***
"Loh, Ra? Kamu kok nggak cepetan ganti seragam? Ini udah siang, loh." Naysa yang baru saja keluar kamar mengernyit bingung saat dilihatnya sang adik masik asik menonton tv.Aurara nyengir. "Aku nggak masuk aja, ya Mbak. Mau nungguin Nenek," jawab Aurara.
"Jangan gitu dong, Ra. Kamu sekolah ya, sekolah aja. Mbak, kan masih bisa nungguin Nenek." Naysa mencoba menasehati sang adik.
Aurara mendekati Naysa, lalu tiba-tiba memeluk Naysa. "Aku pengen nungguin Nenek Mbak. Please, ya, ya, ya?"
Naysa yang merasa aneh hanya bisa geleng-geleng kepala. Melepaskan pelukan Aurara kemudian beralih menyentuh kedua bahu Aurara.
"Nungguin Neneknya kan bisa sepulang sekolah aja. Nanti kalo bolos kamu dimarahin guru. Lagipula nggak ada ulangan hari ini?" bujuk Naysa agar Aurara tetap mau masuk sekolah.
Aurara menggeleng cepat. "Bolos sekali doang, Mbak Nay," rengeknya.
Naysa menghela napas. "Nenek hari ini pulang. Kamu nggak perlu bolos Ra."
Aurara mengeluh dalam hati. Bagaimana ini? Apa dia harus jujur?
"Ra, kamu udah besar, bukan waktunya main-main sama pendidikan," jelas Naysa. Telihat sangat keberatan saat Aurara hendak bolos.
"Aku nggak main-main, Mbak." Aurara tiba-tiba memegangi kedua sisi kepalanya. "Aduh, kepala aku pusing Mbak Nay. Kayaknya sakit, deh."
"Masa? Tadi nggak papa, kok," ucap Naysa lalu mengecek suhu badan Aurara dengan punggung tangannya. "Nggak panas."
Aurara semakin mendramatisir keadaan. Dia memejamkan mata seolah menahan nyeri di kepalanya. "Yang sakit kepala aku Mbak Nay," ujarnya.
Melihat raut sang kakak yang tidak langsung percaya, Aurara mengangkat jari telunjuknya di depan wajah. "Nih, ini berapa, Mbak? Ini lima, kan ya?"
Alibinya berhasil. Naysa langsung menghela napas pelan lalu mengelus puncak kepalanya.
"Yaudah. Kalo kamu sakit jangan pergi nungguin Nenek. Di rumah aja, ya?" ujar Naysa lembut yang diangguki oleh Aurara.Tidak sulit untuk sedikit membohongi kakaknya itu. Naysa memang orang yang perfectionist, dan juga berhati lembut. Aurara senang karena Naysa tidak sama sekali mencurigainya, namun Aurara juga tidak tega dalam waktu bersamaan.
Ismail yang baru selesai siap-siap mendelik saat mendapati Aurara masih mengenakan pakaian santainya.
"Kakak nggak sekolah?" tanyanya.
"Kakak sakit, Mail." Naysa yang menjawab.
"Ha? Kakak sakit? Sakit apa? Bohong, tuh, Mbak Nay," ujar Ismail tidak percaya. Lebih tepatnya tidak terima karena dirinya harus sekolah sementara kakaknya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Novela Juvenil[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...