"Ra."
Mendengar lirih seseorang yang memanggilnya membuat Aurara langsung terbangun. Matanya terbuka sempurna ketika menemukan Kaka duduk memandanginya dengan seulas senyum.
"Kaka?!" pekik Aurara lalu beranjak duduk dan memeluk Kaka. "Aku kangen."
Kaka tak mengucapkan sepatah katapun, cowok dengan rambut berantakan tak karuan itu balas memeluk Aurara tak kalah erat. Memecahkan rindu yang tidak sanggup lagi terbendung.
"Kakaa." Aurara kembali memanggil nama Kaka. Aurara benar-benar senang.
"Iya, Sayang," balas Kaka kemudian. Menggerakkan kepala, mencari posisi ternyaman dengan bertopang dagu di atas kepala Aurara.
"Kamu dari mana?" tanya Aurara mendongak sekilas. Tak peduli jika slang infusnya bergerak karena pergerakannya.
Kaka memejamkan mata. "Maafin gue, Ra."
"Maaf karena nggak ada waktu lo butuh. Maaf karena nggak nemenin waktu terpuruk. Maafin gue, Ra," ucap Kaka terdengar sangat menyesal.
Aurara menggeleng. "Kamu nggak harus selalu ada untuk aku. Tapi kamu harus selalu ada untuk diri kamu sendiri, Kaka."
Lihat. Di saat seperti ini, Aurara masih bisa-bisanya memberi motivasi. Masih bisa menguatkan orang lain.
Kaka tersenyum. Hendak melepas pelukan namun Auara menahan punggungnya.
"Mau kaya gini sampe kangennya ilang," ungkap Aurara lalu Kaka pun menurutinya. Membiarkannya. Karena sejujurnya, Kaka pun sangat merindukan Aurara."Kaka."
"Hmm?"
"Kamu pulang, ya? Bunda nyariin. Bunda pengen peluk kamu kaya aku gini. Kak Suri juga pengen kamu pulang." Aurara berkata hati-hati.
"Nanti," jawab Kaka seadanya.
"Kamu harus pulang se—""
"Jangan bahas itu dulu, Ra. Gue khawatir sama lo. Gue pengen di sini," tegas Kaka membuat Aurara terdiam. Kicep. Memilih tidak membahas itu lagi.
"Maaf. Ak-"
"Gue belum mandi dari kemarin, Ra. Bau nggak?" Potong Kaka sengaja. Aurara itu tidak bersalah. Kenapa harus meminta maaf?
Aurara mengernyit. Mulai mengendus. "Masa, sih? Kok wangi gini? Masih sama kaya biasanya. Aku suka."
"Masa?"
"Iyaaa. Kamu bohong, ya?"
"Serius, Ra."
Aurara sontak mendorong tubuh Kaka. Tidak mengira Kaka betulan tidak mandi. "Aku lagi sakit. Kamu kalo nularin bakteri akunya nggak sembuh-sembuh, Kaka."
Kaka tergelak. Auraranya sudah kembali. Jiwa isengnya muncul. Kaka dengan sengaja maju, merapatkan tubuh mereka lagi.
"Masa, sih? Katanya tetep wangi?" Kaka dengan tampang serius bertanya.
Aurara semakin mundur. Menggeleng. Membuat Kaka semakin jail saja. Cowok itu pun menangkap tubuh Aurara. Seperti memeluknya lalu membungkukkan tubuh dan mendekatkan wajah mereka. Saat Aurara malah memejamkan mata, Kaka justru mengusap-usapkan pipinya pada pipi kanan dan kiri Aurara secara bergantian. Lantas setelah selesai menjauhkan tubuh dan terpingkal-pingkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Teen Fiction[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...