sumpah. kalian. ngeri. banget.
Di malam harinya, Jaemin dan Jeno sedang bersantai di atas tempat tidur. Di atas sofa yang berada di dekat tempat tidur terlihat sepasang jas pengantin milik mereka.
Sambil menatap langit-langit kamarnya, Jaemin mulai bicara.
"Jeno, besok adalah hari yang istimewa dan sangat sakral. Tolong bantu aku untuk membuat kenangan yang indah. Jangan mengataiku idiot, bodoh ataupun konyol lagi. Mengataiku psiko juga tidak boleh. Kau hanya boleh bersikap lembut padaku."
"Ah ... baiklah."
Jeno masih fokus dengan buku yang sedang dia baca, dia hanya merespon Jaemin dengan datar.
"Jangan cuma ah-ah! Tolong serius lah sedikit."
"Seharusnya kau mengucapkan kata-kata itu untuk dirimu sendiri."
"Berjanjilah padaku. Berjanjilah kalau kau akan memberikan hari pernikahan yang indah untukku besok. Tidak boleh membuatku marah, juga tidak boleh menyepelekan kata-kata romantisku untukmu."
"Untuk apa aku harus menjanjikan hal konyol seperti itu?"
"Pokoknya aku ingin kau berjanji. Aku mau kau berjanji padaku." Jaemin masih terus mendesak Jeno.
Akhirnya Jeno terpaksa menuruti permintaan Jaemin untuk berjanji padanya. Lagi pula hal seperti ini hanya akan terjadi sekali seumur hidup, sepertinya kali ini dia juga harus mau sedikit mengorbankan diri.
Lalu bisakah Jaemin tidur malam itu? Tentu saja tidak sama sekali.
Biasanya jika Jaemin sedang merasa terlalu bersemangat, dia pasti akan sulit untuk tidur. Terlebih lagi ini berhubungan dengan hari pernikahannya besok. Jaemin semakin terlihat tidak tenang. Dia mencoba untuk memaksa dirinya agar bisa tidur. Dia tidak ingin terlihat tidak segar besok. Jaemin masih ingin melakukan ini, ingin melakukan itu dan banyak hal lainnya yang kini berada di dalam pikirannya. Berbeda dengan Jeno, pria itu kini terlihat sudah tertidur pulas di sebelah Jaemin tanpa merasa khawatir sama sekali. Pernikahan mereka sepertinya tidak terlalu mengusiknya.
Jaemin beranjak bangun dan mengambil kembali jas berwarna putih yang akan dia gunakan besok. Jaemin melihatnya di cermin. Dia juga sibuk menghafalkan kata-kata yang akan dia ucapkan besok lagi dan lagi. Jaemin terlihat gelisah. Begitu dia mencoba untuk duduk, dia akan kembali merasa cemas. Jaemin khawatir kalau saja nanti akan ada hal tidak terduga yang mungkin terjadi besok dan bisa mengganggu acara pernikahannya. Bahkan dia juga sempat khawatir bagaimana kalau seandainya besok hujan turun.
Kemudian dia baru ingat, seharusnya Jaemin mengundang Lucas, Haechan dan juga Xiaojun, tetapi Belanda itu cukup jauh, mereka pasti tidak punya uang untuk membeli tiket pesawat. Sudahlah lupakan. Demi keamanan berlangsungnya acara pernikahan mereka besok, akan lebih baik jika hanya ada dia dan Jeno saja. Mendapatkan restu dari orang asing saja sepertinya cukup. Setelah bersusah payah untuk mencoba tidur, akhirnya Jaemin pun terlelap.
🐁🐁🐁
Keesokan paginya, Jaemin masih tertidur lelap. Jeno baru selesai mandi dan dengan sedikit kasar dia membangunkan Jaemin yang masih tidur.
"Cepat bangun! Kita akan menikah!"
Cara Jeno mengatakan menikah sudah seperti ketika dia sedang mengajak Jaemin untuk pergi makan. Begitu Jaemin mendengar kata menikah, dia segera membuka kedua matanya dan melompat turun dari tempat tidur. Pertama, hal yang dia lakukan adalah menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Kemudian dia terlihat mengangguk puas.
"Pagi ini aku terlihat begitu memesona."
Jaemin pun mulai berjalan ke kamar mandi dan bersiap-siap. Sedangkan Jeno kini tengah menikmati sarapan paginya yang tadi dibawakan oleh pelayan hotel. Tak lama, Jaemin mendatangi Jeno dengan tangan yang menenteng jas pengantin milik Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019