91. Jaemin yang Diawasi Jeno

9.6K 1.3K 508
                                    

Aku baru publish tadi malem loh🙃

400+ komen aku next

Jeno bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan sebelumnya. Keesokan harinya, dia tidak pergi bekerja. Kini Jeno berada di ruang belajar, berdiri mengawasi Jaemin dari belakang. Kapanpun Jaemin mulai melamun, Jeno pasti akan mengetahuinya.

Contohnya seperti saat ini, Jaemin terlihat menatap ke arah layar komputer dan mulai melamun. Jeno terbatuk pelan, mencoba menyadarkan Jaemin agar kembali dari lamunannya. Tetapi Jaemin tidak menunjukkan respon apapun. Sekali lagi Jeno berdeham. Masih tidak ada tanggapan. Jeno masih mencoba berdeham sekali lagi.

"Na Jaemin!" Jeno sudah tidak bisa menahannya lagi.

Jaemin gelagapan, seperti baru saja terbangun dari tidur. Dia berbalik menghadap Jeno. "Ada apa?"

"Apa yang sedang kau lamunkan? Cepat kerjakan laporanmu!"

Jaemin menatap Jeno dan menyimpulkan seseorang yang memiliki kepribadian lemah, tidak peduli seberapa keras dia berusaha, dia akan tetap mendapat omelan.

Jeno menatap Jaemin dan menyimpulkan tidak peduli seberapa keras dia berusaha sekalipun, seorang idiot tetaplah idiot.

Setelah perjuangan yang melelahkan, akhirnya waktu makan siang pun tiba. Jaemin berbalik menghadap Jeno.

"Jeno, ini sudah siang. Bisakah aku pergi untuk membuat makan siang?"

Jeno mengangguk.

Dengan senang Jaemin berlari keluar dari ruang belajar. Bagi Jaemin, selama dia bisa meninggalkan ruangan itu, bahkan hanya pergi untuk memasak sekalipun, bisa membuatnya bahagia.

Setelah menyelesaikan masakannya, Jaemin melihat ke arah kalender. Dia penasaran kapan hari-hari yang menyiksanya ini akan berakhir. Tapi saat Jaemin melihat sesuatu yang dia lingkari di sana, ia mulai merasa sangat senang. Jaemin segera berlari menuju Jeno sambil memasang senyuman lebar.

"Jeno, apa kau ingat hari apa besok? Untung saja tadi aku melihat kalender. Jika tidak aku pasti lupa."

"Ulang tahunmu:" Jeno mengatakannya seperti hal tersebut bukanlah hal istimewa.

Jaemin terkejut. "Kau tahu? Kau mengingatnya?"

"Kau pikir otakku sama dengan milikmu?"

"Jeno, bagaimana kita akan merayakannya?"

"Apa yang bagaimana merayakannya?"

"Jangan berpura-pura seperti itu. Maksudku bagaimana kita akan merayakan ulang tahunku?"

"Tidak ada perayaan apapun. Bukankah aku sudah mengatakan padamu selama beberapa hari ini kita akan menunda semua aktifitas atau perayaan."

Dengan kedua tangan berada di pinggang, Jaemin berdiri di depan Jeno.

"Kapan kau mengatakannya? Aku mengingat semuanya dengan baik, kau hanya bilang tidak ada TV, tidak ada internet, tidak ada telepon, tidak ada omong kosong lainnya. Tidak ada tawar menawar lagi. Jika kau sampai mengetahui kalau aku tidak mendengarkan perkataanmu, kau akan melakukan sesuatu padaku. Kau tidak mengatakan apapun soal menunda aktifitas atau perayaan!"

"Aku tidak mengatakannya?" tanya Jeno.

"Tentu saja tidak!" ucap Jaemin dengan percaya diri.

Jeno menggerakkan bahunya. "Kalau begitu aku tambahkan sekarang."

"Bagaimana kau bisa sejahat itu?! Itu adalah hari ulang tahunku!"

"Jadi kenapa kalau itu hari ulang tahunmu? Itu bukanlah hari ulang tahunmu yang ke-60. Untuk apa dirayakan?"

"Tidakkah kau merasa begitu menyedihkan bagiku jika seperti ini?"

Jaemin memutuskan untuk mencoba membujuk Jeno.

"Aku merasa kalau di sini akulah yang terlihat menyedihkan karena harus mengawasimu. Jika saja kau bersikap sedikit menurut dan mau mendengarkanku, hal ini tidak akan terjadi." Ucap Jeno dengan sabar.

"Apa?! Jadi selama ini aku masih belum cukup mendengarkanmu? Aku bahkan tidak tahu, apa selain diriku kau masih bisa menemukan seseorang yang begitu baik dan mau mendengarkanmu sepertiku."

Jeno tertawa keras "Na Jaemin, kau sangat tidak tahu malu."

"Kenapa kau tiba-tiba mengataiku? Aku tidak tahu bagimana aku bisa bersama dengan orang yang begitu suka menguasai dan mengatai orang lain sepertimu!"

"Tapi yang aku lihat kau begitu mencintaiku."

"Cih! Aku lihat sepertinya kau lah yang tidak tahu malu!"

Karena Jeno tidak memberikannya perayaan ulang tahunnya, dengan kesal Jaemin duduk di kursi meja makan dan mulai menyendok makananya. Jaemin memutuskan untuk mengabaikan Jeno.

Faktanya di hari ulang tahun Jaemin sekalipun, Jeno masih memaksanya untuk mengerjakan laporan. Selalu saja laporan kelulusan. Bahkan tidak ada kue ulang tahun untuknya.

Sebenarnya Jaemin masih berharap mungkin saja Jeno sedang berpura-pura, mungkin nanti dia akan tiba-tiba mematikan lampu dan membawa sebuah roti sambil mengucapkan 'selamat ulang tahun' untuknya. Memberikannya sebuah kejutan. Sama seperti tahun lalu. Tapi hingga waktu terus berlalu, harapan Jaemin memudar. Dia sudah mencoba mencari keseluruh rumah, tidak ada kue ulang tahun, tidak ada kejutan apapun. Jeno memang tipikal yang selalu melakukan sesuai dengan apa yang dia katakan.

Hingga akhirnya Jeno datang dan mengecek laporan Jaemin sebelum mereka tidur. Jaemin masih berharap kalau setidaknya Jeno menyembunyikan hadiah untuknya.

"Hari ini sudah bagus. Lanjutkan lagi besok. Jika kau terus mengerjakannya seperti ini, beberapa hari lagi laporanmu akan segera selesai" Jeno mematikan komputer. "Ayo, waktunya tidur."

"Hanya itu?" Ucap Jaemin kecewa.

"Apalagi yang kau inginkan?"

"Bahkan tidak ada hadiah untukku?"

"Aku selalu berada disisimu saja sudah merupakan hadiah yang besar untukmu."

"Kau ..."

"Baiklah, tunggu hingga kau lulus nanti, apapun yang kau inginkan untuk merayakannya aku akan mendengarkannya. Tapi untuk saat ini, kau harus menurut denganku dulu."

"Tapi ketika aku lulus, itu sudah bukan hari ulang tahunku lagi." Rengek Jaemin.

"Tidak ada tawar-menawar lagi. Ayo tidur."

"Perasaanku terasa sakit karenamu. Kemana lagi kau ingin aku pergi?" Jaemin masih tetap berdiri di tempat, tidak bergerak.

"Baiklah, kau ingin menikah atau pesta ulang tahun?"

"Tentu saja menikah!" Jaemin akhirnya kalah.

Kini Jaemin sudah berada di atas tempat tidur, merasa pasrah sambil menatap jam dinding. Sebentar lagi hari ulang tahunnya akan terlewat. Ulang tahunnya yang ke 21 kini berlalu begitu saja. Terlalu biasa. Ini semua gara-gara laporan kelulusannya.

Saat tidur, Jaemin masih sibuk membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sambil membuat suara-suara aneh.

Akhirnya Jeno mendekap Jaemin ke dalam pelukan. "Menurutlah. Tunggu hingga kau lulus. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan."

"Sungguh?" Jaemin mendongak, menatap Jeno yang sudah terpejam.

"Ya."

"Kalau begitu, aku ingin melakukan operasi plastik. Aku ingin wajah seperti Lee Dongwook."

"Sebaiknya kau cepat tidur."

Jeno melepaskan pelukannya dan berbalik tidur memunggungi Jaemin.

"Jeno!"



Tbc~


[ piceboo & Angelina, 2021 ]

[✔️] Boyfriend | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang