Jaemin tidak bodoh. Dia yakin bahwa Jeno juga memiliki perasaan yang sama sepertinya. Jika tidak, untuk apa Jeno mau menunggu hingga dia selesai ujian. Dengan cuaca yang panas menyengat, hanya untuk memberikannya nomor ponsel.
Setiap Kali Jaemin memikirkan kemungkinan itu, wajahnya terlihat senang. Melompat-lompat di atas tempat tidur, berguling-guling kedepan dan kebelakang sambil memikirkan bagaimana kalau dia menelpon Jeno. Tetapi Jaemin mengurungkan niatnya, tidak ingin membuat dirinya terlihat mudah untuk di dapatkan. Jaemin tidak mau membuat Jeno, si manusia arogan itu berpikiran bahwa dia begitu penting bagi Jaemin.
Jadi pada akhirnya Jaemin memutuskan untuk tidak menelpon Jeno.
Tetapi hanya mengiriminya pesan singkat.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Jaemin mengirim pesan.
Tidak lama kemudian Jeno membalas.
"Membaca diary."
Jaemin sangat senang saat Jeno membalas pesannya. Sekali lagi dia berguling-guling di atas tempat tidurnya. Jaemin pikir dia mulai sedikit mengetahui beberapa hal tentang Jeno. Apa yang pria dewasa itu lakukan dengan sebuah diary? hahahaha... Dia tidak menduga bahwa Jeno juga memiliki sisi feminim. Belum sempat Jaemin membalas pesan itu, Jeno kembali mengiriminya pesan.
"Jangan terlalu senang. Aku tidak bilang kalau diary ini milikku."
Manik hazel itu menelisik sekitar, bagaimana Jeno bisa tahu kalau dia sedang senang?
Hmm... jadi dia bukan sedang membaca diary miliknya? Lalu milik siapa?
Tiba-tiba matanya melebar sempurna. Firasat Jaemin sangat buruk. Tangannya segera mengambil ponsel dan dengan cepat menelpon Jeno.
"Apa?" nada suara seseorang di seberang sana terdengar sedikit emosi.
"Eumm... bukan apa-apa. Hanya saja... diary siapa yang sedang kau baca?" Tanya Jaemin takut-takut.
"Punyamu."
Jaemin otomatis melompat turun dari tempat tidurnya. "Wtf! Kapan kau mengambilnya?"
"Ketika aku menyeretmu untuk pergi ujian."
"Aku akan menuntutmu! Mengambil milik orang lain tanpa permisi! Aku akan menuntutmu hingga kau bangkrut! Hingga keluargamu jatuh miskin, hingga kau berlumuran darah dimana-mana, hingga kau mati tanpa ada tempat untuk dimakamkan." Jaemin terus mencoba mengeluarkan perbendaharaan katanya, mengumpati Jeno.
"Oh...begitu?" Jeno tertawa dengan dingin. "Kalau begitu, aku juga akan menuntutmu atas pencemaran nama baik. Na Jaemin, sebelum hari ini aku baru tahu saat aku membaca diary ini kalau aku itu idiot?"
"Tidak...bukan seperti itu." Jaemin nyaris kehilangan setengah jiwanya.
"Apa aku bodoh?"
"Tidak." Jawab Jaemin lagi.
"Apa aku seperti iblis?"
"Tidak."
"Apa aku suka berpura-pura?"
"Tidak."
"Jadi, apa maksud dari semua yang kau tulis tentangku disini?!"
Jaemin tidak bisa menjawab apapun. Semua yang ada dipikirannya saat ini adalah dia menyesal. Mengapa dia tidak menggunakan inisial saja saat menulis diarynya itu. Dan dia juga menyesal karena menyembunyikan diary tersebut di bawah bantal.
"Na Jaemin, sepertinya saat marah kau menggunakan kata-kata yang berbeda setiap harinya. Apa kau ingin aku membantumu dengan beberapa kata yang lebih berkesan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Boyfriend | Nomin
Fanfiction[ R E M A K E ] ❝ Kisah klasik Na Jaemin, sang drama queen yang berusaha menarik atensi Lee Jeno dengan segala tingkah konyolnya.❞ ⚠️bxb ʟᴇᴇ ᴊᴇɴᴏ ✖️ ɴᴀ ᴊᴀᴇᴍɪɴ ғᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ { Start: 04-07-19 } { Finish: 05-01-21 } piceboo & angelina, 2019