EPILOG

5.6K 302 51
                                    

Hari-hari penuh ketegangan sudah berlalu. UNBK telah usai. Menyisakan perasaan lega juga was-was menanti hasilnya nanti. Empat hari bertarung dengan soal-soal yang sedikit banyak membuat kesal sungguh menguras emosi dan energi.

Namun hari ini, beban seolah hilang. Kekhawatiran sirna. Semua saling melempar tawa. Berseru-seru senang. Langit yang penuh gemintang menjadi saksi kebahagiaan mereka. Ikut mendukung suasana hati.

Kaka menghela napas perlahan. Memandang penjuru kantin untuk terakhir kalinya dengan senyuman kecil. Kantin ini adalah saksi awal mula kisah Kaka dan Aurara dimulai. Masih lekat dalam ingatan, dimana wajah lucu penuh harap Aurara yang menunggu jawaban pernyataan cintanya yang sangat aneh untuk disaksikan semua orang.

Kaka masih terlalut dalam kenangan penuh berbagai rasa itu hingga seseorang menepuk bahunya. Membuatnya refleks menoleh. Dan mendapati Seno dengan setelan kemeja merah maroonya tengah mendelik menatapnya.

"Gue cariin juga. Ternyata di sini," ucap Seno agak sedikit kesal. Sudah keliling mencari dimana-mana, ternyata Kaka malah berdiri di tengah kantin yang sangat sepi ini.

"Kenapa?" tanya Kaka sama sekali tidak menyadari raut wajah Seno.

"Acara mau dimulai lo malah ngejogrok di sini. Ngapain, sih?" Seno membenarkan letak dasi kupu-kupunya. Menyorot Kaka penuh tanya.

Kaka mengedikkan bahu acuh. Lantas berjalan santai melewati Seno begitu saja keluar dari kawasan kantin. Kaka hanya tidak biasa jika harus berkumpul dengan semua teman seangkatannya dan mengobrol untuk menunggu acara dimulai. Alhasil, Kaka malah keliling sekolah. Dan berakhir di kantin yang nahasnya kepergok oleh Seno.

Seno mengikuti Kaka. Menyejajarkan langkah Kaka hendak bilang sesuatu. Namun belum sempat Seno bilang, sebuah suara sudah mendahuluinya berbicara.

"Kaka!"

Dari kejauhan yang bisa dibilang lumayan jauh, Aurara berseru kencang. Tangannya melambai ceria sambil melompat-lompat. Hingga sebuah buket bunga di tangannya nyaris terjatuh. Buru-buru cewek itu mengeratkan pelukannya pada buket itu dan menyengir lebar saat Kaka menggeleng kecil memperhatikannya.

"Baru juga mau bilang," celetuk Seno tiba-tiba. "Peliharaan lo daritadi rusuh nyamperin gue, Zidan sama Ilham nanyain lo dimana."

Kaka mendengarkan. Lantas terkekeh geli dan menatap Seno. "Lo duluan. Nanti gue nyusul."

Seno mengangguk. Balik kanan meninggalkan Kaka dan menuju dekat panggung kecil dimana acara akan segera dimulai.

Promnight tahun ini mengusung tema Hollywood. Di sepanjang jalan menuju tempat utama acara digelarkan karpet merah yang indah. Dekorasi ruangan pun penuh kemewahan. Banyak lampu indah terpajang di setiap sudut. Malam ini akan sangat menyenangkan.

Kaka berjalan menghampiri Aurara. Semakin dekat, Kaka nyaris dibuat tidak berkutik menatap penampilan Aurara malam ini. Rambutnya digerai dengan ujung rambut yang bergelombang. Wajahnya pun dibubuhi makeup yang sangat pas dengan wajahnya. Tidak terlalu polos atau menor. Dan lihatlah, dress selutut Aurara senada dengan jas navy yang dipakai Kaka.

"Happy graduation, Kaka!" Aurara berseru saat Kaka tiba di hadapannya. Menyerahkan sebuket mawar indah pada Kaka dengan senyuman yang tak henti mengembang.

Kaka menerimanya. Bergerak mengelus pipi merah Aurara dengan ibu jari. "Terima kasih."

Aurara mengangguk lucu. Menjawil iseng pipi Kaka. "Sama-sama ganteng."

Kaka tergelak. Tawa kecilnya keluar. Mau penampilannya jadi super cantik begini, sifat kekanak-kanakan pacarnya ini tidak pernah ketinggalan.

"Ikut aku." Kaka menarik pergelangan Aurara, menyerahkan buket bunga pada Aurara lalu menggenggam tangannya. Panggilannya seketika berubah menjadi aku-kamu.

Aurara tersentak. Menoleh ke arah panggung dimana sudah banyak orang berkumpul di sana. "Acaranya mau dimulai, Kaka."

"Mungkin sepuluh menit lagi," jawab Kaka mempercepat langkahnya. Kaka berbelok, lantas dengan hati-hati menaiki tangga menuju rooftop. Setelah sampai Kaka menarik Aurara untuk menghadapnya. Menunduk menatap Aurara sangat lama.

Cantik sekali Aurara malam ini. Tampak sangat berbeda dan lebih dewasa dibanding penampilannya sehari-hari.

Kaka mengambil tangan Aurara dan diletakkan di dadanya.

"Kamu sakit? Kok detak jantungnya cepet banget?" tanya Aurara terkejut kecil.

"Enggak."

"Terus kenapa?"

"Mau tau sesuatu?" Kaka bertanya balik. Mereka saling berpandangan. Terhanyut seolah tidak terusik dengan keramaian di bawah sana.

"Apa?"

Kaka mengeratkan genggamannya. Semakin menekan tangan Aurara ke balik jasnya. "Aku selalu berdebar kalo deket kamu. Apalagi kamu cantik banget malam ini. Rasanya jantung aku mau meledak."

Aurara senyam-senyum mendengarnya. "Kamu gombal. Pasti diajarin Kak Seno."

"Enggak. Aku serius." Kaka mengelak. Menurut Kaka, gombal itu hanya dibuat oleh para buaya darat. Kan Kaka bukan buaya darat.

Angin berhembus kencang. Membuat helai rambut Aurara berterbangan. Refleks juga Aurara memeluk kedua lengannya karena merasakan hawa dingin. Ditambah lagi gaunnya kali ini memang gaun tanpa lengan.

Masih sibuk mengusap lengannya, tiba-tiba jas navy Kaka sudah berpindah pada tubuh mungilnya. Kaka memperbaiki letak jasnya yang agak kebesaran dipakai Aurara lantas kemudian meletakkan kedua tangannya di pinggang Aurara. Merengkuh lembut pacar lucunya ini.

"Terima kasih udah mau nerima aku dengan segala kekurangan aku, Ra," ujar Kaka dengan suara rendah yang menyejukkan hati. Dia menatap dalam manik berbinar Aurara.

"Selain keluarga aku, aku nggak pernah dicintai sedalam ini. Jangan pernah ninggalin aku ya, Ra?”

Aurara tersenyum. Balas memeluk pinggang Kaka. "Aku ada untuk menghangatkan kamu yang dingin. Meramaikan kamu yang kesepian. Dan, menjadi tempat pulang segala keluh yang kamu terima," ucap Aurara tulus. Tangannya yang bebas bergerak menyentuh pipi Kaka. "Kaka, jangan pernah takut aku tinggalin. Karena aku rumah kamu."

Kaka tersenyum. "Kamu udah bikin aku jatuh, Ra. Sekarang, kamu jadi tawanan yang nggak akan pernah aku biarin pergi dari sini." Kaka menunjuk dirinya sendiri. Lebih tepatnya, menunjuk hatinya.

Nyatanya, sebelum hanya bisa tunduk lalu pasrah, kita diizinkan dulu untuk berusaha. Perihal jodoh memang tidak bisa dirubah, namun kenangan bisa.

Kaka menundukkan kepala. Semakin mempertipis jarak di antara mereka. Kaka dapat merasakan deru napas Aurara yang hangat. Cewek itu memejamkan mata rapat. Entah apa yang ada di pikirannya, yang pasti, Kaka dibuat tersenyum geli.

Merasakan tidak ada tanda-tanda apapun, Aurara membuka mata, mengerjap saat mendapati wajah jarak dekat Kaka sedang tersenyum menatapnya. Cowok itu kemudian menjauhkan wajahnya, lantas menggenggam jemari Aurara.

"Ayo ke bawah. Mungkin acara dansanya udah dimulai."

"Eh?"

Kaka tersenyum. Kali ini lebih tulus. "Ayo dansa, Ra!"

***

Kisah yang ditutup dengan kata selesai ini memang berakhir indah. Namun bisa jadi, di luar sana dengan kisah yang sama justru berakhir sebaliknya. Sosok seperti Kaka terkurung dalam lorong bernamakan karma. Tersiksa bersama penyesalan karena telah menyia-nyiakan hal berharga berupa ketulusan.

***

SELESAI

Setelah hampir sebulan aku sama sekali nggak ngurusin ini work, akhirnya bisa juga nulis epilog:')

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang