Saat Jaemin sedang kuliah pagi, dia terus saja memikirkan kejadian yang menimpa kedua teman Jeno. Dia tidak menyangka bahwa Gyulhan entah siapa namanya itu akan mengusik Hyunjin dan Mark. Mungkin saja suatu hari nanti dirinyalah yang akan menjadi target selanjutnya. Saat pikiran seperti itu lewat di kepalanya, Jaemin mulai merasa ketakutan.
Setelah jam ketiga dan keempatnya selesai, pada jam makan siang Jaemin langsung menelpon Jeno.
"Apa?" ucap Jeno dingin.
"Jeno, bisakah kau mengeluarkan sejumlah uang untuk menyewa dua orang ahli beladiri agar bisa mengawal ku?"
"Kau percaya atau tidak kalau aku ingin sekali menyewa mereka untuk menghajarmu?" Jeno langsung memutus sambungan teleponnya.
Jaemin terus mengomeli Jeno karena sikapnya yang tidak berperasaan padanya. Kalau begitu, lebih baik dia bergantung pada dirinya sendiri dari pada mengharapkan orang lain.
Jaemin pergi ke sebuah toserba dan membeli sebotol semprotan merica, pisau buah, paku, palu, dan kayu salib. Lalu Jaemin kembali pergi ke supermaket untuk membeli dua buah bawang putih. Setelah semua barang-barang telah lengkap, baru dia merasa lebih aman dan bisa melanjutkan kelasnya.
🐁🐁🐁
Jaemin membawa tas ransel dengan meletakkannya di depan dada sembari berjalan ke rumah. Satu tangannya berada di dalam tas sedang menggenggam sebuah palu. Selama perjalan pulang, dia selalu menatap sekelilingnya dengan waspada. Tetapi sepanjang perjalanan pulang, dia tidak bertemu dengan satu orang pun yang terlihat mencurigakan.
Saat Jaemin sampai di rumah, dia masih saja mencari dan mengamati seluruh ruangan terlebih dahulu sebelum masuk. Saat pintu sudah di tutup, Jaemin langsung melemparkan tasnya ke lantai.
"Wah!! Capeknya!"
Jeno melihat paku-paku berhamburan keluar dari dalam tas Jaemin dan juga beberapa barang aneh lainnya seperti palu, kayu salib, pisau buah dan dua buah bawang putih yang menggelinding dan berhenti tepat di kaki Jeno.
"Untuk apa kau membeli semua barang-barang ini?"
"Perlindungan diri. Kau mau? Aku berikan satu bawangku untukmu."
Jeno merasa terganggu, "Apa tidak ada hal lain yang bisa kau pikirkan?"
"Aku hanya bersiap-siap jika saja sesuatu terjadi padaku."
"Besok semuanya akan beres. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya."
Mendengar perkataan Jeno, Jaemin pun merasa lega. Jaemin kembali masuk ke dalam ruang belajarnya dan mulai sibuk belajar. Targetnya adalah dia bisa lulus dengan mulus tahun ini karena Jeno sudah berjanji akan membawanyanya keluar negeri untuk berlibur. Biarkan Gyulhan ntah siapa namanya itu menjadi urusan Jeno.
Malam itu Jeno terlihat menelpon Hyunjin dan Mark untuk membicarakan sesuatu.
🐁🐁🐁
Di hari berikutnya.
Jeno sedang berada di sebuah kafe dengan Jaemin yang terus memaksa untuk ikut dengannya. Di hadapan mereka terlihat dua orang wanita. Jeno menatap tajam kedua wanita itu dengan pandangan terganggu.
"Tidak perlu basa-basi, siapa yang menyuruh kalian untuk melakukan hal ini?"
Wanita yang berpakaian merah menjawab, "Aku tidak mengerti apa maksudmu, mengapa Hyunjin tidak datang untuk menemuiku? Apa dia seorang pria? Dia sudah melakukannya, maka dia harus berani menghadapinya?"
"Kenapa mereka harus memberikan kalian uang? Bukankah kalian juga ingin melakukannya dengan mereka. Jika mereka perlu membayar, berarti kalian sama saja dengan pelacur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019