47. Break

4K 241 29
                                    

Tak terasa, waktu semakin berlalu cepat. Rasa-rasanya baru kemarin Aurara naik ke kelas sebelas. Tertawa karena kembali disatukan dengan Nimas, senang karena bisa bertemu Bima, sohibnya dalam membuat kerusuhan dan masih banyak hal menyenangkan lainnya. Namun, minggu depan sudah akan Ujian Tengah Semester saja.

"Ra, ambil kartu ujian, yuk?" ajak Claudia sembari menoel-noel pipi Aurara. Aurara yang tengah berfoto ria dan membuat boomerang di Instagram merasa terusik.

"Ih. Bentaran, Clau. Ini filternya gemes-gemes, tau. Muka cantik gue jadi makin cakep. Nih liat, deh," ujar Aurara heboh lalu menunjukkan hasil foto dan boomerangnya pada Claudia. Claudia melongo. Ada banyak sekali hasilnya. Dari gaya yang manis, cool, aneh hingga ugly face ada semua.

"Gimana? Bagus, kan huhuhu gemes." Aurara menarik kembali ponselnya, cewek itu menatap layar ponselnya dengan gemas. Sangat puas dengan hasilnya.

"Iya-iya bagus. Udah ah dilanjut nanti aja itu. Sekarang ayo ke ruang guru," ucap Claudia semakin memaksa.

Aurara menyelesaikan foto terakhirnya, kemudian mendongak menatap Claudia dengan cengiran. "Yaudah, yuk! Nim ayo-"
Ucapan Aurara menggantung di udara tatkala menoleh ke samping kanannya dan mendapati jika bangku di sebelahnya ini sudah kosong.

"Loh? Nimas kemana?" bingungnya.
Nimas memutar bola mata malas. "Udah daritadi ambil. Lo, sih khusyu banget selfie-nya."

Aurara manggut-manggut. Dia kemudian beranjak berdiri dan menggandeng lengan Claudia untuk menuju ke ruang guru.

Sepanjang lorong koridor penuh oleh siswa-siswa yang berlalu lalang. Pada jam istirahat dan seterusnya nanti tidak akan ada pelajaran lagi. Hanya pengambilan kartu ujian dan pengurusan biaya-biaya yang belum lunas saja. Jadi mereka bisa sepuasnya menghabiskan waktu entah berkumpul di depan kelas dan bercanda, atau menghabiskan waktu di ruang sekolah lainnya.

Aurara menahan napas saat melewati segerombolan siswi yang berkumpul di depan sebuah kelas. Masih ada ketakutan jika mereka semua akan menatapnya penuh hinaan. Namun sepertinya Aurara salah, entah kenapa mereka hanya melengos tidak peduli. Tidak seperti biasanya yang selalu menatapnya sinis.

"Ra!" Teguran Nimas membuat Aurara terlonjak kecil. Aurara menoleh linglung dengan kening berkerut.

"Udah sampe, Ra. Masih aja narik buat jalan," ucap Claudia mengingatkan menunjuk ruang guru yang berada tepat di depan mereka.

"Mikirin apa, sih? Takut nggak seruang sama Nimas, ya?"

Aurara mendelik, namun kemudian tertawa renyah. "Ih, Claudia udah kaya cenayang. Tau aja kalo gue takut nggak bersatu sama google berjalan gue," ucapnya jenaka.

Dengan gemas Claudia menjitak kepala Aurara. "Kaya gini kok bisa jadi temen gue, sih."

"Itu namanya lo beruntung, Clau," balas Aurara santai.

"Masaaa?"

"Iya, lah. Lo bayangin aja, gue ini kan friendly banget, kece abis, cantik sangat, imut-imut, nggak pernah nikung atau nusuk temen dari belakang. Tuh mana ada coba temen model kaya gue gini di dunia ini?" ceplos Aurara dengan gaya lebay. Cewek itu sesekali mengibaskan rambutnya padahal rambutnya sedang dikepang kuda kali ini.

"Bener kata Nimas, lo pas pembagian mulut tuh ambilnya serakah. Sedangkan pas pembagian otak kayanya ogah-ogahan," balas Claudia mengingat ucapan Nimas tempo hari kala mereka berdua sedang duduk di kantin dan melihat Aurara dari jauh sedang mengobrol bersama Kaka dkk.

Aurara mengerucutkan bibir. Melengos kesal dan merajuk. "Kalian mah jahat banget sama gue. Masa ngomongin gue dari belakang?"

"Ekhem!"

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang