6. Boncengan Perdana

3.8K 289 8
                                    

Tak seperti biasanya, kali ini motor sport hitam milik Kaka akan dinaiki tak lagi satu orang saja, melainkan oleh dua orang. Kaka enggan sebenernya membiarkan motor kesayangannya akan membawa orang lain selain dirinya. Namun orang yang hendak nebeng itu sangat memaksa ingin diantarkan pulang oleh Kaka.

"Abis ini, kamu harus beliin aku helm juga, ya? Kan, aku bakal jadi penumpang tetap motor kamu. Kalo nggak pake helm nanti dimarahin Pak Polisi, dimintain duit nanti," cerocos Aurara di tengah perjalanan menuju parkiran.

"Iya," jawab Kaka singkat.

"Nah, kalo udah beli helm, nanti kita jalan-jalan, ya? Ke mall, taman, ancol, kebun binatang juga boleh, jenguk temennya Spongebob." Aurara nyengir lebar.

Kening Kaka berkerut. "Siapa?"

"Itu loh, tupai yang pake bikini, Sendy. Cuma dia tupai yang bisa hidup dalem air, keren. Tapi aku nggak suka sama dia, masa dia pake bikini? Kan, nggak sopan," jelas Aurara disertai gerutuan.

"Hm?" Kaka menaikkan alis bingung.

"Ya seenggaknya pake singlet gitu kek, biar lebih sopan dikit. Lagian ya, ngapain coba dia hidup dalam air? Dia jadi bisa sewaktu-waktu mati, kan? Orang daratan masih banyak kenapa dia milih hidup dalam air?" Aurara menyuarakan pendapatnya. Pertanyaan paling pertama di saat menonton kartun itu.

Lorong sekolah masih belum cukup sepi, sehingga banyak pasang mata yang menatap mereka sembari berbisik-bisik. Masih saja, status baru Kakanda menjadi bahan gosip satu sekolahan. Semua orang cukup terkejut saat mendengar kabar bahwa seorang Kakanda yang jomlo sejak lama tiba-tiba menerima pernyataan cinta seorang cewek, dan terlebih lagi ternyata cewek itu adalah Aurara.

Kaka manggut-manggut, dia menoleh lalu menatap Aurara yang sibuk mengerutkan dahi berpikir. "Lo emang suka mikirin hal-hal nggak penting kaya gini?"

Aurara sontak berkedip-kedip. "Emang itu nggak penting, ya?" tanyanya menjadi bingung sendiri.

Kaka mengangguk sebagai jawaban.

"Kok menurut aku masih penting-penting aja, ya, Kaka?" Aurara bertanya lagi. Masih keukeuh ingin menemukan jawaban soal si tupai itu. Aurara sudah mulai membiasakan diri untuk memanggil Kaka tanpa embel-embel kak.

Kaka memejamkan sejenak matanya. Merasa lelah meladeni cewek ini mengoceh. "Terserah. Semerdeka lo aja," jawabnya akhirnya.

Mereka pun sudah sampai di parkiran. Mata Aurara berseri-seri saat melihat motor Kaka. Dengan cepat dia menghampiri motor itu lalu dia elus-elus.

"Hitam, gue izin jadi penumpang tetap lo, ya? Janji deh nggak bakal bikin lecet, nggak bakal bikin kotor. Gue cewek manis nan kalem kok, jadi nggak bakal aneh-aneh," gumamnya seolah sedang berbicara empat mata.

Kaka memperhatikan dalam diam tingkah aneh Aurara.

Aurara tiba-tiba menoleh, dia nyengir lebar. "Kata motornya, dia seneng punya penumpang baru kayak aku. Aku cantik dan manis katanya. Dia juga bilang, kamu pinter cari pacar."

"Bisa ngomong sama motor?"

"Bisa dong. Mau lihat?" tanya Aurara antusias.

Kaka mengangguk saja.

Aurara mempertipis jaraknya dengan motor Kaka, lalu dia diam beberapa saat, lantas kemudian tiba-tiba manggut-manggut dan memberikan ibu jarinya pada si motor.

Kaka mengangkat alis bertanya. "Udah?"

"Katanya, dia seneng punya penumpang baru setelah sekian lama cuma bawa kamu aja. Katanya lagi, kamu belum pernah bawa cewek naik motor ini, ya?" tanya Aurara.

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang