44. For The First Time

3.9K 233 51
                                    


Aurara menghela napas tatkala tak sengaja melihat jar memory di atas meja belajarnya. Jar memory itu masih kosong, Aurara belum sempat mengisinya dengan berbagai kejadian yang dia dan Kaka lalui setelah mereka resmi pacaran.

Aurara berjalan ke arah meja belajarnya, dia duduk kemudian mengambil jar memory bertali merah itu. Di sebelahnya ada stickey notes yang belum Aurara buka bungkusannya.

"Belum juga diisi udah enggak-enggak aja," gumamnya pelan. Aurara mengambil bolpoinnya, mengambil beberapa stickey notes dengan warna berbeda dan hendak menuliskan sesuatu.

Meski tampak ragu, Aurara akhirnya menggerakkan jarinya untuk menulis. Di stickey notes pertama tertulis;

Hari itu, di depan gerbang rumah, Kaka dengan kakunya menyatakan perasaan. Sayang aku katanya.

Tanpa sadar bibir Aurara tertarik ke atas. Mengingatnya membuat Aurara jadi salah tingkah sendiri. Meskipun tampak kaku, pernyataan Kaka terlihat sangat tulus untuknya waktu itu.

Aurara kembali menulis di stickey notes berikutnya. Begitu seterusnya hingga sudah ada lima stickey notes yang berisi tulisan tangannya. Aurara melihatnya kembali satu persatu, di antara lima tulisan itu, ada satu yang berisi kenangan tidak mengenakkan.

Aurara mengambil kelimanya, kemudian memasukkannya ke dalam jar memory untuk pertama kalinya.

"Semoga kisah gue dan Kaka bisa sampe menuhin jar memory ini, ya." Aurara begumam pelan. Tersirat harapan besar dalam ucapannya.

***

Aneh. Itulah yang Kaka rasakan sejak semalam. Pesan yang Kaka kirimkan pada Aurara sejak semalam tak kunjung dibalas. Bahkan dibaca pun tidak. Sangat tidak biasanya. Karena cewek itu biasanya membalas pesannya super kilat.

Untuk menghilangkan berbagai pertanyaannya, Kaka yang baru saja tiba di sekolah tidak langsung menuju kelasnya, namun dia pergi ke kelas Aurara untuk mencari cewek itu.

Kaka berdiri di depan pintu kelas 11 IPS 2. Matanya meyapu pandang seisi kelas mencari keberadaan Aurara. Kedatangan Kaka yang tiba-tiba menarik atensi para teman kelas Aurara. Tak terkecuali Claudia yang tengah menghapus papan tulis. Cewek itu menghentikan aktivitasnya, lalu berjalan menghampiri Kaka.

"Kak Kaka nyari Rara, ya?" tebak Claudia. Untuk apa lagi Kaka datang ke kelasnya jika tidak mencari Aurara?

Kaka berdehem. Matanya tertuju pada bangku Aurara.

"Aurara kemana?" tanya Kaka saat dilihatnya ransel Aurara sudah ada di atas meja. Namun cewek itu tidak ada di tempat.

Claudia mengikuti pandangan Kaka, kemudian kembali menatap Kaka. "Dia tadi katanya mau ke kantin. Dia nggak sempet sarapan. Emang dasar Aurara, mau bel malah ke kantin."
Kaka diam sejenak. Kemudian mengangguk dan pergi begitu saja.

"Astaga, nggak ada basa-basinya sama sekali," gerutu Claudia lalu berbalik dan melanjutkan acara piketnya.

Sementara itu Kaka dengan langkahnya yang tergesa menuju kantin untuk menghampiri Aurara. Rasa-rasanya, dunia Kaka kini lebih didominasi gadis mungil berwajah cantik bernama Aurara Jihana. Kalau dulu dunia Kaka terasa sangat hambar dan monoton, kali ini lebih terkesan berwarna saat Aurara hadir dan menghancurkan segala anggapannya soal perempuan dan cinta.

"Ra," panggil Kaka saat berpapasan dengan Aurara di tengah koridor. Aurara tidak sendiri, dia bersama Bima.

Aurara yang semula mengobrol dan tertawa karena mendengar cerita Bima sontak langsung mengerem langkahnya. Aurara mendongak, mimik wajahnya tidak terlalu senang.

"Gue duluan, Ra," pamit Bima tahu situasi. Cowok itu kemudian melengang pergi dari hadapan Kaka dan Aurara. Bima tidak mau ya jadi obat nyamuk.

"Kenapa?" sahut Aurara terkesan jutek.

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang