43. Karen

4K 241 26
                                    

Kaka dan Aurara kini tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan. Sepulang sekolah Aurara langsung menagih janji Kaka yang ingin membelikannya sticky notes untuk menulis kenangan mereka yang akan mengisi jar memory nantinya. Kaka menutupi baju seragamnya dengan hoodie putih kesayangannya. Sementara Aurara memakai jaket jeans milik Kaka kemarin.

"Parfume Kaka apa, sih? Wangi banget," celetuk Aurara lalu mencium lengan jaket Kaka. Harumnya tidak terlalu menyengat di hidung meski sepertinya Kaka menyemprotkannya cukup banyak.

"Kenapa? Mau parfume kaya gitu juga?" sahut Kaka.

"Enggak usah, deh. Ini bau khas kamu aja, biar terkenang gitu. Kalo aku pake juga, kan jadi nggak spesial nanti baunya," ujar Aurara.

"Iya udah. Jaketnya pake aja dulu. Dibalikin kalo udah bosen."

"Enggak apa?"

"Kalo jaket gue lo pake semua, gue juga nggak papa, Ra," ucap Kaka biasa saja.

"Ih enggak gitu juga kali, Ka." Aurara terkikik.

Kaka langsung menoleh, sebelah alisnya terangkat. "Tumben."

"Tumben apa?" bingung Aurara.

"Biasanya kan manggil Kaka, tadi Ka aja?"

"Kaaa Kasayangan maksudnya hehehe."

"Tapi kalo dipikir-pikir, aku kayanya nanti manggil Ka aja deh. Boleh, kan?" Aurara memiringkan kepala. Mengerjap-erjap menatap Kaka membuat Kaka gemas.

"Suka banget buat diri sendiri jatuh." Kaka menghela napas pelan. "Liat ke depan, Ra. Nanti jatuh," peringatnya karena mereka masih berjalan di antara banyak orang.

Aurara nyengir. Menegakkan kepala menatap ke depan lagi.

"Tapi boleh, kan?" tanya Aurara lagi, pantang menyerah.

"Terserah."

"Jadi kalo manggil Sayang boleh, ya?"

Suatu waktu kadang Kaka tidak percaya dia bisa jatuh cinta pada Aurara. Gadis dengan kepribadian yang sangat bertolak belakang dengannya. Setelah mereka pacaran, Kaka terkadang merasa menjadi cowok yang pengecut. Dia tidak pernah memulai. Selalu Aurara yang memulai atau memancingnya agar romantis. Bukan tidak suka seperti itu, Kaka hanya belum terbiasa, ini hal baru baginya.

"Terserah, Ra," jawab Kaka akhirnya.

Mereka pun telah sampai di sebuah toko pernak-pernik. Seolah hafal, Aurara langsung menuju ke sisi pojok kanan toko tempat dimana terpajang berbagai sticky notes dengan ukuran dan warna yang berbeda-beda.

"Enaknya yang kecil apa besar, ya, Kaka?" tanya Aurara sembari memperlihatkan ukuran yang kecil dan besar pada Kaka.

Kaka mengambil yang berukuran sedang yang tidak ada dalam genggaman Aurara. "Ini aja."

"Hm. Nanti itu bakal diisi kenangan apa aja, sih?" Aurara menatap bingung. Aurara tidak pernah tau soal seperti ini.

"Semua kejadian yang dirasain sama gue. Ngerti, kan?" Kaka menatap Aurara dalam.

"Yang sama gue. Cuma sama gue."

"Ih kok kamu jadi posesif?" Akhir-akhir ini Kaka sering membuatnya gemas. Banyak tingkah Kaka yang tidak Aurara duga, yang tidak pernah Kaka perlihatkan pula sebelumnya. Dan itu Aurara tahu semenjak mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

"Enggak. Yang beliin, kan gue. Masa diisi sama orang lain?" sangkal Kaka. Kaka merasa dirinya tidak posesif.

Aurara terkekeh. Mengambil alih sticky notes yang Kaka pegang. "Iya deh iyaaa. Pokonya aku mah nurut aja."

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang