🎶
Here's your perfect - Jamie Miller***
Aurara mengerling jahil saat melewati koridor kelas 10. Bersama Nimas dan Claudia, dia dengan pede tertawa-tawa setelah berhasil membuat beberapa adik kelas salah tingkah karena ulahnya.
"Ganjen." Nimas di sebelah kirinya mendengkus. Lelah dengan tingkah aneh-aneh sang sahabat. Mereka bertiga tadi baru balik dari kantin. Yang memang melewati koridor kelas 10 dan 11 untuk kembali ke kelasnya.
"Ih, biarin dong. Mereka lucu, sih," jawab Aurara membela diri. Sungguh, Aurara tidak berniat ganjen-ganjen ke mereka. Yang tadi dia beri kedipan mata adalah segerombolan murid baru yang Aurara lihat termasuk polos. Terdiri dari tiga orang laki-laki. Yang 2 berkacamata, yang satu lagi nampak lugu.
"Tau tuh Nim. Diaduin ke Kak Kaka abis dia." Claudia ikut menimpali. Mereka kini sudah berjarak cukup jauh dari koridor kelas 10. Berganti melewati lapangan utama untuk menyebrang ke barisan kelas 12. Ya, kini Aurara dan teman-teman sudah menjadi murid paling tua di sekolah. Masih semester awal, namun atmosfer ketegangan menghadapi ujian sudah mereka rasakan.
Aurara manyun. Ancaman kedua sahabatnya itu pasti selalu saja 'nanti diaduin ke Kak Kaka' kalau dia tengah membuat ulah. Aurara kan jadi takut pacar gemasnya itu marah dan merajuk. Akan merepotkan sekali.
"Ya makanya gak usah aneh-aneh jadi orang. Baru juga kemarin mancing keributan karena tiba-tiba joget di tengah kantin. Sekarang malah sok-sokan jadi fuckgirl. Inget, lo tuh udah tua, Ra. Jadilah contoh yang baik buat adek kelas. Jangan ka—"
"Ssttt! Pending dulu ngomelnya. Ini Kakandaku nge-chat." Aurara memotong ucapan Nimas. Membuat Nimas lagi-lagi mendengkus kesal. Banyakin sabar kalau sama Aurara.
Kakandakuu
09.18
Kamu udah makan?09.56
Jangan lupa makan, Ra10.00
SayangJantung Aurara sontak berdegup kencang. Diremasnya gemas ponselnya. Meskipun mereka bukan baru pacaran, Aurara tetap masih saja belum terbiasa atas sikap manis Kaka. Justru perjuangan penuh kesakitan dulu yang sangat melekat dalam hati juga benaknya. Segala sikap dingin, jutek juga kejam Kaka kini justru berubah menjadi perhatian yang sangat membuat Aurara merasa menjadi wanita yang istimewa.
Senyum Aurara tak henti mengembang. Dia mulai mengetik balasan untuk Kaka yang baru saja dia baca. Sampai-sampai tak sadar jika dia sudah tertinggal tiga langkah dengan Nimas dan Claudia.
Lapangan tengah penuh oleh para murid laki-laki yang bermain basket. Aurara tak dapat mendengar ada beberapa dari mereka yang berteriak-teriak ke arahnya. Seperti memperingatkan sesuatu. Namun karena terlalu fokus pada ponselnya, Aurara tak mengindahkan atau sekadar menoleh untuk tau apa yang sebenarnya mereka ucapkan.
Hingga sepersekian detik berikutnya, sebuah bola sudah bergerak cepat ke arah kepala Aurara. Lantas menghantam kuat sisi kepala kanannya dan ya, tubuh Aurara seketika ambruk. Ponselnya terbanting begitu saja. Membuat murid laki-laki langsung berlari ke arahnya. Begitupun Nimas dan Claudia yang langsung membalikkan badan ketika mendengar suara benda jatuh.
"RAAA!" Nimas berteriak panik. Didekatinya tubuh Aurara yang sudah tak sadarkan diri. Dia meringis. Pelipis kanan Aurara berdarah.
Claudia bertolak pinggang menghadap murid laki-laki yang mendekat. Dengan kasar mendorong bahu salah satu dari mereka. "Bisa main bakset yang bener, nggak ha?! Temen gue pingsan, kepalanya berdarah, bodoh!" amuknya tak peduli ketika lapangan mulai semakin ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Ficção Adolescente[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...