Di waktu makan siang, Jeno tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Ah saya lupa kalau saya sudah membawakan sesuatu untuk Paman dan Bibi di dalam mobil."
"Kau sudah mau datang berkunjung saja sudah cukup, tidak perlu repot-repot membawakan kami apapun." ucap Papa Jaemin.
"Saya sudah membawakannya. Saya akan mengambilnya sebentar."
Jeno sudah akan beranjak bangun dari tempat duduknya, tetapi dia dicegah oleh Mama Jaemin.
"Matahari begitu terik, biar Jaemin saja yang pergi mengambilnya."
Sambil berkata seperti itu, Mama Jaemin mengalihkan tatapannya ke arah seseorang yang terlihat santai menonton TV. "Jaemin, sana pergi dan ambil barang-barang yang ada di mobil Jeno."
"Di luar sangat panas, aku tidak ingin terbakar sinar matahari." Jaemin tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya.
"Cepat sana lakukan." Papa Jaemin merasa kalau anaknya sudah bersikap tidak tahu malu di depan tamu mereka.
Jaemin tidak bisa mengelak karena kali ini Papanya sendiri yang menyuruhnya. Dia menurut dan mengambil barang-barang yang ada di dalam bagasi mobil Jeno. Beberapa kotak kosmetik dari merk terkenal dan juga beberapa botol anggur kualitas terbaik. Jaemin pikir kalau barang-barang yang Jeno beli itu terlalu kuno.
Tapi ternyata justru barang-barang itulah yang membuat wajah kedua orang tuanya tersenyum lebar. Mereka berdua semakin memfokuskan perhatian mereka pada Jeno. Bahkan Papa Jaemin kini meletakkan beberapa potong lauk di mangkuk Jeno. Jaemin tidak pernah menduga bahwa Jeno yang biasanya selalu bersikap dingin itu ternyata tahu dengan baik bagaimana harus bersikap seperti manusia biasa pada umumnya. Hanya dengan beberapa cara saja dia sudah berhasil membuat kedua orangtua Jaemin menyukainya.
Mama Jaemin terlihat memasang ekspresi kecewa, "Sangat disayangkan kami berdua tidak memiliki anak perempuan. Jika saja kami memiliki seorang putri, pasti akan kami jodohkan denganmu." Lalu Mama Jaemin mengalihkan tatapannya pada Jaemin. Dia terlihat sedih karena tidak melahirkan Jaemin sebagai anak perempuan.
"Kalau begitu, aku menikah dengan Jaemin saja." Gurau Jeno yang membuat kedua orangtua Jaemin tertawa dengan keras.
Kedua orangtua Jaemin menangkap perkataan Jeno sebagai gurauan tanpa bermaksud apapun. Dan mereka berdua juga tidak menyadari bahwa sebenarnya Jeno sedang mengatakan hal yang sebenarnya. Hanya Jaemin lah yang terlihat kaget dan nyaris saja menyemburkan makanannya.
"Jaemin... bagaimana kau bisa begitu jorok. Jeno, tolong maklumi sikap bocah ini. Anak ini selalu saja bersikap seperti itu. Seperti bocah idiot."
Bahkan Jaemin juga mendapatkan julukan yang sama seperti yang biasa Jeno katakan padanya oleh Mamanya sendiri.
"Tidak apa-apa, Bi. Saya sudah terbiasa."
"Sebenarnya Bibi selalu ingin memiliki seorang anak laki-laki seperti mu. Tinggi, tampan, pintar, kau bahkan bisa menghasilkan uang sendiri." Mama Jaemin menyebutkan satu-persatu kelebihan yang dimiliki oleh Jeno yang membuatnya terlihat sangat sempurna. Mamanya terus saja berpikir kenapa dia tidak melahirkan seorang anak laki-laki seperti Jeno.
Papa Jaemin pun juga ikut menambahkan, "Permainan catur dan pengetahuan umumnya juga bagus. Aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik jika besama Jaemin. Aku bahkan tidak tahu dia mewarisi sifat siapa?"
Kini Jaemin merasa kalau dia sudah tidak memiliki tempat di rumahnya sendiri. Jeno tidak hanya berhasil menguasai dirinya, bahkan dia juga berhasil menguasai keluarganya.
"Jeno, jika kau tidak ada acara, bagaimana kalau kau menginap di sini saja? Ada banyak hal yang ingin Bibi bicarakan denganmu."
Jaemin sudah menduga kalau Mamanya pasti akan menyiapkan banyak pertanyaan yang berhubungan dengan siapa pasangan Jeno saat ini. Jaemin segera memberikan tanda pada Jeno untuk menolak tawaran Mamanya itu, tetapi ternyata Jeno malah menganggukkan kepalanya menyetujui tawaran Mama Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019