Aurara kembali dengan membawa dua buah minuman dingin di tangannya. Niat awal hendak sembunyi-sembunyi memberikan botol itu pada Mikhayla terpaksa diurungkan karena Mikhayla justru masih berada di tempat semula. Duduk dengan wajah tanpa ekspresi dan menatap lurus bunga yang tadi Aurara berikan.
Aurara mengernyit. Mendekat lalu menepuk pelan bahunya. "Kak? Kok nggak masuk?" tanyanya bingung.
Mikhayla refleks menoleh. Nampak terkejut Aurara sudah ada di depannya. Mikhayla menyelipkan rambutnya ke telinga. Memejamkan mata lalu menghela napas panjang. Saat membuka matanya Mikhayla lantas menatap Aurara lama. Lama sekali. Hingga membuat Aurara bergidik. Takut-takut kalau Mikhayla kerasukan.
"Lo kenapa Kak Mikha?" Aurara duduk. Menatap khawatir Mikhayla di sampingnya. Nyaris saja Aurara hendak menyentuh bahu Mikhayla, menyadarkan cewek itu namun tiba-tiba saja Mikhayla mendesak maju, meraih tubuhnya dan memeluknya.
"Gue minta maaf," lirih Mikhayla sarat makna.
Aurara membelalak kaget mendengarnya. Kantong kresek berisi minuman dingin di tangannya nyaris saja dia jatuhkan. Aurara dapat merasakan Mikhayla sedang memeluknya erat. Entah apa maksudnya Aurara juga belum begitu paham.
"Gue salah nilai lo selama ini, Aurara." Mikhayla kembali mencicit. Helaan napasnya terdengar berat.
Beberapa detik setelah selesai membaca surat yang Aurara tujukan untuk Kaka, Mikhayla merasa sangat tertampar. Seperti baru terbangun dari mimpinya, Mikhayla baru sadar jika apa yang selama ini Mikhyala usahakan ternyata telah jatuh pada orang yang tepat.
Mikhayla tidak pernah sadar jika cinta yang berusaha dia raih ternyata sudah jauh berjalan bersama orang pilihannya. Mikhayla sudah tertinggal jauh di belakang namun terus memaksa mengejar dengan berusaha melukai mereka dari belakang berharap salah satunya akan terluka dan saling meninggalkan.
Mikhayla belum lelah. Baik fisik maupun hatinya. Namun takdir seolah sudah lelah karena Mikhayla terus memaksa memiliki apa yang hakikatnya bukan miliknya. Mikhayla dipaksa sadar bahwa Kaka tidak akan pernah bisa membalas perasannya. Begitupun Kaka yang tidak akan pernah bisa meninggalkan Aurara karena Aurara memang tidak pantas ditinggalkan.
Mikhayla terlalu iri karena Kaka malah memilih Aurara yang menurutnya tidak jauh lebih baik dibanding dirinya. Sampai tak sadar jika Aurara memang gadis yang tulus.
Gue tau lo sebenernya baik, Kak.
Perkataan Aurara seketika terngiang dalam benaknya. Bahkan setelah segala perilaku buruknya pada Aurara, Aurara masih menganggap Mikhayla baik. Meminta maaf atas segala tabiat buruk yang sebenarnya disebabkan oleh dirinya sendiri, bukan Aurara.
Mikhayla melepas peluknya. Menatap penuh penyesalan manik keheranan Aurara. "Maaf buat segala perilaku buruk gue sama lo selama ini. Gue tau lo pasti setuju kalo nggak ada salahnya memperjuangkan sesuatu yang kita impikan. Tapi gue juga tau, kalo cara gue terlanjur salah dari awal.
"Gue sayang banget sama Kaka. Cuma dia yang ngeliat gue sebagai manusia, sebagai Mikhayla Ainsley Sugata di saat semua orang malah melihat gue sebagai siswi cantik yang sangat dibanggakan sekolah. Kaka memperlakukan gue seperti dia memperlakukan semua orang. Kalau salah ya ditegur. Kalau dia nggak suka lihat gue yang berlebihan ya dia bilang nggak suka dengan jelas. Bukan seperti orang-orang yang seolah menganggap kesalahan gue sebuah kewajaran. Mewajarkan banyak hal hanya karena gue cantik dan kebanggaan sekolah."
Aurara terdiam panjang. Tak menyangka bisa mendengar curahan hati seorang Mikhayla, yang notabennya adalah rival-nya. Aurara bisa menangkap jelas. Mikhayla tidak selalu merasa senang dianggap seperti itu oleh orang sekitarnya. Mikhyala muak. Mikhayla ingin hidup bagaimana manusia semestinya. Mikhayla juga takut akan berubah menjadi manusia tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Подростковая литература[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...