26. Goyang Pinggang, Angkat-angkat Pantat

17.3K 1.9K 173
                                    

Saat Jeno pergi keluar untuk menemui klien, Jaemin mencari kesempatan untuk menonton 'Step Up' . Setelah selesai menonton, Jaemin berbaring di atas sofa.

Orang-orang yang bisa menari di film itu terlihat sangat keren. Kemudian dia bangun dan berlari menuju cermin di dalam kamar. Jaemin berdiri di depannya, memperhatikan dirinya dengan seksama. Dia mencoba untuk membungkukkan dan mengangkat tubuhnya, tetapi apapun yang dia lakukan membuatnya terlihat canggung. Tentu saja karena dirinya bukan seorang penari profesional.

Jaemin mendengar ada suara pintu yang dibuka dari luar. Dengan kecepatan cahaya dia berlari kembali ke dalam ruang belajar. Saat pintu dibuka, Jaemin berpura-pura berjalan keluar dari ruang belajar sambil mencoba merenggangkan otot-ototnya.

"Jeno, kau sudah pulang? Aku sudah belajar seharian ini, aku sangat lelah sekarang."

Jeno menatap kearah Jaemin, lalu dia berjalan menuju ruang tamu. Mendekati TV dan pemutar DVD, menyentuhnya. Kemudian melihat kembali ke arah Jaemin yang sedang berdiri dengan tampang polos.

"Bisa kau jelaskan padaku kenapa benda ini terasa panas?"

Jaemin berjalan menuruni tangga.

"Cuaca hari ini sangat panas. Aku pikir penyejuk ruangannya sedang tidak bekerja dengan baik."

"Begitu?"

"Ya ya ya." Jaemin tidak berani menatap kearah Jeno. Lalu dia mencoba untuk mengganti topik pembicaraan. "Aku rasa setiap hari cuma tinggal dirumah menghabiskan liburan musim panas merupakan hal yang membuang-buang waktu. Aku ingin mengembangkan keterampilanku untuk mempelajari sesuatu. Apa kau akan setuju?"

"Katakan saja apa yang kau inginkan." tanya Jeno, dia sedikit lelah untuk berdebat.

"Maksudku, aku ingin belajar menari."

"Ballet?"

"Bukan.. bukan itu."

"Lalu, apa yang ingin kau pelajari?"

Jeno menyandarkan tubuhnya di atas sofa sambil melepaskan dasinya. Tangannya melepas kancing paling atas dan mengeluarkan kemejanya dari celana. Dari tempat Jaemin berdiri, dia bisa melihat sedikit tubuh Jeno.

"Aku masih belum yakin. Aku ingin pergi ke kelas percobaan dan melihat-lihat. Kau bilang aku tidak akan berguna kalau tidak ada keahlian. Akan ku gunakan waktu di liburanku ini untuk mempelajari hal lain, daripada tetap tinggal di rumah."

Jaemin berjalan menuju belakang sofa, meluruskan tangannya dan perlahan mulai memijati bahu Jeno. Dia bisa melihat kalau Jeno tampak begitu kelelahan. Dari sorot matanya dia terlihat capek.

Jeno merasa dia butuh istirahat sekarang. Menyandarkan kepalanya kebelakang menghadap Jaemin, lalu menutup kedua matanya.

"Kalau begitu, kau bisa mempelajari apa yang ingin kau pelajari." Kali ini Jeno menyetujui permintaan Jaemin.

"Aku tahu itu! Kau yang terbaik!" balas Jaemin senang.

Jeno meletakkan satu tangannya di atas tangan Jaemin, menarik untuk berdiri dihadapannya. Kemudian mendudukan Jaemin dipangkuannya. Tangannya Jeno kini bergerak, melepaskan satu persatu kancing piyama Jaemin.

Wajah kecil itu menunduk dengan warna merah merona. Jaemin mengerti apa yang Jeno inginkan.

Jeno menggenggam tangan Jaemin lalu menciumnya. Menatap tepat di kedua manik hitam Jaemin. "Kali ini, bisakah kau yang mengambil kendali?"

🐁🐁🐁

Hari berikutnya saat Jaemin bangun, Jeno sudah berangkat bekerja. Beberapa hari ini Jeno terlihat sangat sibuk di kantor. Jaemin bangun, berganti pakaian, lalu bergegas pergi ke sekolah tari sambil membawa lembar informasi yang dia dapatkan dari internet.

