Zidan memukul paha Ilham dengan keras hingga membuat Ilham mengaduh.
"Aduh! Kenapa, sih, Dan?" tanya Ilham sembari mengusap-usap paha kirinya.
"Kenapa-kenapa. Lo gak usah modus ya pake mepet-mepet Mikha segala," cibir Zidan yang sontak membuat Mikhayla tertawa.
"Orang tempat duduk masih banyak juga," tambahnya lalu mulai beranjak berdiri. Zidan kemudian dengan paksa mendorong tubuh Ilham agar menjauh dari Mikhayla.
"Gitu banget kamu sama Ilham, Dan," celetuk Mikhayla.
"Bukan gitu, Mik. Gue takut virus lolanya Ilham nular ke elo," jawab Zidan. Cowok itu kini sudah berhasil menggeser duduk Ilham dan sekarang beralih dirinya yang di samping Mikhayla.
Sebagai respon Mikhayla menggeleng takzim. Entah persahabatan macam apa antara mereka berdua itu hingga bisa awet sampai sekarang.
"Yaelah, Mik. Santai aja. Kalo Zidan sama Ilham ketemu tapi nggak berantem, malah bisa jadi keajaiban dunia nomer delapan," celetuk Seno tiba-tiba saat melihat raut terheran-heran Mikhayla.
Ilham mengangguk menyetujui. "Iya. Gue udah biasa didzolimi Zidan. Tapi enggak papa. Gue dapet pahala, Zidan dosanya makin nambah," ucapnya lalu menepuk pundak Zidan. "Gini aja terus, ya Dan. Biar gue bisa dadah-dadah di Surga ke elo yang di Neraka kelak nanti."
Zidan menepis kasar tangan Ilham. "Nggak usah bawa-bawa Surga sama Neraka deh lo. Urusan di Surga atau Neraka biar aja urusan Allah," sungutnya.
"Ustadz Zidan is here." Seno terkekeh menggoda.
"Ampun, Suhu," tambah Ilham sembari menangkupkan kedua tangan di depan wajah.
Zidan mendengkus keras. Peka jika sedang diledek. Nge-gas salah. Ngomong bener salah. Ternyata, bukan di mata cewek saja cowok itu serba salah.
"Kaka kok nggak dateng-dateng, ya?" celetuk Mikhayla memotong perdebatan tiga sahabat itu. Kepalanya tertoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Kaka yang sudah dia tunggu sedari tadi. Tujuan Mikhayla datang ke sini adalah hendak menanyakan tugas yang tidak Mikhayla mengerti pada Kaka.
"Apa Kaka sakit?" tanyanya lagi menatap ketiga sahabat Kaka secara bergantian.
"Kalo sakit pasti ngabarin kita-kita, Mik," jawab Seno.
"Alah apaan. Dia pas nggak masuk gegara bolos sama Aurara aja nggak ngabarin. Malah gue yang nanya duluan," cibir Zidan yang membuat Mikhayla sontak mengerutkan kening bingung.
"Bolos sama Aurara? Kaka? Bolos? Are you serious?"
Melihat wajah Mikhayla yang seperti tidak percaya, Zidan mengangguk cepat.
"Nggak update lo ah, Mik," ucap Seno yang semakin membuat Mikhayla tercengang.
"Entah kerasukan apa sampe-sampe Kaka rela bolos demi ngajak Aurara jalan-jalan. Yang pasti, menurut indera ke enam gue, mereka bakal ada kabar baik," ucap Zidan sembari memejamkan mata sok menerawang.
"Lo sedarah sama Roy Kiyoshi, ya Dan?" tanya Ilham yang membuat tawa Seno meledak. Bertengkar. Lagi.
"Nggak usah banyak bacot lo kembarannya Cimoy!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Teen Fiction[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...