Malam itu Jaemin tidak bisa tertidur sepanjang malam. Bukan karena dia tidak merasa mengantuk, tetapi meskipun dia sudah mencoba membolak-balikkan tubuhnya, Jaemin masih juga sulit untuk tidur. Jaemin terlalu bersemangat untuk berlibur.
Keesokan paginya, Jaemin bahkan bangun lebih pagi daripada biasanya. Jaemin terlihat bersemangat dan segera masuk ke dalam kamar mandi, menyikat giginya, mencuci muka, kemudian bersiap-siap. Kini dia sibuk berlari-lari di dalam rumah menunggu Jeno bangun.
"Jeno, cepat bangun, hari ini kita akan pergi berlibur!"
Melihat Jeno yang tidak menunjukkan respon apapun, kini Jaemin berlari menghampiri Jeno, meraih kedua tangannya lalu menariknya bangun dari atas tempat tidur.
"Jeno— bagaimana bisa kau bermalas-malasan seperti ini?!"
Akhirnya Jeno terpaksa membuka kedua matanya yang saat itu masih terasa kabur. "Apa kau gila? ini masih jam 5 pagi!" Kemudian Jeno kembali berbaring di atas tempat tidur.
Jaemin terlihat tidak sabaran. "Ini sudah jam 5.30 pagi. Kita harus menggunakan waktu yang ada dengan baik! Waktu itu adalah uang. Kita tidak boleh membuang-buang waktu hanya untuk tidur. Saat aku masih di SMP dulu, guruku pernah mengatakan kalau selimut yang hangat itu sama seperti makam untuk masa muda. Jeno, cepat bangun. Jangan tidur di makam seperti ini."
"Sana pergi!" Jeno sama sekali tidak mendengarkan celoteh Jaemin.
"Jeno~~" Jaemin mulai bersikap manja.
Jeno membuka kedua matanya dan memberikan satu tatapan yang sanggup membunuh seseorang.
Tubuh Jaemin terlihat sedikit ketakutan. Akhirnya dia menurut, berjalan keluar dari kamar, menutup pintu, dan masih dengan tidak sabar menunggu Jeno bangun sembari duduk di sofa menonton TV.
Hampir setiap sepuluh menit sekali, Jaemin akan memfokuskan pendengarannya ke kamar Jeno, memastikan apakah pria itu sudah bangun atau belum. Akhirnya ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi, Jeno pun bangun. Jaemin yang mendengar suara langkah kaki segera berlari menghampiri Jeno yang kini berdiri tepat di hadapannya.
"Jeno, kapan kita akan berangkat?"
Jeno melihat Jaemin yang sejak pagi tadi sudah menggotong-gotong tasnya hingga saat ini masih tidak berkomentar apapun. Dengan malas-malasan dia berjalan menuju kamar mandi. Setelah beberapa saat kemudian, Jeno pun terlihat keluar dari kamar mandi. Sekali lagi Jaemin berlari menghampirinya.
"Jeno... kapan kita akan berangkat?"
Dengan malas Jeno duduk di kursi makan dan meraih sarapannya. "Aku tidak paham denganmu, untuk apa kau begitu bersemangat?"
"Bagaimana bisa kau bertanya seperti itu? Mana mungkin aku bisa tidak merasa bersemangat?"
Jaemin menaikan satu kepalan tangannya ke udara seperti patung liberty. "Hari ini kita akan menghabiskan satu hari liburan menyenangkan"
Jeno melemparkan tatapan terganggu pada Jaemin dan kembali melanjutkan sarapannya. Hingga sudah hampir satu jam berlalu, Jeno akhirnya selesai.
Kini Jaemin sudah duduk manis di dalam mobil. Jeno mulai menyalakan mesin mobil.
"Apa kau tidak capek terus membawa-bawa tasmu seperti itu?"
"Aku sudah siap berangkat!" Jaemin tidak merasa kelelahan sama sekali. Setidaknya saat ini tidak ada satu hal pun yang bisa membuatnya lelah. Melihat Jaemin yang penuh semangat seperti itu, Jeno tidak melanjutkan perkataannya. Karena dia paham kalau Jaemin sudah seperti ini, dia tidak akan mendengarkan perkatannya.
Mereka berkendara untuk waktu yang cukup lama, dan karena kemarin malam Jaemin sama sekali tidak bisa tidur, kini dia terlelap di dalam mobil. Ketika dia bangun, jam di pergelangan tangannya menunjukkan sudah hampir 3 jam lamanya mereka telah berkendara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019