Akhirnya dia sudah berdiri di depan pintu sekolah tari, hampir satu jam sudah berlalu. Jaemin memperhatikan pelajaran apa saja yang mereka tawarkan, berpikir kelas apa yang ingin dia ikuti.

Jaemin mencoba mengintip ke dalam kelas pertama, tarian barat. Di dalam kelas itu rata-rata berisi wanita setengah baya. Tapi pengajarnya seorang pria muda. Melihat instruktur tersebut memiliki badan yang bagus dengan keringat yang menetes ditubuhnya, Jaemin sedikit iri. Dia juga ingin memiliki tubuh yang indah seperti itu. Bukan karena melihat gurunya, tetapi karena gaya menarinya yang keren. Jaemin merasa bahwa gerakan tari di kelas itu akan cocok untuknya. Sungguh bisa membuatnya terlihat lebih pria.

Jaemin pun segera mendaftar untuk mengikuti kelas itu. Kini dia sedang berdiri ditengah-tengah rombongan wanita setengah baya. Sang pelatih memberi intruksi dengan suara keras.

"Putar putar pinggangmu, angkat-angkat pantatmu."

Jaemin mengikuti semua intruksinya. Dia terlihat sangat serius berlatih. Setelah hampir dua jam menari, akhirnya Jaemin pun terjatuh ke lantai. Dia merangkak kebagian belakang untuk mengambil tasnya lalu dia mengeluarkan ponselnya.

"Jeno!! tolong aku!!"

"Apa??" balas Jeno dingin.

"Ku rasa pinggangku patah. Bisakah kau datang dan menjemputku pulang? Aku tidak bisa berjalan."

Sambungan di sebrang sana terdengar senyap. Jeno sangat ingin menyumpahinya, tapi dia mencoba untuk menahan. Pada akhirnya Jeno hanya bisa menjawab, "Oke"

Jaemin duduk dipojokan sambil melihat para wanita-wanita paruh baya yang masih terus menari.

Saat Jeno berjalan masuk ke dalam ruangan, semua wanita disitu mengalihkan perhatian mereka pada Jeno.

"Siapa yang kau cari tampan?" tanya seorang wanita gemuk dengan keringat diseluruh tubuhnya.

Jeno berjalan melewatinya dan melihat Jaemin yang sedang duduk dipojokan. Jaemin hanya bisa menatap kearah Jeno dengan putus asa. Tanpa memperdulikan para wanita itu dengan cepat menghampiri Jaemin dan membopong pria itu pergi.

"Pelan-pelan, pelan-pelan" Jaemin merintih kesakitan.

"Berhenti berteriak!! Kau sendiri yang ingin berlatih menari." Jeno menekan pinggang Jaemin lebih keras dengan tangannya.

"Sakit..sakit..sakit..sakit!!" di depan banyak pasang mata yang masih menatap kearah mereka berdua, Jeno membawa Jaemin berjalan keluar dari ruangan itu.

Pada akhirnya Jaemin yang datang ke dalam kelas seperti seorang lelaki. Dan kini dia keluar seperti seorang wanita.

🐁🐁🐁

Di hari berikutnya, Jaemin terlihat masih berbaring di atas ranjang, merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Dia bahkan tidak bisa bergerak turun dari tempat tidur.

"Jeno, ku rasa aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Bisakah kau mengambilkanku pulpen dan kertas? Aku ingin menulis permintaan terakhirku." Lalu dia menatap kearah Jeno dengan penuh kesedihan. "Jangan lupakan aku!!"

Jeno dengan tidak berperasaan memberikan tendangan tepat di pinggang Jaemin.

Jaemin pun berteriak kesakitan.

"Kemarin kau baru saja mendaftar masuk kelas. Dan sekarang kau sudah tidak ingin kembali ke sana?"

Ketika Jaemin mendengar perkataan Jeno, ekspresi di wajahnya berubah hijau. Kemudian dia segera menarik selimut dan tidak ingin melepaskannya.

"Walaupun kau menendangku sampai mati, aku tidak akan pergi!!"

Seperti yang Jaemin inginkan, Jeno benar-benar memberikannya sebuah tendangan dipinggangnya lagi.

"Kau...bocah tak berguna!!"


Tbc~




[ piceboo & Angelina, 2020 ]

[✔️] Boyfriend | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang