Ruangan yang semula amat sunyi penuh kepiluan, langit-langit yang semakin lama ditatap semakin memuakkan serta pendingin ruangan yang sudah tercemar oleh berbagai bahan kimia juga obat-obatan yang amat membuat hidung tersiksa dalam beberapa menit lalu berubah menjadi sebaliknya.
Senyum haru menghiasi beberapa wajah sementara yang lainnya sudah menahan tangis berusaha keras tidak membuat kebisingan.
Tidak ada hal terbaik selain kejadian ini. Seperti tiada hari kecuali hari membahagiakan ini. Setelah Zidan dengan tampang tertegun bercampur kaget bilang tangan Kaka bergerak, Seno tanpa disuruh sudah lari tunggang langgang memanggil Dokter. Dengan wajah menegang memberitahu soal kondisi sahabatnya yang kemungkinan besar akan siuman.Dokter langsung mengangguk. Dengan langkah cepat menuju ruang inap Kaka. Hanya sebentar, di sana sudah dipenuhi oleh kehadiran keluarga Kaka. Wajah mereka harap-harap cemas. Terlebih lagi Selita yang sudah menyentuhi wajah Kaka dan menggenggam tangan putra tunggalnya menyambutnya siuaman.
Dokter segera mengecek keadaan Kaka. Tak rumit memeriksanya hingga akhirnya Kaka perlahan mulai membuka matanya. Dengan susah payah Kaka memperjelas pandangannya. Tetap memaksa membuka mata meski kepalanya pusing bukan main. Butuh beberapa waktu sampai Kaka bisa melihat bundanya tengah tersenyum tepat di depan wajahnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Menoleh ke samping kanan, ayahnya tengah merangkul Suri yang tak kuasa menahan tangis melihat adik tersayang sekaligus adik ter-menyebalkannya sudah siuaman selama dua minggu koma.
Menoleh ke samping kiri, ada Zidan yang sibuk berdehem-dehem menetralkan dirinya yang hampir menangis. Juga Ilham yang sudah memeluk Seno dengan erat saking bahagianya.
Ada Dokter dan seorang suster juga di depannya.Tiba-tiba Kaka merasakan ada yang kurang. Seperti ada yang hilang dari pandangannya. Seperti ada yang harus Kaka lihat saat ini juga. Sesuatu yang penting sama seperti semua orang yang ada di sini. Namun Kaka tidak tahu itu apa. Kepalanya teramat pusing bahkan hanya untuk mengingat dan berpikir.
***
Meski hari sudah tampak gelap. Aktifitas di lorong Rumah Sakit sedikit demi sedikit mulai berkurang, di dalam ruang inap Kaka tetaplah tampak ramai. Alat bantu napas Kaka sudah dilepas, sehingga bisa menampakkan wajah Kaka dengan jelas. Wajah yang masih pucat yang dihiasi beberapa lebam. Tak henti juga Selita menciumi wajah Kaka. Kelewat senang putranya sudah siuman.
Tak sia-sia Selita juga Rajasa masih menimang-nimang menandatangani surat persetujuan agar Kaka dioperasi. Yakin jika Kaka bisa terbangun tanpa harus menjalani operasi yang memiliki efek samping cukup berat untuk diterima. Juga doa-doa yang mereka panjatkan pada Tuhan. Usaha dan doa yang teman-teman Kaka berikan untuk Kaka. Semua berbuah indah pada akhirnya.
"Kamu harus cepet sehat, Nak." Selita berucap di sela menjamahi Kaka dengan kecupan di wajahnya. Seketika berhenti saat Kaka tersenyum kecil dan mengelus pipi Selita dengan tangan dinginnya.
Semua orang di dalam ruangan ikut tersenyum. Suri terkekeh. Bergerak maju mengacak rambut berantakan sang adik. Dia sejenak langsung meringis, dua minggu bersedih hati, dua minggu tak ada kawan bertengkar, ternyata amat tidak mengenakkan.
Suri sudah bertekad. Suri tidak akan membiarkan ini terulang lagi. Suri tidak akan berkata yang menyakitkan untuk Kaka lagi karena nyatanya Suri memang sangat menyayangi Kaka di balik semua sifat menyebalkannya.
"Jangan gini lagi lo, Ka. Awas aja," ancam Suri mengepalkan tangan di udara. Membuat Selita langsung melotot memperingati, perlakukan adik kamu dengan baik, Permaisuri. Begitulah maksud tatapan Selita.
Suri nyengir. "Biar Kaka takut, Bunda. Biar nggak ngulangin lagi."
"Kamu ini galak. Daripada mengancam begitu, lebih baik kan ajak bercanda biar Kaka cepat pulih," ucap Selita mulai seperti biasanya. Bawel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Fiksi Remaja[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...