50. Selamat Natal (Part 2)

10.5K 1.5K 679
                                    

Setiap toko disepanjang jalan memutar lagu-lagu Natal. Mereka juga menghias pintu toko dengan lampu kecil kerlap-kerlip. Seorang Santa Claus yang sedang bekerja di luar toko juga terus memberikan senyuman pada tamu-tamu yang berkunjung ke tempat mereka.

Jaemin terus berkeliling di sepanjang jalan sendirian. Dia sudah berada di luar untuk waktu yang cukup lama. Jaemin juga tidak tahu sedang berada dimana saat ini.

Udara mulai terasa semakin dingin. Jaemin memeluk erat tubuhnya. Dia tidak membawa uang sepeser pun. Ponselnya juga sejak tadi mati kehabisan baterai.

Jaemin tidak ingin kembali ke rumah atau ke asrama, karena nantinya akan sangat mudah ditemukan oleh Jeno. Jaemin sedang tidak ingin mendapat omelan darinya. Kali ini Jaemin tidak akan mau mengaku salah terlebih dahulu.

Jaemin memutuskan berjalan masuk ke dalam sebuah toko agar tubuhnya sedikit lebih hangat. Jaemin sedikit iri melihat setiap orang yang sedang tersenyum bahagia. Sebenarnya semua hal yang terjadi hari ini bukan yang dia harapkan sejak awal. Apa yang salah? Apa benar kalau dirinya penyebabnya? Apa dirinya sendiri yang mengacaukan semua ini?

"Na Jaemin apa kau tidak punya otak?!"

Sekali lagi Jaemin teringat dengan perkataan Jeno padanya. Jaemin menggigiti bibir bagian bawahnya dengan keras. Hatinya terasa sangat sakit.

Langit diluar mulai berubah gelap. Jaemin memutuskan untuk berputar-putar di dalam sebuah mall. Dari lantai bawah hingga lantai atas, kemudian dari lantai atas turun lagi ke lantai bawah. Jaemin terus mengulang-ngulang hingga mall itu mengumumkan waktu untuk tutup. Jaemin akhirnya keluar dari mall itu.

Angin terus saja berhembus ke arahnya. Jaemin mulai kedinginan dan bersin-bersin di jalanan. Jaemin bingung harus pergi kemana kali ini? Apa Jeno akan mencarinya?

Sementara itu di tempat lain, Jeno sedang mencoba menelpon ke asrama Jaemin. Tetapi tidak ada seorang pun yang mengangkat telpon. Dia juga menelpon ke rumah Jaemin, dan kembali tidak mendapat jawaban. Jeno telah menelpon ke ponsel Jaemin beberapa kali, tapi tidak tersambung.

Jeno terus berkendara menelusuri jalanan kota, berkeliling dan terus berkeliling. Tetapi Jeno masih belum juga menemukan Jaemin. Akhirnya dia menghentikan mobilnya di tepi jalan dan kembali menyalakan rokoknya.

"Na Jaemin... kau lari kemana? Dimana kau saat ini?"

Saat ini sepanjang jalanan terdengar lantunan lagu Selamat Natal yang entah berasal dari mana. Jaemin berdiri tepat di bawah cahaya lampu jalan, dalam diam mendengarkan lantunan lagu itu.

Sementara itu di dalam mobil, radio sedang memutarkan lagu-lagu Natal. Jeno duduk di dalam mobil dan tenggelam dengan pikirannya sendiri sambil mendengarkan lagu yang mengalun.

Setelah Jeno menyelesaikan rokoknya, dia kembali melanjutkan berkeliling untuk mencari Jaemin. Ketika Jeno nyaris saja kehilangan kesabaranya, dia bisa melihat Jaemin yang sedang berjongkok di pojokan dengan tubuh yang bergetar kedinginan.

Jeno segera membuka pintu mobilnya dan berjalan kearah Jaemin. Jaemin yang melihat Jeno berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa dan segera berbalik lari secepat yang dia bisa. Tidak berapa lama Jeno bisa menangkapnya dan menekan tubuhnya ke tembok.

"Kenapa kau lari?"

"Kenapa kau mengejarku?"

"Apa maksudmu?"

"Apa maksudku?"

"Na Jaemin, bisakah kau berhenti bersikap keras kepala dan ikut pulang denganku?"

