Wajah yang sumringah, Jaemin pulang kerumahnya setelah seharian menghabiskan waktu dengan Jeno.
Saat dia masuk ke dalam rumah, ternyata kedua orangtuanya sudah menunggu dengan ekspresi menyeramkan. Jaemin mulai cemas. Bagaimana jika Nancy memberitahukan kejadian pagi tadi dengan kedua orang tuanya?
"Apa yang sudah kau lakukan?" Tanya appa Jaemin.
Wajah Jaemin berubah pucat. Dia terdiam sembari menggigit bibir bawahnya.
Eomma Jaemin pun ikut menambahkan, "Kami memintamu untuk menceritakan apa yang terjadi, kenapa kau tidak mengatakan apapun?"
"I-ini p-pilihanku. Tidak masalah sebanyak apa kalian akan memarahiku, aku tidak akan merubah keputusanku." Jaemin berkata dengan tekad bulat, dia memutuskan untuk tidak menghindar. Bersiap untuk menghadapi badai yang akan datang setelahnya.
Eomma Jaemin menggetok kepalanya, "Apa yang sedang kau katakan? Sekarang kau sudah tumbuh dewasa, apakah seperti ini caramu berbicara dengan kedua orang tuamu? Kau merasa sudah mempunyai sayap sekarang dan kau pikir sudah bisa terbang sendai, hah?! Tadi saat kau keluar rumah, Nancy datang sambil menangis. Dia masih berada di kamarmu sekarang. Kami bertanya ada apa dengannya, tapi dia tidak mau menjawab. Apa yang sudah kau lakukan padanya? Dan apa itu tadi, yang barusan kau katakan? Apapun yang terjadi, kau sudah mengambil keputusan?! Bocah ini! Kau mengganggu Nancy dan masih bisa mencari alasan?!"
Mendengar perkataan eommanya, malah membuat Jaemin merasa lega. Nancy tidak mengatakan apapun pada mereka. Dan beruntung Jaemin tidak jadi membongkar rahasia nya sendiri.
Jaemin mengangguk, "Kalau begitu aku harus cepat-cepat melihatnya ke atas dan bertanya apa yang terjadi dengannya. Kalian berdua tidak perlu ikut denganku. Lagipula, mengapa kalian bisa berpikir kalau akulah yang mengganggunya? Mungkin saja dia kesini karena ingin membicarakan sesuatu padaku."
Appa Jaemin memberi tanda dengan tangannya, agar Jaemin cepat pergi.
Ketika Jaemin masuk kedalam kamar, dia bisa melihat Nancy yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Ketika gadis itu mendongak, ia bertatapan dengan Jaemin.
Nancy langsung beranjak duduk. Dia menunjuk-nunjuk ke arah Jaemin sambil marah-marah.
Jaemin segera mengunci pintu kamarnya. Dengan gugup dia mencoba berbicara dengan Nancy, "Pelankan suaramu, bagaimana kalau kedua orang tuaku mendengar?"
"Biarkan mereka mendengarnya. Biar mereka berdua tahu apa yang sudah kau lakukan!"
Nancy menarik sebuah tissue dan mengelap ingus dari hidungnya, setelah itu melanjutkan bicara, "Kau bahkan mencuri priaku. Kau lupa bagaimana baiknya aku memperlakukanmu?"
"Jaemin mencoba mengingat-ingat. Dia tidak merasa bahwa Nancy pernah memperlakukannya dengan bark. Tetapi saat itu dia tidak berani mengatakannya.
Setelah terdiam cukup lama, Nancy kembali melanjutkan perkataannya.
"Kau menyukai Jeno?"
Nancy kembali menarik tissue lainnya, "Walaupun kau menyukainnya, kau seharusnya tidak menciumnya tepat dihadapanku." Dia mulai menangis lagi.
Jaemin kini membantunya untuk mengambilkan tissue, "Kau pasti bisa melihatnya sendiri, dua yang maju dan menciumku-"
"Omong kosong! Kalau begitu kenapa kau mengeluarkan lidahmu untuk membalas?!"
Jaemin tercengang. Nancy memperhatikannya terlalu detail. Bahkan hal seperti itu dia bisa melihatnya. Jaemin tidak bisa berkata apapun.
Nancy dengan kedua matanya yang membengkak karena menangis masih terus mengintrogasi Jaemin, "Kau dan Jeno sekarang berpacaran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019