Kaka berjalan tergesa dengan langkah lebarnya menuju parkiran. Napasnya menderu menahan marah. Tatapan matanya tidak bisa santai. Pikiran buruk memenuhi kepalanya saat ini.
Setelah mencoba mencari Aurara di kelasnya beberapa waktu lalu dan Aurara tidak ada, Kaka sudah dapat menebak jika pacarnya itu pasti tengah berada di parkiran untuk pulang bersama Bima-- lagi. Kaka tidak akan membiarkan itu terjadi lagi.
Tepat saat Kaka sampai, Kaka melihat Aurara dan Bima masih mengobrol, mereka pun masih jauh dengan dimana motor Bima terparkir. Kaka semakin mempercepat langkahnya, tidak mau mereka semakin memperbanyak obrolan.
Bugh!
Kaka memukul telak pipi kanan Bima. Saat Bima lengah dan sibuk mengaduh, Kaka menarik pergelangan tangan Aurara dan menyembunyikan cewek itu di balik tubuhnya.
"Berani-beraninya lo deketin Aurara," geram Kaka marah lalu kembali memukul wajah Bima.
Bima nyaris terjungkal karena itu, namun Bima masih dapat berdiri kokoh. Bima balas menatap Kaka yang terlihat jelas marah besar.
"Maksud lo apa? Aurara temen gue," ucap Bima mencoba tidak terpancing. Lebih tepatnya tidak ingin Aurara melihat pertengkaran ini. Karena di balik tubuh Kaka, Aurara tampak ketakutan."Nggak usah mengatasnamakan pertemanan kalo ujung-ujungnya modus," ujar Kaka tampak sangat marah.
Bima tertawa mengejek. "Ngaca, Bro. Lo juga gak seharusnya peluk-pelukan sama temen sendiri padahal jelas-jelas lo punya pacar," ucapnya santai.
Kaka tampak tidak mengerti, namun tidak mudah mengubah ekspresi lebih tenang lagi. Rasa cemburu mengalir deras dalam tubuhnya. Kaka sudah berjanji, kan untuk menghabisi Bima?
"Ayo, Ra pulang sama gue," ucap Bima lalu mencoba menarik lengan Aurara. Itu tentu saja semakin memancing emosi Kaka.
Kaka menyentak keras tangan Bima yang hampir saja menyentuh Aurara. Lagi, Kaka memberikan pukulan cukup keras tepat pada hidung Bima. Hingga membuat hidung Bima mengeluarkan darah.
Sudah tak tolerir karena dipukul berkali-kali, Bima akhirnya membalas. Cowok itu meninju tak kalah keras hingga membuat sudut bibir Kaka berdarah.
"Jangan larang Aurara berteman sama gue. Dia lebih dulu kenal gue dibanding lo!" gertak Bima tak takut. Kesal juga karena Aurara seolah dilarang berteman dengannya. Padahal Bima sudah berjanji pada dirinya sendiri, Bima tidak akan merusak kebahagiaan Aurara dengan merebut Aurara dari Kaka. Bima cukup sadar diri soal itu.
Kaka menyeka sudut bibirnya. "Berteman nggak kayak yang lo lakuin, bego!" balas Kaka dengan nada tinggi.
"Dan sebagai pacar, lo nggak seharusnya buat Aurara sedih terus-terusan!" Bima melayangkan pukulan lagi, kali ini pada pipi Kaka. Jelas Bima meluapkan kekesalannya selama ini. Betapa semena-menanya Kaka para Aurara.
"UDAH, UDAH! JANGAN BERANTEM LAGI KAKA! BIMA STOP!" Aurara yang sudah tak tahan melihat kerusuhan antar Kaka dan Bima akhirnya mencoba melerai. Aurara memberanikan diri berdiri di sisi keduanya. Dengan tubuh gemetar ketakutan Aurara mengangkat kedua tangannya. Memohon agar kedua cowok itu benar-benar berhenti.
"Kaka, udah. Ayo kita pulang," ajak Aurara lalu mengapit lengan Kaka erat. Mencegah cowok itu yang sepertinya akan memukul Bima lagi.
Kaka mendengkus keras. Menatap tajam Bima yang juga tengah menatapnya sengit. Meski tidak terlalu banyak bicara, terlihat sekali aura permusuhan keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Ficção Adolescente[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...