Ketika Jaemin sudah kembali ke rumah, seluruh keluarganya sedang berkumpul untuk makan. Jaemin terus saja memperlihatkan wajah murungnya. Mama Jaemin yang memperhatikan anaknya dari tadi akhirnya bertanya.
"Jaemin, ada apa denganmu?"
"Mama, ada satu hal yang belum pernah aku ceritakan padamu. Sebenarnya, Mama tahu Jeno kan? Keluarganya sangat kaya, tetapi mereka tidak sehangat dan penuh cinta seperti keluarga kita. Ayahnya memiliki banyak selingkuhan, dan sekarang Ibunya pergi keluar negeri. Ayahnya juga meminta Jeno untuk tidak mengganggunya karena dia akan menghabiskan waktu dengan simpanannya. Walaupun Jeno tidak pernah mengatakan apapun padaku mengenai kesedihannya, tapi aku sempat beberapa kali melihatnya diam-diam menghapus air matanya. Dia terus berpura-pura terlihat tegar. Sekarang ini dia pasti sendirian di kamar menghabiskan liburan Tahun Baru. Sebenarnya aku ingin mengajaknya pergi ke rumah Nenek. Aku sangat tidak tahan jika harus melihatnya bersedih." semakin banyak Jaemin bercerita, semakin terdengar menyedihkan ditelinga Mamanya.
"Mama tidak pernah menyangka kalau keluarga Jeno begitu menyedihkan. Kenapa kau tidak pernah menceritakannya pada Mama? Seharusnya kita juga mengajaknya untuk merayakan malam Tahun Baru kemarin."
"Coba kau tanyakan apa dia mau ikut pergi ke desa menemanimu mengunjungi rumah Nenek. Dan kau Jaemin, kau harus memperlakukanya dengan baik," tambah Papa Jaemin.
Jaemin mengangguk sambil menepuk pelan bahu Papanya, "Tentu, aku pasti akan melakukannya. Papa tidak perlu khawatir."
Jaemin sempat berpikir sebentar, jika dia yang mengatakan pada Jeno untuk menemaninya, pasti akan ditolak. Karena itu, Jaemin berniat membuat Mamanya yang meminta pada Jeno.
"Mama tahu kan bagaimana sikap Jeno. Jika aku yang memintanya, pasti dia tidak akan mau. Dia pasti berpikir bahwa aku sedang mengasihaninya. Karena itu, bisakah Mama yang---" Jaemin berusahan bersikap sok dewasa.
"Ah... hal seperti ini percayakan saja pada Mama"
Ponsel Jeno pun berdering. Dia bisa melihat nomor rumah Jaemin yang tertera dilayar ponselnya.
"Halo?"
"Jeno... ini Bibi, besok Jaemin akan pergi berkunjung ke rumah Nenek di desa. Bibi khawatir kalau dia harus pergi sendirian. Apa nak Jeno mau menemaninya pergi? Semoga kau tidak membenci pedesaan."
Jeno tidak bodoh. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui permintaan Mama Jaemin.
"Tidak apa-apa bi, aku bisa menemani Jaemin."
"Baiklah kalau begitu. Bibi akan menyerahkan Jaemin dalam pengawasanmu. Dan lagi, jangan terlalu bersedih." Mama Jaemin pun mengakhiri panggilannya.
'Jangan terlalu bersedih?' pikir Jeno bingung.
🐁🐁🐁
Di hari berikutnya, Jaemin muncul di depan pintu rumah Jeno. Ketika Jeno membukakan pintu, Jaemin bertingkah seperti sudah beberapa tahun lamanya tidak bertemu hingga dia langsung melompat ke dalam pelukan Jeno.
"Jeno!"
Jeno menjauhkan tubuh Jaemin, "Apa yang kau katakan pada orang tuamu?" Tanya Jeno dengan wajah tanpa ekspresi.
"Itu—-hahahaha. Apa kau sudah selesai mengemasi keperluanmu? Kita harus cepat, karena kita akan naik bis."
Jaemin segera berlari ke dalam kamar sambil memastikan kalau Jeno tidak melihat kearahnya. Jaemin cepat-cepat mengukur isi di dalam 'tube kecil', "Fiuuhh...masih sama. Jika tidak, matilah kau!"
Setelah itu Jaemin mengeluarkan beberapa pasang pakaian Jeno dari dalam lemari dan juga peralatan mandi, lalu memasukkan semuanya ke dalam tas.
Dengan penuh semangat, Jaemin berjalan keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019