Hari itu gerimis, Jeno dan Jaemin baru saja kembali ke apartement setelah pergi mencari makan. Jaemin menunggu di pintu lift sambil menunggu Jeno yang sedang memarkirkan mobil.
Di sebelah Jaemin, terlihat seorang laki-laki imut dan juga tampan, dia terlihat seperti berumur sekitar 16 tahun. Anak laki-laki itu sedikit lebih pendek dari Jaemin dengan sepasang mata yang jernih, hidung yang mancung dan bibir yang berwarna merah.
Anak laki-laki itu terlihat gugup seperti sedang menunggu seseorang. Jaemin bisa langsung menebak karena bocah itu sedang memainkan jari-jarinya. Jaemin memperhatikan, apakah keluarga anak ini meninggalkannya di sini? Apakah dia sedang tersesat? Atau seseorang mencuri uangnya?
Kini Jeno berjalan keluar dari area parkir. Rambutnya sedikit basah karena tetesan air hujan dan diantara kedua jarinya terselip sebatang rokok.
Jaemin terus menatap ke arah Jeno.
'Sangat tampan, bagaimana dia bisa terlihat begitu tampan?'
Ketika Jaemin akan berjalan menyusul Jeno, tiba-tiba bocah yang tadi berdiri di sebelahnya kini sudah berada di hadapan Jeno dan menghalangi jalannya. Jaemin terdiam, dia tidak tahu apa yang ingin bocah itu lakukan. Wajah bocah itu kini menatap ke bawah, setelah beberapa saat akhirnya dia pun berkata.
"Hai, aku Lee Jinwoo. Tolong jadilah pacarku."
Jaemin merasa seperti tiba-tiba segumpal awan hitam berada tepat diatas kepalanya, yang mana awan itu kini mulai mengeluarkan petir dan guntur kemudian hujan.
Perasaannya terasa gelisah dan tidak nyaman. Lee Jinwoo terlihat lebih imut daripada dirinya, dan yang terpenting dia juga seorang pria. Apakah dia akan merebut Jeno darinya? Di dalam kepalanya seperti ada yang terus memberikan peringatan bahaya, banyak suara di dalam pikirannya yang berteriak 'Bahaya! Bahaya! Bahaya!'
Jeno tidak menunjukkan ekspresi apapun saat mendengar perkataan Jinwoo tadi, dia terus berjalan kearah Jaemin.
"Kenapa kau diam disini? Ayo pulang."
Jeno bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Jaemin pun menurut mengikuti Jeno, tetapi ketika mereka berdua akan beranjak pergi, Jinwoo menarik lengan kemeja Jeno.
"Tolong jangan anggap aku sedang bercanda. Aku bersungguh-sungguh. Aku menyukaimu. Aku sudah menyukaimu sejak lama."
Jeno menepis tangan dari bajunya, dia menatap tajam ke arah bocah itu. Jaemin masih terus berteriak-teriak di dalam hati.
'Jangan lihat. Jangan lihat. Jangan lihat. Jangan biarkan bocah itu menggodamu!' Jaemin nyaris saja ingin menutup kedua mata Jeno dengan tangannya.
"Dimana Ibumu? Kenapa dia membiarkan seorang bocah berkeliaran disini?" ucap Jeno dingin.
Mendengar perkataan Jeno membuat wajah Jinwoo berubah merah, "Jangan menganggapku seperti seorang bocah! Aku serius dengan perkataanku."
"Aku tidak tertarik denganmu!" Jeno mendorong punggung Jaemin yang dari tadi hanya diam menuju lift. Pintu lift sudah nyaris akan tertutup saat tiba-tiba Jinwoo berteriak.
"Aku tidak akan menyerah! Aku menyukaimu. Tolong ingat itu."
Saat berada di dalam lift, tidak ada diantara mereka yang berbicara. Ketika mereka telah sampai, Jeno melepaskan sepatunya, tiba-tiba Jaemin memeluk tubuh Jeno dari belakang.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Jeno saat itu berdiri dalam keadaan tidak stabil, membuat mereka berdua terjatuh ke atas lantai. Jeno mencoba membalikkan tubuhnya dan kemudian dia menatap Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019