"Aku tidak ingin pulang! Otak ku sakit! Untuk apa aku kembali? Biarkan saja aku mati kedinginan disini!" Jaemin meronta, mencoba membebaskan diri dari sekapan Jeno.

"Na Jaemin!! Jangan pernah mengatakan kata matiI!" Jeno menaikkan kembali nada bicaranya.

Hanya ketika Jeno ingin menumpahkan kemarahannya, kedua mata Jaemin mulai berkaca-kaca. Jeno segera menahan kembali kata-kata yang ingin dia keluarkan.

"Marah?! Teruslah marah! Aku masih belum cukup untuk kau marahi. Aku memang tolol! Aku bodoh! Aku selalu membuat masalah untukmu hingga membuatmu sakit kepala." Jaemin menengadahkan kepalanya, mencoba untuk mencegah air matanya turun.

Jeno mengulurkan tangannya ingin menghapus air mata yang terlihat di sudut mata Jaemin. Tetapi Jaemin menepis tangan Jeno.

"Jangan sentuh aku!!"

"Jika kau tidak memperbolehkan aku untuk menyentuhmu, lalu siapa lagi? Apa kau akan ikut pulang denganku?"

"Aku tidak ingin pulang!"

Jeno melepaskan tangannya yang menggenggam lengan Jaemin. Kini Jaemin bersiap untuk lari. Hanya baru beberapa langkah, Jeno berteriak di belakangnya.

"Jika kau berani lari lagi coba saja!! Apa yang dulu sudah kau janjikan padaku?! Kau bilang kau tidak akan melakukan hal egois lagi. Kau bilang walaupun suatu saat aku mengusirmu pergi, kau akan tetap tinggal. Bagaimana dengan semua janjimu itu?!!"

Jaemin terdiam dan tidak bergerak sedikitpun. Jeno berjalan mendekat, lalu mendongakkan wajah mungil itu hingga kini pandangan mereka saling bertemu.

"Apa arti semua janjimu itu?"

Melihat Jaemin yang tidak merespon apapun, Jeno melanjutkan perkataanya.

"Atau seharusnya aku tidak mempercayai semua perkataanmu sejak awal?"

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Aku takut kau akan terus memarahiku lagi. Caramu memarahiku sangat menyakitkan. Aku takut... Bisakah kau tidak memarahiku dengan perkataan seperti itu?"

Melihat Jaemin yang seperti itu, Jeno langsung menarik tubuh Jaemin ke dalam pelukannya. Dagunya kini dia letakkan di atas kepala Jaemin.

"Na Jaemin, apa yang harus ku lakukan padamu?"

Jaemin dengan erat meremas baju Jeno dan kembali terisak.

"Jeno, sekali lagi maafkan kelemahanku. Jangan membenciku karena sikapku yang terkadang egois. Karena aku sangat mencintaimu."

Jeno memberikan tepukan lembut di punggung Jaemin. "Baiklah, berhenti menangis. Kali ini akulah yang salah."

Jaemin pun mendongakkan wajahnya, "Sungguh... kau yang salah? Bukan karena aku terlalu egois?"

"Ya, bukan karenamu, tapi aku."

Jaemin akhirnya berhenti menangis. Dia menghapus ingusnya di baju Jeno, lalu menunjukkan senyuman konyolnya. "Aku tahu itu! kali ini bukan akulah yang salah!"

Jeno melepaskan jaket yang dia pakai, lalu memakaikannya ke tubuh Jaemin yang terlihat menggigil kedinginan.

Jeno menggenggam tangan Jaemin sambil melihat ke arah jam di tangannya.

"Na Jaemin... Malam Natal sudah berakhir, aku hanya bisa mengucapkan Selamat Natal untukmu."

Setelah itu Jeno merendahkan kepalanya dan mencium bibir Jaemin.

Mereka berdua bergandengan tangan berjalan menuju mobil. Jaemin mengayunkan tangan mereka tinggi-tinggi.

"Jeno, apa kau akan pulang cepat hari ini?"

"Kenapa?"

"Apa kau akan pulang cepat?" Jaemin mengulang perkataannya lagi.

"Kenapa?"

"Apa kau akan pulang cepat?"

"Hari ini, aku hanya ingin bersamamu."



Tbc~


[ piceboo & Angelina, 2020 ]

[✔️] Boyfriend | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang