.

"Jeno, aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu memaksakan dirimu seperti ini."

🐁🐁🐁

Dan hari kelima berlalu seperti biasanya.

Saat Jaemin sedang sibuk menonton TV, tiba-tiba saja Jeno mengatakan sesuatu padanya.

"Bukankah dulu aku pernah berjanji jika kau sudah lulus nanti aku akan membawamu berlibur keluar negeri?"

Karena kebiasaan Jeno yang suka mengatakan sesuatu secara tiba-tiba itu, Jaemin tidak bisa langsung memberikan respon.

Bukankah mereka sudah akan nyaris bangkrut hingga tidak sanggup lagi untuk mengadakan pesta penikahan? Kenapa Jeno masih ingin membawanya berlibur keluar negeri? Jaemin merasa kalau kali ini Jeno sudah terlalu memaksakan dirinya.

Melihat Jaemin yang malah terlihat tidak bersemangat itu, Jeno pun kembali bertanya. "Kau tidak ingin pergi?"

"Bukan begitu, tentu saja aku ingin pergi. Tapi aku tidak ingin membebanimu."

"Kau sudah biasa menjadi bebanku."

"Jeno, bagaimana kau bisa berkata seperti itu?!"



Tbc~


[ piceboo & Angelina, 2021 ]

[✔️] Boyfriend | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang