Kaka tidak pernah menyangka jika tahun terakhir sekolahnya akan diisi serangakaian peristiwa seperti ini. Dimana pertama kalinya dia merasakan apa itu pacaran, meski tidak dalam artian sebenarnya. Dimana dia diperjuangakan dalam artian sebenernya. Dan lebih menakjubkan lagi, Kaka bersikeras menolak lalu akhirnya menginginkan kehadiran seseorang dalam masa waktu yang tidak bisa dibilang jauh.
Pagi ini, Kaka kira sejak kejadian kemarin Aurara telah kembali seperti semula. Cewek yang cerewet, selalu mengganggunya, caper padanya. Namun nyatanya Aurara masih ingin melanjutkan aksi move on-nya. Terbukti ketika dia dan Aurara berpapasan di koridor utama, Aurara tidak menyapa bahkan meliriknya. Aurara malah berlari seperti orang ketakutan.
"Dia beneran niat jauhin gue?"
"Terus kenapa kemarin nolongin?"
"Pake bilang khawatir banget segala lagi. Bullshit!"
Kaka bersungut-sungut di sela langkahnya. Dia sudah bisa memakai sepatu hari ini. Meskipun masih perih, lebih baik Kaka tidak semakin menarik perhatian jika dirinya datang ke sekolah memakai sandal. Dan tanpa Kaka sadari, ada seseorang yang mengikutinya sejak tadi. Orang itu cekikikan tanpa suara mendengar gerutuan Kaka.
"Gue kenapa, sih?" Kaka menggeram kesal. Kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi. Tak lama, Kaka mendengar suara tawa yang menggelegar. Sontak saja Kaka berbalik.
"Ngapain lo ketawa?" tanya Kaka ketus pada si pelaku yang tak lain adalah Zidan. Cowok itu sampai memegangi perutnya karena terlalu keras tertawa.
"Lo- lo- gila sih, Ka. Bwhahahaha."
Kaka berdecak, kemudian pergi meninggalkan Zidan yang sibuk tertawa. Kaka kembali berbicara pada hatinya. Ada apa dengan diri dan hatinya saat ini? Kalau Aurara pergi memangnya kenapa? Dan ... kenapa kemarin dia memohon pada Aurara untuk jangan pergi?
"Shit!" umpatnya kesal menyesali ucapannya.
"Kalo suka mah bilang aja kali." Tiba-tiba Zidan sudah menyejajari langkah Kaka.
"Suka siapa, ha?" ketus Kaka frustasi.
"Ah, malu-malu segala kamu." Zidan menahan tawa. Dia menaik turunkan alsinya "Lo suka Rara, kan? Udah mulai sayang dia, kan? Iya, kan?"
"Kata siapa?" Kaka menghela napas. Ingin terlihat biasa-biasa saja.
"Yaelah, Ka. Lo tuh, ya, emang sih belum pernah ngerasain jatuh cinta. Tapi bukan berarti lo nggak bakal jatuh cinta. Buktinya, lo sekarang jatuh cinta sama Aurara," ucap Zidan mencoba meyakinkan Kaka pada perasaannya sendiri. Temannya satu ini masih sangat amatir dalam hal percintaan. Perlu sekali dibimbing.
"Sotoy lo," sahut Kaka masih enggan menerima pernyataan Zidan.
"Ka, bilang sebelum Aurara makin jauh move on-nya. Sebelum Aurara ditembak dan direbut cowok lain kayak di novel-novel. Sebelum semuanya terlambat, Ka." Zidan menatap Kaka serius. Cowok itu kemudian menepuk pundak Kaka agar terkesan makin meyakinkan.
Kaka terbungkam. Entah kenapa ucapan Zidan terus berputar di kepalanya. Itu sangat mengganggu dan meresahkan hatinya.
Tiba-tiba Zidan menunjuk arah depan. "Nah, kan! Apa gue bilang?" serunya heboh.
Kaka mengikuti arah jari Zidan. Di depan sana. Dengan jarak yang lumayan jauh, ada Aurara yang tengah dirangkul oleh seorang cowok. Aurara terlihat tidak menolak. Bahkan cewek itu tertawa-tawa bersama cowok yang entah siapa Kaka pun tidak tahu.
"Gile, omongan gue mujarab abis," celetuk Zidan saat Kaka masih menatap fokus ke arah depan.
Tanpa sadar Kaka menggertak. Tangannya di samping tubuh terkepal kuat. Zidan melirik reaksi aneh Kaka. Cowok itu kemudian tersenyum jahil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Novela Juvenil[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...