"Kaka ih! Mau kemana? Jangan suka tinggal-tinggal aku, dong. Apalagi ninggalnya sama Kak Mikhayla. Aku nggak suka, ya!"
Aurara mengomel sembari membuntuti Kaka yang berjalan dengan tempo cepat di lorong koridor yang sedang sepi."I don't care," jawab Kaka datar. Agaknya mulai terbiasa dibuntuti Aurara kemanapun dia berada.
"Kaka jangan gitu, dong. Aku peduli kamu pake hati, seenggaknya balas aku sedikit, kek," pinta Aurara. Dia melompat, menempatkan diri di depan Kaka berharap Kaka mau menghentikan langkahnya.
Kaka tak menggubris. Sama sekali tak terganggu dengan posisi Aurara. Kaka tetap melangkah, meskipun agak sedikit pelan karena terhalang Aurara. Sementara Aurara terus menerus berjalan mundur.
"Kaka balikan sama aku, yuk!" ajak Aurara cengengesan.
"Ogah."
"Ih, kenapa, sih? Aku tuh kurang apa? Imut iya, lucu iya, putih jangan ditanya, cantik juga. Yang kurang, kan cuma kurang tinggi aja. Masa gitu dipermasalahin, sih? Justru enak, cewek pendek tuh pas dipeluk sensasinya beda sama cewek-cewek tinggi semampai," seru Aurara semakin gencar. Cewek itu terus berjalan mundur tanpa takut kalau dia bisa terjatuh nanti.
"Kamu masih suka perempuan, kan?"
"Iyalah."
"Kalo iya kenapa nggak suka sama aku?" tanya Aurara.
"Jangan-jangan kamu aslinya suka sesama jenis?" Curiga Aurara.
Kaka menghela napas, menghentikan langkahnya lalu sedikit menunduk untuk menatap netra di depannya ini.
"Jangan ngaco!" sentak Kaka kemudian meraih kedua bahu Aurara, lalu dengan gerakan cepat mendorong tubuh Aurara hingga punggung Aurara menempel ke dinding. Sementara Kaka berdiri dengan jarak yang cukup dekat di depannya dengan bertolak pinggang.
"Lo buntutin gue terus maunya apa?"
Aurara megap-megap. Jantungnya berdegup tak karuan. Mulutnya antara mau berbicara dan tidak. Aurara sama sekali belum terbiasa berjarak sedekat dan ditatap seperti ini oleh Kaka. Aurara grogi seketika. Mulut bawelnya yang biasanya ngoceh tiada henti, kali ini dibuat bungkam hanya dengan tindakan sederhana seperti ini.
"Aurara?"
"Hah? Eh iya dengan saya sendiri, eh."
Astaga, bantu Aurara teman-teman!Kaka menghela napas. Geleng-geleng kepala heran. "Jangan ganggu gue lagi bisa?"
Refleks, Aurara menggeleng tegas dan memekik, "Nggak bisa."
"Lo suka, kan sama gue?" tanya Kaka pada Aurara, memastikan.
"Suka dong! Suka banget malah. Masa Kaka nggak tau? Makanya Kaka aku kejar terus ya karena aku suka. Meskipun aku sering jatuh pas ngejar Kaka, aku pantang menyerah. Tau nggak alasannya kenapa selain aku suka?" tanya Aurara yang sudah bisa mengontrol degup jantung dan rasa groginya.
Kaka menaikkan sebelah alis, seolah bertanya.
"Karena Kaka pantes diperjuangin."
Bukannya baper, Kaka justru merasa risih. Bucin amat nih cewek. Batinnya.
"Kalo lo suka sama gue, nurut sama gue. Jangan ganggu gue lagi," ucap Kaka penuh penekanan. Bodoh sekali Kaka dulu mau menerima cinta cewek macam Aurara seperti ini. Niat awal hanya ingin terbebas dari para cewek yang terus menerus mendekatinya dengan statusnya yang tidak lagi single, Kaka justru harus terjebak sejauh ini. Terusik kehidupannya oleh spesies langka bernama Aurara akibat ulahnya sendiri. Bodoh! Kaka benar-benar merasa bodoh.
"Enggak. Enggak. Enggak," tegas Aurara. Cewek itu bersidekap dada, menggeleng kuat-kuat hingga rambutnya yang dikuncir kuda bergoyang ke kanan dan kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Teen Fiction[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...