"Es kriiiiimmmmm!"Kelima cowok yang bersama Aurara menutup wajah malu. Menggeleng tegas saat orang lewat menunjuk Aurara yang berteriak heboh dan loncat-loncat minta es krim-- isyarat bahwa mereka tidak kenal Aurara. Kaka dengan sikap bodo amatnya geleng-geleng. Menarik pergelangan Aurara agar cewek itu berhenti heboh.
"Iya, beli es krim. Gak usah loncat-loncat," ucapnya datar namun penuh peringatan.
Aurara nyengir lebar. "Beliin ya? Ya ya ya? Ini bakal jadi traktiran kamu yang pertama sejak kita pacaran."
Kaka mengangguk. Jujur saja, Kaka tidak pernah mentraktir teman ceweknya. Kalau cowok mah sering. Memang dasar teman-temannya fakir traktir.
Kaka berjalan duluan menuju stand es krim. Diikuti Aurara yang senyam-senyum kegirangan. Sementara Zidan, Seno, Ilham dan Ismail memilih meninggalkan Kaka dan Aurara diam-diam. Bosan sekaligus malu berjalan bersama cewek macam Aurara.
"Es krim rasa cokelat satu," pinta Kaka pada mas penjual. Mas penjual es krim itu mengangguk lalu tangannya mulai gesit mengambil cup dan meraup es krim yang Kaka minta. Kaka memberikan selembar uang lalu mengambil alih es krim cokelat yang menjunjung tinggi itu.
Aurara menerima es krimnya saat Kaka memberikannya. Dia mulai menikmati es krimnya. "Kok, tau, sih aku suka rasa cokelat? Jangan-jangan kita jodoh? Aamiin. Hehehe."
"Cewek biasanya suka cokelat." Kaka menjawab singkat.
"Iya, sih." Aurara mengernyit saat Kaka hanya memandanginya, tidak ikut membeli es krim.
"Loh, Kaka nggak beli juga? Enak, loh." Kemudian dia mendekatkan es krimnya ke mulut Kaka.Kaka menggeleng.
"Kenapa? Takut diabetes karena makan es krim di sebelah aku? Es krimnya nggak terlalu manis, kok. Aku juga meskipun manis nggak akan bikin diabetes, tapi malah bikin kangen." Aurara terkikik geli.
Kaka tetap menggeleng. "Gue nggak suka es krim."
"Karena dingin?" tanya Aurara. Dia berhenti menjilat es krim. Fokus mendongak menatap Kaka.
Kaka sekali lagi menggeleng. Lalu mendekatkan es krim Aurara ke bibir cewek itu. "Udah makan aja, keburu leleh."
Aurara menggeleng. Kembali menjauhkan es krimnya. "Kenapa dulu? Aku, kan kepo. Apa karena kamu nggak punya uang buat beli es krim lagi?"
Aurara tidak tahu saja. Uang jajan Kaka tidak akan habis bahkan jika membeli satu stand es krim ini. (Oke, lebay)
"Tapi nggak mungkin. Kamu, kan orang kaya. Pasti banyak duitnya." Aurara meletakkan jari telunjuk di dagu. "Ah, aku tahu! Kamu, kan dingin, kalo makan yang dingin-dingin bisa jadi kulkas berjalan, dong!" Aurara tertawa. Hingga es krim dalam genggamannya akan luruh ke lantai.
"Gue dingin?" Kaka menaikkan sebelah alis. Tangannya bergerak menggenggam tangan Aurara yang bebas. Digenggamnya erat beberapa detik hingga bisa merasakan suhu badan Aurara. "Tangan lo yang dingin," ucapnya lalu melepas genggaman.
Jika tidak sedang memegang es krim. Aurara sudah salah tingkah dan menutup wajahnya malu karena perlakuan Kaka. Entah kenapa, setiap sentuhan Kaka mampu membuat jantungnya berdegup kencang. Aurara makin jatuh cinta saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Teen Fiction[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...